Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG Siapkan 2 Solusi Stratagis untuk Atasi Krisis Air

Baca di App
Komentar Lihat Foto
KOMPAS.com/BAGUS PUJI PANUNTUN
Penampakan aliran sungai Cikapundung di Lembang, Kabupaten Bandung Barat (KBB), Jawa Barat berwarna hijau keruh akibat pencemaran kotoran ternak, Rabu (30/4/2025).
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menilai bahwa Indonesia tengah mengalami krisis air.

Situasi ini disebabkan oleh perubahan iklim yang semakin ekstrem. Sebagai contoh, ketika musim hujan jumlah air ikut melimpah hingga pada titik menyebabkan banjir. 

Baca juga: Perubahan Iklim Picu Penyebaran Jamur Mematikan ke Eropa dan Asia, Apa Bahayanya?

Sedangkan ketika musim kemarau, beberapa daerah mengalami kekeringan hingga sulit mendapat air bersih. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keberadaan air sendiri sangat penting bagi kehidupan manusia baik untuk konsumsi atau bercocok tanam. 

Untuk itu, krisis air juga berpengaruh pada ketahanan pangan seperti yang dijelaskan oleh Kepala BMKG Dwikorita Karnawati dalam rilis resmi. Ia mamaparkan bahwa Indonesia berada di titil kritis karena perubahan iklim. 

"Kenaikan suhu rata-rata yang tercatat pada 2024 sebesar 27,52 derajat Celcius, dengan anomali suhu tahunan mencapai +0,81 derajat Celcius dibandingkan periode normal, menunjukkan adanya tren pemanasan global yang mengkhawatirkan," ujar dia dalam rilis resmi, Rabu (7/5/2025). 

"Masalah besar yang kita hadapi adalah ketimpangan antara pasokan air yang berlimpah saat musim hujan, namun langka ketika dibutuhkan di musim kemarau," sambung dia. 

Untuk menghadapi dampak perubahan iklim yang semakin parah, BMKG mempunyai dua solusi utama yakni restorasi sungai dan pemanenan air hujan.

Langkah restorasi sungai dengan perbaiki ekosistem

Terkait restorasi sungai, Kepala BMKG menekankan pada upaya memperbaiki ekosistem yang rusak akibat pencemaran atau faktor lainnya. 

Ekosistem sungai yang membaik diharapkan bisa memperbaiki siklus air yang membawa pengaruh positif pada lingkungan. 

"Restorasi sungai dapat memperbaiki ekosistem sungai yang rusak, yang pada gilirannya akan meningkatkan kapasitas sungai untuk menampung dan mengalirkan air dengan lebih baik," ujar Dwikorita. 

Untuk itu, pihak BMKG akan berkolaborasi dengan Kementerian PUPR dan data hidrogeologi dalam mengelola sungai. 

Baca juga: Perubahan Iklim Dapat Tingkatkan Kadar Arsenik dalam Beras, Apa Bahayanya?

Pemanenan air hujan sebagai langkah jangka panjang

Dengan cuaca semakin ekstrem, keberadaan air saat musim hujan pun ikut melimpah hingga terkadang menjadi banjir atau bencana hidrometeorologi lainnya.

Sebaliknya saat musim kemarau ketersediaan air bersih sangat terbatas hingga terjadi kekeringan di sejumlah wilayah. 

Ketimpangan kondisi ini mendorong BMKG mencari solusi agar ketersediaan air tetap terjaga pada segala musim dengan pemanenan air hujan.

Bukan hanya untuk mengatasi kekurangan air bersih saat musim kemarau, permanenan air hujan juga bisa menjadi solusi jangka panjang mengingat perubahan iklim membuat sumber air permukaan semakin terbatas. 

"Sementara, pemanenan air hujan dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air, terutama di daerah-daerah yang rawan kekeringan," ujar Dwikorita. 

"Dengan pemanenan air hujan, kita dapat mengurangi ketergantungan pada sumber daya air permukaan yang semakin terbatas akibat perubahan iklim," sambungnya. 

Baca juga: Menyikapi Pembongkaran Objek Wisata: Kepastian Hukum dan Iklim Investasi

Melansir dari Kompas.com, Rabu (13/3/2024), langkah memanen air hujan menurut Deputi Bidang Kebijakan Pembangunan Badan Riset dan Inovasi (BRIN) Mego Pinandito dapat dilakukan dengan cara berikut:

  • Menampung air hujan ke dalam bak penampungan
  • Membendung sungai melalui dam parit 
  • Menghimpun, mengarahkan atau mengalirkan dan menampung air permukaan menggunakan embung 
  • Menarik dan mengalirkan air sungai dan air tanah dengan menggunakan pompa air sungai maupun sumur dangkal.

Tips pengelolaan air secara mandiri

Untuk mendukung program adaptasi terhadap perubahan iklim, masyarakat bisa melakukan langkah-langkah kecil yang bermanfaat. 

Sebelumnya, BMKG pernah merilis imbauan kepada masyarakat untuk mengelola air secara mandiri lewat cara sederhana.

Adapun tips pengelolaan air berdasarkan musim sebagai berikut:

Musim Kemarau:

  • Matikan keran ketika sedang menggosok gigi, memakai sabun, atau cuci piring. Menutup aliran air saat tidak digunakan membantu menghemat air
  • Menanam pohon untuk menyimpan air. Akar pohon bisa membantu menjaga kelembapan tanah dan mencegah kekeringan
  • Menampung air hujan di dalam ember jika dibutuhkan sebagai stok.

Musim Penghujan:

  • Tampung air dalam drum atau toren kosong untuk menyiram tanaman, cuci motor, atau keperluan lainnya
  • Buat biopori di halaman agar air hujan terserap tanah dan mengurangi banjir
  • Buat kolam penampungan air jika masih punya lahan sebagai persiapan untuk menghadapi musim kemarau
  • Memasang filter sederhana dalam tampungan air hujan agar bisa dimanfaatkan untuk berbagai kebutuhan.

(Sumber: Kompas.com/Danur Lambang Pristiandaru | Editor: Danur Lambang Pristiandaru)

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi