KOMPAS.com - Saat tekanan darah tiba-tiba melonjak sampai 180/120 mmHg, risiko komplikasi medis serius, seperti stroke, bisa meningkat drastis.
Kondisi itu dikategorikan sebagai krisis hipertensi, sebuah keadaan gawat darurat yang perlu penanganan cepat.
Health Management Specialist Corporate HR Kompas Gramedia dr. Santi mengatakan bahwa krisis hipertensi adalah lonjakan tekanan darah yang drastis dan mendadak yang bisa membahayakan nyawa jika tak segera diatasi.
“Jika tidak segera ditangani dengan tepat, maka dapat berakibat fatal dengan berbagai risiko komplikasi yang mengancam jiwa,” ujar Santi kepada Kompas.com, Minggu (11/5/2025).
Salah satu komplikasi krisis hipertensi yang paling mengkhawatirkan adalah stroke, yang bisa terjadi karena tekanan darah yang terlalu tinggi menyebabkan pecah pembuluh darah di otak.
“Krisis hipertensi dapat meningkatkan risiko stroke secara signifikan,” katanya.
Baca juga: Dokter: Krisis Hipertensi Bisa Dialami oleh Orang Tanpa Riwayat Tekanan Darah Tinggi
Hubungan krisis hipertensi dan terjadinya stroke
Salah satu komplikasi krisis hipertensi yang paling mengkhawatirkan dari kondisi ini adalah stroke, yang bisa terjadi karena tekanan darah sangat tinggi merusak pembuluh darah di otak.
“Krisis hipertensi dapat meningkatkan risiko stroke secara signifikan,” katanya.
Ketika pecah pembuluh darah di otak, aliran darah yang membawa oksigen dan nutrisi ke bagian otak tertentu akan terhenti, menyebabkan kerusakan pada jaringan otak tersebut.
“Padahal, darah berfungsi sebagai penyedia nutrisi dan oksigen bagi keberlangsungan otak,” ungkapnya.
Tak hanya itu, darah yang bocor akibat pecah pembuluh darah dapat menekan jaringan otak dan meningkatkan tekanan intrakranial.
“Hal ini akan menambah kerusakan otak yang telah terjadi akibat putusnya pasokan darah,” jelasnya.
Karena itu, penting untuk mengenali tanda-tanda awal krisis hipertensi agar bisa ditangani sebelum menimbulkan komplikasi berat.
Baca juga: Memahami Hipertensi Resisten: Ketika Tekanan Darah Tinggi Sulit Diturunkan
Tanda-tanda peringatan krisis hipertensi
Santi menyebutkan bahwa jika krisis hipertensi sudah disertai dengan gangguan fungsi organ, seperti otak, maka kondisi ini disebut hipertensi emergensi.
“Gejala krisis hipertensi ini akan tergantung dengan pada pembuluh darah area mana yang pecah,” ucapnya.
Secara umum, gejala-gejala yang bisa menandakan krisis hipertensi antara lain:
- Sakit kepala yang sangat hebat
- Gangguan penglihatan
- Nyeri dada
- Kejang
- Mual dan muntah
- Kesulitan bernapas
- Penurunan kesadaran atau bahkan pingsan
- Kebingungan mendadak
Mengutip Mayo Clinic, jika seseorang mengalami tekanan darah 180/120 mmHg atau lebih dan disertai gejala seperti nyeri dada, sesak napas, atau tanda-tanda stroke, segeralah cari pertolongan medis darurat.
Beberapa gejala stroke yang penting dikenali antara lain:
- Mati rasa atau kesemutan
- Kehilangan sensasi pada wajah, lengan, atau tungkai, sering kali hanya di satu sisi
- Kesulitan berjalan
- Gangguan bicara
- Penglihatan kabur atau terganggu
“Hipertensi emergensi membutuhkan penanganan agresif di rumah sakit secepatnya,” ungkapnya.
Baca juga: Sudah Minum Obat Hipertensi, tapi Tekanan Darah Tetap Tinggi? Ini Penjelasan Dokter…
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.