Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Marsinah yang Didukung Prabowo Jadi Pahlawan Nasional Wakili Buruh

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO
Aksi teatrikan bercerita tentang Marsinah memeriahkan May Day Fiesta dalam rangka memperingati Hari Buruh Internasional di Istora Senayan Jakarta, Senin (1/5/2023). Ribuan buruh turun ke jalan menyampaikan aspirasinya.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Nama Marsinah menjadi sorotan usai Presiden Prabowo Subianto mendukung usulan terkait pahlawan dari kaum buruh.

Prabowo menyampaikan dukungannya untuk memberi anugerah pahlawan nasional kepada Marsinah dalam orasinya dalam peringatan Hari Buruh Internasional atau May Day, di Lapangan Monas, pada Kamis (1/5/2025). 

"Saudara-saudara, juga atas usul dari piminan tokoh-tokoh buruh, mereka sampaikan ke saya, ‘Pak, kenapa sih pahlawan nasional tidak ada dari kaum buruh?’, saya tanya, kalian ada saran nggak?" tanya Prabowo, seperti yang dikutip dari Kompas TV, Jumat (2/5/2025).

Baca juga: Mengenang Marsinah, Simbol Perjuangan Kaum Buruh yang Tewas Dibunuh

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemudian, Presiden RI itu meminta mereka mengusulkan tokoh dari kaum buruh hingga tercetuslah nama Marsinah. 

"Dan mereka sampaikan, ‘Pak, bagaimana kalau Marsinah, Pak. Marsinah jadi pahlawan nasional’," kata Prabowo. 

"Asal seluruh pimpinan buruh mewakili kaum buruh sepakat, saya akan dukung Marsinah jadi pahlawan nasional," sambungnya. 

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Sosial (Kemensos) RI akan memfasilitasi usulan Prabowo tersebut. 

Wakil Menteri Sosial (Wamensos) Agus Jabo Priyono menyebutkan akan mengusahakan anugerah pahlawan nasional kepada Marsinah sesuai dengan Undang-Undang yang berlaku. 

Lantas, siapakah Marsinah? Bagaimana kisahnya bisa menjadi inspirasi perjuangan buruh dalam menegakkan keadilan?

Latar belakang Marsinah

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (21/9/2022), Marsinah yang lahir pada 10 April di Nglundo, Nganjuk Jawa Timur, ini adalah anak kedua dari tiga bersaudara.

Setelah ibunya meninggal dunia saat Marsinah berusia 3 tahun, ayahnya menikah lagi. 

Marsinah pun tumbuh di bawah pengasuhan nenek yang tinggal bersama paman dan bibinya. 

Sejak kecil, ia terbiasa bekerja dengan membantu nenek berjualan gabah dan jagung.

Sedangkan di sekolah, ia dikenal sebagai siswi pintar, suka membaca dan kritis oleh guru dan teman-temannya. 

Lepas SD, Marsinah mengenyam pendidikan di SMP Negeri 5 Nganjuk dan berlanjut ke SMA Muhammadiyah. 

Kendala biaya membuat Marsinah harus mengubur cita-citanya kulaih di fakultas hukum. Hingga pada akhirnya ia merantau ke Surabaya pada tahun 1989. 

Selama merantau, Marsinah bekerja di pabrik plastik SKW yang berlokasi di Kawasan Industri Rungkut, Surabaya.

Karena gajinya yang terlalu kecil, ia menambah penghasilan dengan berjualan nasi bungkus. 

Ia sempat berpindah kerja ke perusahaan pengemasan barang sebelum akhirnya bekerja di PT CPS, Sidoarjo, pada 1990. 

Baca juga: Cerita Marsinah Pahlawan Buruh yang Terbunuh pada 8 Mei 1993

Kisah Marsinah yang melawan

Selama bekerja di PT CPS, Marsinah merupakan bagian dari organisasi buruh Serikat Pekerja Seluruh Indonesia (SPSI). 

Pada awal tahun 1993, pemerintah mengimbau agar pengusaha Jawa Timur menaikkan gaji pokok sebesar 20 persen.

Akan tetapi, peraturan itu tidak segera diindahkan oleh para pelaku usaha termasuk tempat Marsinah bekerja. 

Akibatnya, unjuk rasa di kalangan buruh terjadi. Mereka menuntut kenaikan upah sesuai yang diimbau pemerintah. 

Selanjutnya pada 2 Mei 1993, Marsinah mengikuti rapat perencanaan unjuk rasa di Tanggulangin, Sidoarjo. 

Sehari berikutnya, para buruh menyebarkan aksi mogok dengan mencegah teman-temannya bekerja.

Sayangnya, Komando Rayon Militer (Koramil) setempat turun untuk mencegah aksi buruh. 

Keesokan harinya, para buruh PT CPS mogok total. Mereka menggajukan tuntutan sebanyak 12 poin, salah satunya tentang kenaikan gaji pokok dari Rp 1.700 per hari menjadi Rp 2.250 per hari. 

Bukan hanya gaji pokok, para buruh meminta tunjangan Rp 550 per hari yang bisa mereka dapat ketika absen sekalipun. 

Di antara 15 orang perwakilan buruh yang berunding dengan perusahaan, Marsinah jadi salah satunya. Ia masih ikut berunding hingga 5 Mei 1993.

Tetapi, Marsinah menghilang pada tanggal tersebut sekitar pukul 22.00 WIB. 

Baca juga: Mengenang Sosok Marsinah, Aktivis Buruh yang Tak Mau Mengalah pada Nasib

Setelah menghilang, tidak ada seorang pun dapat menemukan Marsinah. Keberadaaannya tidak diketahui orang lain.

Hingga pada akhirnya, jasad Marsinah ditemukan dalam kondisi mengenaskan di kawasan Nganjuk pada 9 Mei 1993. 

Begitu ditemukan, jenazahnya mengalami autopsi yang menyebutkan bahwa Marsinah meninggal dunia sejak 8 Mei 1993. 

Kematian Marsinah disebabkan oleh penganiayaan berat dan diperkosa sebelum meninggal. 

Kasus pembunuhan Marsinah ini menuai reaksi keras dan kecaman dari masyarakat. Tragedi itu mendorong para aktivis HAM membentuk Komite Solidaritas untuk Marsinah (KSUM) dan menuntut pemerintah mengusut dan mengadili pelaku. 

Penyelidikan kematian Marsinah

Berdasarkan Harian Kompas, 10 November 1993, Presiden Soeharto yang berkuasa pada masa itu meminta agar kasus Marsinah diusut tanpa ditutup-tutupi. 

Kala itu, Soeharto juga mengimbau masyarakat agar tidak berprasangka pada pemerintah dan berjanji menyelesaikan kasus ini hingga tuntas. Untuk diketahui, kasus pembunuhan ini membuat aparat mengalami kerugian. 

Pada 30 September 1993, pemerintah telah membentuk Tim Terpadu Bakorstanasda Jawa Timur sebagai upaya penyelidikan terhadap kasus pembunuhan Marsinah. 

Tim itu dibentuk sebelum Soeharto menyampaikan pidatonya.

Kemudian, delapan orang pemangku jabatan PT CPS ditangkap diam-diam dan tanpa prosedur yang resmi. Salah satunya adalah Kepala Personalia PT CPS, Mutiari yang saat itu sedang mengandung. 

Tak sampai di sana saja, pemilik PT CPS Yudi Susanto juga ditangkap dan menjalani interogasi. 

Berdasarkan kabar yang beredar, orang-orang itu mengalami siksaan berat secara fisik maupun mental. Mereka diminta mengakui telah merencanakan penculikan dan pembunuhan terhadap Marsinah. 

Dalam proses menguak kasus ini, Tim Terpadu menangkap 10 orang dan memeriksa mereka yang diduga terlibat pembunuhan. 

Tim Terpadu menyebutkan hasil penyelidikan bahwa Suprapto yang bekerja di bagian kontrol PT CPS menjemput Marsinah dengan sepeda motor di dekat rumah kos.

Kemudian, mereka menyebutkan bahwa Marsinah dibawa ke rumah Yudi Susanto di Surabaya. Sebelum dibunuh, Marsinah dikatakan mengalami penyekapan selama tiga hari.

Penyelidikan itu mengklaim bahwa pelaku pembunuhan adalah Suwono yang bekerja sebagai satpam di PT CPS. 

Baca juga: Viral Paper Mob Mahasiswa UIN Walisongo Gambar Marsinah dan Wiji Thukul, Ini Ceritanya...

Dari penyelidikan tersebut, Yudi Susanto dijatuhi vonis 17 tahun penjara dan beberapa karyawan PT CPS lain dihukum sekitar empat hingga 12 tahun penjara. 

Yudi Susanto naik banding setelah bersikeras menyatakan tidak terlibat dalam pembunuhan tersebut. Ia menyebut dirinya sebagai kambing hitam.

Setelah banding diterima, Yudi Susanto dinyatakan bebas.

Selain itu, para staf PT CPS juga mengajukan banding hingga dibebaskan dari segala dakwaan oleh Mahkamah Agung.

Sebagai buntutnya, putusan MA mengundang berbagai respons dari masyarakat yang paling banyak menyuarakan ketidakpuasan.

Hingga saat ini, Marsinah masih menjadi ikon perjuangan buruh. Para aktivis bahkan masih terus menyuarakan penyelidikan ulang serta mencurigai keterlibatan aparat militer dalam kasus ini. 

(Sumber: Kompas.com/Tri Sutrisna, Tri Indriawati| Editor: Robertus Belarminus, Tri Indriawati)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi