KOMPAS.com - Survei global eksekutif C-suite yang diterbitkan pada 5 April 2024 mengungkapkan, penggunaan kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) bakal mengurangi jumlah pekerja dalam lima tahun ke depan.
Dalam survei tersebut, terdapat indikasi bahwa sejumlah keterampilan, seperti membuat teks, gambar, dan konten akan digantikan AI generatif yang diperintahkan oleh pengguna.
Para ahli mengakui, perkembangan teknologi AI akan menyebabkan hilangnya beberapa lapangan kerja pada masa mendatang. Beberapa jenis pekerjaan mungkin akan terdampak, salah satunya adalah jurnalis.
Dikutip dari CNBC, para ahli mengatakan, dalam 20 tahun ke depan profesi jurnalis 60 persen berpotensi hilang dengan adanya perkembangan AI.
Seorang praktisi media dan teknologi digital, Ilona Juwita tidak memungkiri bahwa kemunculan AI membuat jurnalis harus kembali beradaptasi dengan perkembangan teknologi yang terjadi.
Baca juga: Nasib Pilu Jurnalis TVRI Jadi Korban Efisiensi Anggaran, Berakhir Jualan Pecel-Gagal Kuliah
Sebagai penyedia informasi publik, Ilona menyebut jurnalis perlu menyadari bahwa saat ini pengguna mulai mencari informasi dengan menggunakan voice search dan chatbots, seperti Hey Google, ChatGPT, dan sebagainya.
"Saat ini, ketika user mencari informasi di mesin pencari yang terjadi dan yang dihadirkan adalah Search Generative Experience, jadi yang menjawab adalah AI," kata Ilona dalam Kelas Daring Journalism Fellowship (JFC) 2025 Gerakan Wartawan Peduli Pendidikan (GWPP), Selasa (22/4/2025).
"Sehingga user itu tidak lagi berkunjung ke website dengan melakukan klik dari halaman pencarian, Mereka membutuhkan jawaban langsung tanpa harus meninggalkan halaman pencarian," imbuhnya.
Kebiasaan baru inilah yang berpotensi menggeser cara kerja jurnalis dalam membuat konten berita.
Lantas, bagaimana jurnalis menyiasati perkembangan AI?
Baca juga: Persoalan Etik Menggambar dengan AI, Apa Kata Pakar Seni?
Tips membuat konten berita di tengah perkembangan AI
Dalam kesempatan yang sama, Ilona membagikan tips agar konten buatan manusia tetap eksis dan tidak tergantikan oleh AI.
1. Judul menggunakan bahasa yang sederhanaIlona mengatakan, cara pertama menghadapi perkembangan AI bagi jurnalis adalah menulis berita dengan bahasa yang sederhana, bahkan menyerupai percakapan.
"Pakai format, 'apa itu', 'bagaimana cara', 'mengapa'. Jadi judulnya lebih seperti percakapan dengan bahasa yang digunakan lebih sederhana," kata dia.
Berikut contoh judul berita dengan bahasa yang sederhana:
- Apa itu pemasaran digital?
- Bagaimana cara meningkatkan pengikut instagram?
Baca juga: Duolingo Akan Ganti Pekerja Kontrak dengan AI, Apa Tujuannya?
2. Gunakan data terstrukturTips berikutnya agar tulisan tetap terbaca di mesin pencarian adalah menulis secara terstruktur. Tujuannya, membantu Google memahami konten Anda.
"Bikin FAQ, karena FAQ ini punya peranan agar konten kita masuk sebagai rujukan AI," ungkap Ilona.
3. Tingkatkan EEATEEAT adalah kepanjangan dari experience (pengalaman), expertise (keahlian), authoritativeness (kewenangan/otoritas), dan trustworthiness (kepercayaan).
Faktor-faktor inilah yang digunakan oleh Google untuk menilai kualitas konten sehingga mendapat peringkat pencarian paling atas.
Baca juga: Kuil di Malaysia Gunakan Patung Dewi Berbasis AI, Bisa Sapa Umat
4. Fokus pada intensi penggunaTips selanjutnya adalah berfokus pada intensi pengguna, bukan hanya pada kata kunci atau keyword.
Misalnya, dengan menulis "Kamera mana yang terbaik untuk fotografi perjalanan? " sebagai pengganti untuk judul "Kamera terbaik".
"Again, kata-kata yang digunakan di judul ini lebih menyasar kata-kata yang sederhana dan seputar percakapan," kata dia.
Menurutnya, optimasi konten berita ke depan akan melibatkan pembuatan konten yang secara langsung menjawab pertanyaan pengguna dengan cara yang terstruktur dan informatif sehingga mudah dicerna dan digunakan oleh sistem pencarian berbasis AI.
"Kita enggak bisa hindari hadirnya platform AI ini mengubah cara-cara user kita melakukan pencarian berita. Yang bisa kita siasati adalah bagaimana konten-konten kita itu mudah dipahami dan juga digunakan oleh sistem AI sehingga nanti bisa direkomendasikan ke user," pungkasnya.
Baca juga: Pakai AI Bisa Kurangi Kemampuan Berpikir, Studi Membuktikan
Wajib verifikasi dan kritis
Selain beradaptasi dalam menulis konten berita, jurnalis juga diperbolehkan memanfaatkan AI untuk mendukung kerja-kerja jurnalistik.
Ketua Dewan Pers Ninik Rahayu mengatakan, perkembangan AI bagi jurnalis memang bisa memudahkan pekerjaan, misalnya dalam proses transkrip yang menyita waktu dan tenaga, serta pengecekan kesalahan dalam penulisan yang membutuhkan ketelitian.
Namun, Ninik mengingatkan, ada proses dalam kerja jurnalis yang tidak bisa digantikan oleh AI, yakni verifikasi dan akurasi informasi.
Ninik mengungkap, untuk dua hal tersebut, jurnalis wajib bekerja secara mandiri tanpa mengandalkan AI. Sebab, AI hanya mengumpulkan data-data yang tidak bisa dipastikan akurasinya.
Baca juga: Apakah AI dapat Menggantikan Manusia? Ini Tanggapan Pakar
"Jurnalisme itu memerlukan akurasi, verifikasi, kebenaran, cek fakta, data. Nah, karena AI itu tiba-tiba menyajikan dengan mudah apapun informasi, yang sebetulnya itu adalah dulu diambil dari berita-berita teman-teman semua itu dikumpulin,” kata Ninik, dilansir dari Kompas.com (11/12/2024).
"Kadang-kadang tidak diverifikasi lagi, tidak diakurasi lagi, tidak dilakukan upaya-upaya uji kebenaran, uji fakta, itu akan menggerus kemerdekaan pers kita,” imbuh dia.
Di sisi lain, kerja-kerja manual jurnalis juga tetap diperlukan untuk memastikan setiap wartawan tetap berpikir kritis sehingga menghasilkan produk jurnalistik yang berkualitas.
"Soal kebenaran, soal hakikat, soal akurasi, soal verifikasi, soal rasa. Mereka (AI) enggak punya perasaan, dia enggak bisa menggantikan. Makanya tadi saya sebut harus tetap berpikir kritis,” ujarnya.
Dia menyampaikan, jika seorang jurnalis tidak memiliki nalar yang kritis, hal itu justru berbahaya karena berpotensi menggunakan informasi yang keliru atau bahkan mengadopsi berbagai propaganda dan informasi yang manipulatif.
Dewan Pers sendiri telah menyusun pedoman penggunaan teknologi AI bagi media massa. Pedoman ini akan digunakan untuk mengatur kewajiban hingga batasan penggunaan AI dalam kerja-kerja jurnalistik.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.