KOMPAS.com - Ketika seseorang menguap, sering kali orang yang berada di sekitarnya ikut menguap beberapa saat kemudian.
Hal ini membuat sebagian dari kita berpikir bahwa menguap memiliki sifat menular.
Dilansir dari Neuroscience News (29/9/2024), tujuan manusia menguap belum dapat dikonfirmasi secara pasti.
Walaupun begitu, menguap berkaitan dengan ritme sirkandian atau jam biologis tubuh.
Contohnya, sebagian besar menguap terjadi saat tubuh beristirahat, yaitu sekitar fase bangun dan tidur.
Sementara itu, anggapan awam bahwa menguap bertujuan meningkatkan pasokan oksigen ke otak belum dapat dikonfirmasi.
Lantas, benarkah menguap itu menular?
Baca juga: Studi Ungkap Bahaya yang Mengintai di Balik Sering Menguap
Penjelasan ilmiah alasan menguap menular
Menguap memang dapat menyebar dari orang ke orang, juga dari hewan ke hewan.
Dilansir dari Live Science, Minggu (20/4/2025), Psikiater di Linear Health, Dr Charles Sweet mengatakan, hal ini disebabkan oleh "neuron cermin".
Neuron cermin memiliki fungsi merespons tindakan yang kita alami pada orang lain.
"Saat Anda melihat seseorang menguap, neuron-neuron tersebut aktif," kata Sweet.
Mekanisme inilah yang menjelaskan alasan menguap mudah menyebar dalam kelompok sosial.
Baca juga: Studi Ungkap, Semakin Lama Menguap Semakin Besar Otak yang Dimiliki
Menariknya, penelitian Frontiers in Psychology pada 2020 menunjukkan, penularan menguap cenderung terjadi pada orang yang saling kenal, dibandingkan dengan orang asing atau kenalan yang tidak akrab.
Hasil serupa juga ditunjukkan pada anjing dalam penelitian yang diterbitkan pada jurnal Plos One pada 2013.
Studi tersebut menemukan, anjing cenderung menguap ketika pemiliknya menguap dibandingkan saat melihat orang asing menguap.
Profesor Biologi di John Hopkins University, Andrew Gallup menyebutnya sebagai bias keakraban yang kemungkinan didorong oleh bias perhatian.
Sebab, tiap individu secara alami lebih memperhatikan orang dalam kelompok mereka sendiri.
Baca juga: Mengapa Seseorang Menguap Saat Merasa Lelah?
Fungsi menguap
Gallup menambahkah, menguap yang menular bisa jadi merupakan tanda meningkatnya deteksi ancaman dalam kelompok, menurut evolusi.
Hal ini dibuktikan studi oleh Evolutionary Psychology pada 2007 yang menemukan bahwa menguap membantu mendinginkan otak.
Efek pendinginan tersebut membuat kewaspadaan meningkat, apalagi jika ditularkan dalam kelompok.
Selain itu, berkaitan dengan ritme sirkadian, menguap yang menular dapat berfungsi menyelaraskan pola perilaku suatu kelompok.
Hal ini ditunjukkan dalam studi yang terbit dalam jurnal Animal Behaviour pada 2021 terhadap singa Afrika (Panthera leo).
Baca juga: Ternyata, Ini Penyebab Keluar Air Mata Saat Menguap
Para peneliti mengamati 19 singa dalam dua kelompok. Singa yang menangkap aktivitas menguap dari singa lain 11 kali lebih mungkin meniru tindakan menguap itu dibandingkan dengan singa yang tidak menangkap sinyal tersebut.
Sementara itu, hubungan antara menguap yang menular dengan empati belum dapat dipastikan.
"Beberapa penelitian telah menemukan hubungan yang diprediksi, sementara yang lain gagal menunjukkan hubungan tersebut," ujar Gallup.
Terakhir, tidak semua orang memiliki kerentanan yang sama dengan menguap yang menular.
Studi terkontrol oleh Plos One pada 2014 menemukan, hanya sekitar 40-60 persen orang yang ikut menguap ketika menonton video yang memperlihatkan aktivitas tersebut.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.