KOMPAS.com – Banyak orang beranggapan bahwa penyakit jantung hanya menjadi ancaman bagi orang tua, padahal gaya hidup yang tidak sehat dan faktor genetik bisa meningkatkan risiko serangan jantung pada usia muda, termasuk mereka yang berusia 20 hingga 30-an.
Dr. Iwan Wahyu Utomo, AIFO.K, menyatakan bahwa anggapan "masih muda, jantung saya pasti sehat" adalah pandangan yang sangat keliru.
Menurutnya, meskipun seseorang merasa sehat, memeriksa kondisi jantung secara rutin tetap penting, terutama jika ada faktor risiko seperti riwayat penyakit jantung dalam keluarga, merokok, tekanan darah tinggi, atau kolesterol tinggi sejak usia muda.
“Ah usia 23 tahun belum ada penyakit jantung. Nah, ini satu pikiran yang salah yang tidak boleh diabaikan,” ujar Iwan kepada Kompas.com pada Sabtu (3/5/2025).
Untuk itu, ketahui gejala gangguan jantung dan pemeriksaan yang bisa dilakukan berikut ini.
Baca juga: Cegah Henti Jantung Saat Olahraga Lari, Berikut Tips dari Dokter...
Waspadai gejala gangguan jantung sejak dini
Meskipun terlihat sehat dan bugar, anak muda tetap harus waspada terhadap tanda-tanda gangguan jantung yang seringkali muncul dalam bentuk gejala ringan.
Beberapa gejala yang perlu diwaspadai antara lain:
- Rasa nyeri di dada saat beraktivitas
- Detak jantung yang tidak teratur atau berdebar dengan kuat
- Sesak napas yang tidak biasa, bahkan saat beraktivitas ringan
- Pusing atau rasa ingin pingsan
- Kelelahan yang berlebihan tanpa alasan yang jelas
"Gejala seperti nyeri dada atau kelelahan tanpa aktivitas berat harus segera diperiksakan ke dokter. Jangan anggap remeh, karena bisa jadi itu merupakan tanda adanya gangguan jantung," ujarnya.
Dia juga menekankan bahwa olahraga tetap penting untuk kesehatan tubuh, namun sebaiknya dilakukan setelah melakukan pemeriksaan jantung terlebih dahulu untuk mencegah potensi risiko kesehatan yang lebih besar.
Baca juga: Pentingnya Pemeriksaan Jantung Sebelum Olahraga Lari, Ini Kata Dokter
Pemeriksaan jantung yang wajib dilakukan
Untuk mencegah masalah jantung di kemudian hari, terdapat berbagai jenis pemeriksaan yang bisa dilakukan.
Salah satunya adalah exercise stress test (tes stres jantung), yang merupakan metode untuk mengevaluasi bagaimana respons jantung ketika tubuh beraktivitas intensif.
Tes ini dilakukan dengan berjalan di atas treadmill atau bersepeda statis sambil memantau aktivitas listrik jantung melalui EKG.
Mengutip Cleveland Clinic, exercise stress test berguna untuk menilai apakah jantung dapat memompa darah dengan baik, serta untuk mendeteksi adanya kelainan irama jantung atau penyumbatan pada pembuluh darah koroner.
Tes ini dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi kesehatan jantung Anda.
Selain itu, ada pemeriksaan lain yang juga disarankan bagi mereka yang memiliki faktor risiko, seperti:
- Pemeriksaan fisik menyeluruh, untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan secara umum
- Pemeriksaan EKG (elektrokardiogram), yang dapat membantu mendeteksi adanya gangguan irama jantung
- Tes treadmill, untuk mengukur bagaimana jantung bereaksi terhadap aktivitas fisik
- Echocardiography, jika diperlukan, untuk melihat lebih detail mengenai struktur dan fungsi jantung
Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut biasanya disarankan sesuai dengan gejala atau kondisi fisik yang dialami.
Jika ditemukan kelainan, pemeriksaan lanjutan dapat dilakukan untuk memperoleh diagnosis yang lebih tepat.
Merasa muda dan sehat bukanlah jaminan bahwa seseorang terbebas dari risiko penyakit jantung.
Menyadari pentingnya pemeriksaan jantung secara rutin dan melakukan deteksi dini terhadap risiko kesehatan jantung akan sangat membantu menjaga kondisi tubuh dalam jangka panjang.
Jangan tunggu hingga gejala muncul atau kondisi memburuk, karena mencegah lebih baik daripada mengobati.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.