KOMPAS.com - Aktris sekaligus model Luna Maya menikah dengan Maxime Bouttier di Bali, pada Rabu (7/5/2025).
Sehari sebelum pernikahan berlangsung, Luna melakukan prosesi siraman di The Ubud Village Resort and Hotel.
Baca juga: Cara Buat KK Baru Setelah Menikah, Tidak Perlu Surat Pengantar
Tak hanya disiarkan di saluran YouTube TS Media, potret dan video Luna mengenakan ronce melati pada bagian bahu dan kepalanya pun bertebaran di media sosial.
Prosesi siraman Luna dan Maxime dilakukan berdasarkan adat Jawa yang ditunjukkan dengan pemilihan air dari tujuh sumber mata air berbeda.
Apa makna siraman yang dilakukan Luna Maya sehari sebelum pernikahan?
Makna Siraman sebelum menikah
Berdasarkan publikasi Rumah Jurnal UIN Walisongo terbitan 2013, hakikat siraman bukan sekadar mandi sebelum melaksanakan ijab kabul.
Berasal dari kata "siram" yang artinya mengguyur atau mandi, prosesi ini dilakukan agar seseorang bersih dari kotoran.
Bukan hanya membersihkan fisik, prosesi ini bertujuan untuk membersihkan jiwa dari dosa dan sifat-sifat negatif.
Dengan membersihkan jiwa, diharapkan agar ijab kabul berjalan lancar tanpa halangan.
Selain itu, pengantin bisa memasuki kehidupan baru sebagai suami dan istri dalam keadaan suci dan bersih.
Berdasarkan filsafat Jawa, agar mencapai tujuan "sangkan paraning dumadi" maka seseorang wajib membersihkan atau mensucikan diri.
Maksud dari "sangkan paraning dumadi" adalah ajaran leluhur orang Jawa agar manusia harus tahu dari mana dia berasal dan ke mana akan kembali.
Baca juga: Sudah Siap dengan Pertanyaan Kapan Menikah dan Kapan Punya Anak? Ini Cara Menjawabnya
Tata cara siraman
Prosesi siraman berlangsung sehari sebelum ijab qabul dan waktunya ditentukan sesuai dengan kepercayaan Jawa.
Menurut kepercayaan, waktu terbaik untuk melakukan siraman adalah pukul 11.00 hingga 15.00.
Beberapa orang percaya siraman dilakukan pukul 11.00 siang karena sesuai dengan turunnya bidadari dari kahyangan.
Agar calon pengantin tampak cantik seperti bidadari, banyak yang melakukannya pada pukul tersebut.
Namun, banyak calon pengantin melangsungkan prosesi siraman pada pukul 15.00 agar praktis.
Baca juga: Usia Menikah Jomlo di Indonesia Semakin Menua, Mengapa?
Sebelum melakukan siraman, pengantin melakukan sungkeman kepada kedua orang tua.
Dalam prosesnya, pelaku siraman dipilih dari anggota keluarga yang dianggap pantas. Selain kedua orang tua kandung, pelaksana siraman terdiri dari:
- Sesepuh jangkep, orang tua yang sudah menikah dan bukan janda/duda karena perceraian agar calon mempelai bisa meneladani rumah tangga yang langgeng
- Sesepuh yang sukses dalam karier atau mendidik anaknya untuk menularkan harapan yang serupa.
Pelaku siraman berjumlah ganjil seperti 5, 7, 9, atau 13 karena dipercaya bahwa Tuhan menyukai bilangan ganji.
Pentingnya air siraman
Dalam adat siraman, air yang digunakan juga mengandung makna tertentu yakni:
- Air diambil dari tujuh sumber berbeda yang melambangkan harapan hidup dapat saling menolong (mitulungi, pitulungan).
- Salah satunya adalah air keraton, yang diharapkan agar kemakmuran raja memberikan manfaat bagi rakyat
- Air tempuran, atau air dari pertempuan dua hilir sungai yang melambangkan pertemuan dua insan (calon pengantin)
- Air dari sumur atau sendang tua yang tidak pernah surut, melambangkan penghidupan dan rezeki yang terus mengalir.
- Pada kasus tertentu, calon pengantin beragama Islam juga ada yang memasukkan air zam-zam ke dalam air siraman.
Baca juga: Apakah Pecah KK Setelah Menikah Wajib Dilakukan?
Kemudian, air siraman digunakan bersama dengan tiga jenis bunga yakni melati, mawar, dan kenanga.
Penggunaan bunga ini juga memiliki makna sebagai berikut
- Melati melambangkan kesucian dan ketulusan hati
- Kenanga sebagai perlambang memelihara keluhuran atau pusaka generasi pendahulu
- Mawar merupakan lambang dari niat luhur dalam menjalani sesuatu.