Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Minat Vasektomi Minim di Indonesia, Dokter Ini Sebut Beberapa Faktornya…

Baca di App
Lihat Foto
Ilustrasi vasektomi. Kenapa minat vasektomi di Indonesia masih rendah? Simak penjelasan dokter mengenai faktor penyebab dan apakah ini memengaruhi kehidupan seksual pria.
|
Editor: Shintaloka Pradita Sicca

KOMPAS.com - Penggunaan vasektomi sebagai metode kontrasepsi pada pria di Indonesia masih sangatlah rendah..

“Program KB pria masih lebih jarang dibandingkan KB untuk wanita,” ungkap Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) dr. Keven Pratama Manas Tali, SP.OG., kepada Kompas.com, Kamis (1/5/2025).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2024, sebanyak 55,49 persen perempuan Indonesia menggunakan alat kontrasepsi.

Baca juga: Dedi Mulyadi Rencanakan Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos di Jabar, Berapa Biayanya?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Metode yang umum digunakan adalah kontrasepsi hormonal, seperti suntik, pil, implan, dan IUD.

Sementara itu, menurut Statistik Pemuda Indonesia 2023, hanya 0,04 persen pria yang menggunakan vasektomi sebagai alat kontrasepsi.

Penggunaan kondom oleh pria juga masih rendah, yakni hanya 1,19 persen.

Secara umum, partisipasi pria dalam program Keluarga Berencana (KB) di Indonesia masih tergolong minim.

“Ya, minat terhadap vasektomi di Indonesia tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor,” ujar Keven.

Baca juga: Pro-Kontra Usulan Vasektomi Jadi Syarat Penerima Bansos

Penyebab minat vasektomi rendah di Indonesia

Keven yang berpraktik di RS Pantai Indah Kapuk menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama minimnya minat vasektomi adalah kurangnya informasi yang diterima pria tentang prosedur penggunaan kontrasepsi ini.

Ia menambahkan, stigma sosial turut memengaruhi pandangan terhadap kontrasepsi pada pria.

“Ada miskonsepsi bahwa vasektomi membuat pria impoten atau tidak ‘jantan’,” lanjutnya.

Menurutnya, banyak pria merasa cemas vasektomi akan mengurangi kenikmatan seksual, meskipun secara medis hal tersebut tidak benar.

“Vasektomi tidak memengaruhi hormon pria, kemampuan ereksi, atau gairah seksual, karena hanya memutus saluran sperma, bukan memengaruhi produksi testosteron,” jelas Keven.

Baca juga: Apa yang Dialami Pria jika Jalani Vasektomi?

Efek samping vasektomi

Walaupun tidak memengaruhi kehidupan seksual, vasektomi tetap berpotensi menimbulkan efek samping.

Namun, Keven mengatakan, efek samping itu jarang bersifat serius.

“Efek samping jangka pendek bisa termasuk pembengkakan, memar, atau nyeri ringan di area skrotum,” ungkap Keven.

Ia juga menyebut bahwa efek samping vasektomi jangka panjang juga dapat terjadi, meskipun sangat jarang.

“Efek samping jangka panjang yang jarang terjadi bisa berupa granuloma sperma (benjolan kecil karena sperma yang bocor), atau nyeri testis kronis,” terangnya.

Sementara itu, prosedur vasektomi sendiri tergolong cepat, umumnya hanya memakan waktu antara 15 hingga 30 menit, dan dilakukan dengan bius lokal, sehingga pasien tidak merasakan sedikit rasa sakit.

Setelah prosedur selesai, Keven menjelaskan bahwa pasien bisa langsung pulang dan disarankan beristirahat selama 1 hingga 2 hari, serta menghindari aktivitas berat selama sekitar satu bulan.

“Untuk efektivitas steril, dibutuhkan waktu sampai 3 bulan. Jadi, kalau berhubungan (seksual) sebelum 3 bulan, dianjurkan ditambah metode KB lainnya,” tuturnya.

Baca juga: Ramai Perdebatan soal Vasektomi di Media Sosial, Apa Itu?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Halaman ini berisi konten sensitif

Masuk dan konfirmasi usia untuk melihat konten

Login untuk Akses
Halaman ini berisi konten sensitif

Untuk melihat konten, konfirmasi usiamu

Lengkapi Profil
Halaman ini berisi konten sensitif

Usiamu belum sesuai untuk melihat konten ini

Lihat Artikel Lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi