Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gen Z di China Sebut Dirinya "Manusia Tikus", Apa yang Sebenarnya Terjadi?

Baca di App
Lihat Foto
DOK. CANVA
Ilustrasi Gen Z. Gen Z di China Sebut Dirinya Manusia Tikus, Apa yang Sebenarnya Terjadi?
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Generasi Z atau gen Z di China kompak menyebut diri mereka sebagai "manusia tikus".

Sebagai informasi, gen Z adalah mereka yang lahir pada 1997 sampai dengan 2012.

Istilah "manusia tikus" itu kemudian menjadi slang di media sosial. Mereka yang melabeli dirinya mayoritas adalah gen Z yang enggan meraih kesuksesan dan menjalani gaya hidup serba lambat.

Dikutip dari SCMP, istilah manusia tikus mulai dikenal melalui sebuah video yang diunggah pada akhir Februari 2025.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Istilah ini merujuk pada orang yang menghabiskan hari-harinya di tempat tidur, makan makanan siap saji, menghindari bersosialisasi, dan tidak memiliki tujuan hidup.

Baca juga: Gen Z Diprediksi Menjadi Generasi Terkaya pada 2035, Ini Alasannya

Asal usul istilah manusia tikus

Istilah manusia tikus awalnya muncul dari video yang diunggah oleh akun @jiawensishi, seorang wanita muda asal provinsi Zhejiang di China Timur.

Melalui video itu, dia membagikan cerita hari-harinya yang dilalui dengan lesu sehingga menyebutnya sebagai manusia tikus.

Manusia tikus artinya seseorang yang menjalani rutinitas lamban dan menyendiri seperti seekor tikus di dalam selokan.

Dalam sehari, dia hanya tidur, rebahan, mencuci muka, lalu tidur kembali. Dia bahkan tidak makan sampai orangtuanya membangunkannya untuk makan di malam hari.

Pada tengah malam, wanita itu akhrinya mulai membongkar bungkusan barang untuk seminggu dan tidak mandi sampai pukul 2 pagi.

Video tersebut kemudian viral di dunia maya dan disukai oleh lebih dari 400.000 pengguna.

Warganet berpendapat bahwa video itu adalah vlog paling relevan yang pernah ada.

"Kami sudah muak dengan gaya hidup serba cepat, serba praktis, dan super efisien yang dipaksakan kepada kami. Kami hanya ingin kebebasan untuk berbaring kapan pun dan di mana pun kami mau," ungkap seorang warganet.

Istilah manusia tikus kemudian menggeser tren "Berbaring Datar" yang pernah muncul di China.

Baca juga: Tanda Awal Kanker Kolorektal yang Meningkat di Kalangan Gen Z, Siapa Paling Berisiko Terkena?

Manusia tikus simbol protes gen Z

Li Mei, nama samaran, dengan bangga menyebut dirinya manusia tikus.

Perempuan itu belum mandi sejak empat hari yang lalu dan terbaring di flat kumuh dengan tiga karton mi kosong yang berserakan di meja samping tempat tidurnya.

Di sisinya, ada sekantong keripik yang baru dimakan setengah. Dia juga tidak kunjung meninggalkan kamarnya.

Meski demikian, Li Mei mengaku nyaman dengan rutinitasnya. Lulusan universitas berusia 24 tahun itu mengaku menjadi manusia tikus adalah simbol protes terhadap budaya kerja keras di China selama puluhan tahun.

"Setidaknya saya jujur tentang menyerah," kata dia, dikutip dari IB Times.

Li Mei mengaku melihat ibunya bekerja selama 70 jam dalam seminggu dan sepanjang hidupnya dia masih membutuhkan bantuan dari kakek neneknya.

Oleh sebab itu, Li Mei mempertanyakan kerja keras ibunya selama ini.

Tak hanya Li Mei, rubuan kaum muda di China juga melakukan hal yang sama. Mereka menyebut dirinya manusia tikus karena menyerah pada karier, pernikahan, kepemilikan rumah, dan seluruh kontak sosial lainnya.

Sebaliknya, mereka merangkul kehidupan sebagai orang yang terkurung, tidur sampai siang, dan mendokumentasikan kemalasan yang disengaja secara daring.

Baca juga: Gen Z Bingung Cara Penuhi Kebutuhan di Masa Depan, Bagaimana Tips Atur Keuangannya?

Bentuk kekecewaan gen Z

Penelitian yang dilakukan profesor pensiunan di Universitas Malaysia yang mempelajari tren di China menyimpulkan, manusia tikus bukan menandakan bahwa gen Z adalah seorang pemalas.

Studi tersebut menyimpulkan, tren manusia tikus adalah bentuk kekecewaan kaum muda terhadap realita hidup yang ada.

"Mereka kecewa. Kontrak sosial China adalah bekerja keras, membeli properti, membangun kekayaan. Persamaan itu tidak berlaku bagi banyak anak muda. Mereka beristirahat sejenak, mencari tahu apa yang akan terjadi selanjutnya," tulisnya.

Mereka yang melabeli dirinya sebagai manusia tikus umumnya berusia 20-an dengan kekayaan keluarga yang hanya cukup untuk mendukung gaya hidup mereka yang tidak ambisius.

Meski demikian, sejumlah orangtua mengaku kesal dengan tren ini.

Seorang anak bungsu berusia 25 tahun mengatakan, saban hari ibunya memarahinya karena melakukan tren manusia tikus, meski tetap memberinya makan.

"Orangtuaku selalu mengomel. Namun, mereka tidak akan membiarkanku kelaparan. Mereka punya dua flat di Shanghai sejak properti masih masuk akal. Aku tidak kaya, hanya cukup untuk tahu bahwa bekerja itu tidak ada gunanya," ucapnya.

Mereka menggantungkan hidupnya sepenuhnya kepada orangtuanya. Sebagian mungkin mengambil pekerjaan lepas sesekali atau menjalankan bisnis daring kecil-kecilan dengan menjual barang-barang bekas.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi