Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kenapa Uji Coba Vaksin TBC Penting Dilakukan di Indonesia? Ini Kata Dokter Paru

Baca di App
Lihat Foto
Dok. Sekretariat Presiden
Pendidikan Microsoft sekaligus Founder Gates Foundation, Bill Gates saat memberikan sambutan pada pertemuan dengan Presiden Prabowo Subianto, sejumlah menteri Kabinet Merah Putih dan pengusaha Indonesia di Istana Merdeka, Jakarta, Rabu (7/5/2025).
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Pendiri Microsoft sekaligus filantropis Bill Gates menyebutkan bahwa Indonesia akan menjadi salah satu tempat uji coba vaksin Tuberkulosis (TB) yang sedang dikembangkannya.

Dikutip dari Kompas.com, Rabu (7/5/2025), pernyataan tersebut disampaikan oleh Presiden Prabowo Subianto pada saat kunjungan Bill Gates di Indonesia, tepatnya di Istana Jakarta, Rabu (7/5/2025).

"Beliau sedang kembangkan vaksin TB untuk dunia. Indonesia akan jadi salah satu tempat yang akan diuji coba," ujar Prabowo.

Baca juga: Bill Gates Prediksi Peran Dokter dan Guru Akan Diambil Alih AI 10 Tahun Lagi, Apa Katanya?

Prabowo menyampaikan bahwa penyakit TB mengakibatkan kematian cukup besar di Indonesia. Menurut Prabowo, jumlahnya bahkan mencapai hampir 100.000 orang setiap tahun.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Dan itu tekad kita untuk menurunkan (angka kematian akibat TB), beliau (Bill Gates) telah menunjukkan komitmen untuk membantu kita di bidang itu," kata Prabowo.

Baca juga: Profil dan Pencapaian Bill Gates, Pemberi Hibah Rp 2,6 T untuk Indonesia

Alasan uji coba vaksin TB yang digagas Bill Gates penting untuk Indonesia

Ketua Majelis Kehormatan Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), Prof. Dr. Tjandra Yoga Aditama, Sp.P(K), MARS, DTM&H, DTCE, FISR, menyatakan ada 5 hal penting yang perlu disampaikan mengenai pengembangan teknologi pembuatan vaksin yang digagas Bill Gates untuk diujicobakan di Indonesia.

Berikut penjelasan dari Tjandra.

1. Vaksin saat ini (BCG) sudah terlalu lama digunakan

Tjandra menjelaskan bahwa vaksin TB yang sekarang digunakan adalah vaksin jenis BCG (Bacillus Calmette-Guérin) yang ditemukan pada tahun 1921.

“Sudah 104 tahun yang lalu. Sudah lama sekali. Jadi tentu sudah sangat pantas sekarang dibuat vaksin baru, bahkan seharusnya lebih awal lagi,” jelas Tjandra ketika dihubungi oleh Kompas.com pada Kamis, (8/5/2025).

2. Vaksin BCG efektif hanya pada masa kanak-kanak

Tjandra menjelaskan bahwa vaksin BCG utamanya bekerja secara efektif hanya pada masa anak-anak saja.

Vaksin BCG bertugas untuk mencegah penyakit TB berat serta kematian akibat TB pada anak.

“Sudah amat patut dibuat vaksin baru yang jauh lebih efektif,” jelas Tjandra.

Baca juga: Mengenal Gray Divorce, Cerai Setelah Puluhan Tahun Menikah, Dialami Hugh Jackman dan Bill Gates

3. Teknologi mutakhir memungkinkan penemuan vaksin TB baru

Tjandra melihat adanya kemungkinan penemuan vaksin TB baru sebab teknologi yang semakin mutakhir.

"Dilihat dari perkembangan pembuatan vaksin COVID-19 sebelumnya serta teknologi yang semakin mutakhir, kemungkinan untuk menemukan vaksin TB baru menjadi lebih besar," ungkap Tjandra.

4. Indonesia masuk dalam jejaring penelitian dunia untuk vaksin TB

Tjandra menjelaskan bahwa Indonesia bersama beberapa negara "high burden tuberculosis"  masuk dalam salah satu negara dalam jejaring penelitian untuk membuat vaksin TB selama beberapa tahun terakhir.

"Vaksin yang dikembangkan sejauh ini namanya M72/AS01E," jelas Tjandra.

5. Penelitian mengenai vaksin TB berada pada fase 3

Tjandra menjelaskan bahwa proses penemuan vaksin baru berada pada penelitian fase 3.

"Penelitian ini telah dilakukan di lima negara, yaitu Afrika Selatan, Kenya, Malawi, Zambia, dan Indonesia, yang memang negara-negara dengan beban kasus TB cukup besar," jelas Tjandra.

Bila fase penelitian ini berhasil maka akan dilanjutkan ke fase berikutnya.

Baca juga: Apa Saja Gejala Tuberkulosis (TB)?

Apakah vaksin TB aman dan tidak berbahaya?

Isu keamanan vaksin TB menjadi sorotan setelah Indonesia disebut akan menjadi salah satu lokasi uji coba vaksin terbaru yang dikembangkan oleh Bill Gates.

Menanggapi kekhawatiran masyarakat, Tjandra menegaskan bahwa penelitian mengenai vaksin TB telah melewati proses panjang dan ketat serta sudah dijamin keamanannya.

“Penelitian mengenai vaksin TB bukan lagi hal yang baru di berbagai negara, sudah sering dilakukan,” ujar Tjandra.

Ia menjelaskan bahwa penyakit TB telah lama menjadi objek penelitian multinasional, termasuk dalam hal pengobatan.

Salah satu contohnya adalah proses pemendekan durasi pengobatan TB dari satu setengah tahun menjadi enam bulan yang juga melalui uji coba lintas negara seperti India dan Hong Kong.

Tak hanya itu, program penanganan TB di masyarakat seperti Directly Observed Treatment Shortcourse (DOTS) pun telah diujicobakan di Afrika sebelum diterapkan secara global.

"Setelah penelitian di berbagai negara memiliki hasil baik, maka dilakukan program DOTS itu," tambahnya.

Baca juga: Peneliti UGM Kembangkan AI untuk Deteksi Dini TBC

3 fase uji klinis vaksin

Lebih lanjut, Tjandra memaparkan bahwa seluruh penelitian mengenai vaksin, termasuk vaksin TB, harus melalui tiga fase uji klinis sebelum dapat digunakan secara luas.

“Fase 1 biasanya dilakukan pada binatang untuk memastikan vaksin aman. Jika aman, masuk ke fase 2 yang melibatkan manusia dalam jumlah terbatas, sambil tetap menilai keamanannya dan aktivitas vaksin tersebut,” jelasnya.

Jika vaksin terbukti aman dan cukup aktif di fase 2, maka dilanjutkan ke fase 3.

“Kalau sudah masuk fase 3, secara ilmiah sudah dapat dijamin bahwa vaksin ini aman. Tinggal dilihat efektivitasnya,” tegas Tjandra.

Saat ini, menurutnya, ada dua kandidat vaksin TBC yang prospeknya dinilai cukup baik dan telah berhasil melewati fase 2.

Keduanya kini memasuki uji klinis fase 3, yang dilakukan di berbagai negara, termasuk Indonesia.

Tjandra juga menekankan setiap uji coba penelitian yang dilakukan selalu berlandaskan persetujuan bagi individu yang terlibat secara sadar (informed consent).

“Kalau mau dilakukan pada diri seseorang, maka orang tersebut harus setuju. Setelah dilakukan berbagai penjelasan, kalau tidak setuju ya cari orang lain,” ujarnya.

Baca juga: Donald Trump Setop Pasokan Obat HIV, Malaria, dan TBC untuk Negara Miskin di Seluruh Dunia

Meski tidak terlibat langsung dalam penelitian vaksin tersebut, Tjandra yakin bahwa prosedur-prosedur etis dan ilmiah telah dijalankan sesuai standar global.

“Walau saya tidak terlibat langsung dengan penelitian ini, saya yakin bahwa penelitian ini sudah mengikuti prosedur-prosedur seperti itu,” pungkasnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi