Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Anak yang Tumbuh Tanpa Peran Ayah Akan Jadi Generasi Stroberi? Ini Kata Psikolog

Baca di App
Lihat Foto
freepik.com
Ilustrasi generasi stroberi. Benarkah anak yang tumbuh tanpa peran ayah jadi generasi stroberi?
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Media sosial X diramaikan soal pembahasan mengenai Generasi Stroberi.

Dalam unggahan @tanyaka*** pada Senin (12/5/2025) mengungkap adanya sebagian besar generasi anak di Indonesia yang tumbuh tanpa peran ayah.

Unggahan tersebut menyebutkan bahwa anak yang besar tanpa adanya peran dari seorang ayah berpotensi menjadi Generasi Stroberi.

"80 persen anak Indonesia tumbuh tanpa peran ayah, berpotensi tumbuh menjadi generasi strawberry," tulis keterangan dalam unggahan tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Menuju indonesia yg fatherless itu," tulis pengunggah dalam caption.

Generasi Stroberi merupakan istilah untuk anak muda yang rapuh secara mental dan emosional.

Istilah ini merujuk pada Generasi Z yang dianggap kreatif namun sensitif, mudah stres, dan kurang tangguh, seperti buah stroberi yang mudah memar dan busuk.

Baca juga: Anak Bakar 13 Rumah karena Terinspirasi Game, Psikolog Beri 5 Saran Ini ke Para Orang Tua

Perdebatan warganet soal Generasi Stroberi 

Unggahan ini pun mengundang perdebatan di kalangan warganet. 

Sebagian menilai bahwa unggahan tersebut tidak valid, sementara warganet lain memberikan atensi terhadap kaum laki-laki yang dituntut harus siap dengan peran barunya pasca menikah.

"Berita hoax jangan dipercaya, datanya ga valid," tulis @Ivan***.

"Perasaan yg fatherless malah kebanyakan jadi tangguh. emg gimana hubungannya fatherless bisa bikin jadi gen stroberi?," kata @ihanud***.

"Ini jadi teguran keras buat laki-laki sih, minimal bgt sebelum nikah dan punya anak, kalian jg harus siap jadi ayah dan kepala keluarga, misal masih pengen keluyuran, jgn nikah dulu, apalagi nikah karna umur/tuntutan ortu, inget HARUS SIAP DENGAN PERAN BARU KALIAN," kata akun @echantu***.

Lantas, benarkah anak yang tumbuh tanpa peran ayah berpotensi menjadi Generasi Stroberi?

Baca juga: Pertengkaran Orangtua Bikin Anak Lakukan Kenakalan, Ini Penjelasan Psikolog

Peran ayah yang minim jadi faktor terjadinya Generasi Stroberi

Menurut psikolog dari Ibunda.id, Danti Wulan Manunggal, terbentuknya Generasi Stroberi dipengaruhi oleh beberapa faktor.

Beberapa faktor penyebab Generasi Stroberi di antaranya adalah perubahan sosial, pengaruh media sosial, dan kurangnya pemahaman akan kesehatan mental. 

"Salah satu penyebab adanya Generasi Stroberi ini juga karena adanya peran orangtua yang membentuknya," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (14/5/2025).

Anak yang tumbuh tanpa peran ayah (fatherless) memang menjadi salah satu penyebab Generasi Stroberi.

Tak bisa dimungkiri, peran ayah sebagai pencari nafkah kerap membuat kehadirannya tidak begitu dirasakan oleh anak. 

Di masyarakat, ayah sering dipandang hanya bertugas mencari nafkah, sementara urusan merawat anak dianggap sepenuhnya tanggung jawab ibu. 

"Padahal, idealnya ayah juga terlibat dalam pengasuhan dan pendidikan anak. Ketidakhadiran peran emosional ayah inilah yang diyakini turut membentuk Generasi Stroberi, generasi yang dianggap rapuh dan kurang tahan terhadap tekanan," jelas Danti.

Baca juga: Ramai Istilah Delayed Gratification di Media Sosial, Psikolog Sebut Bisa Atasi Sifat Konsumtif

Bagaimana seharusnya pola asuh orangtua? 

Danti lantas menjelaskan berdasarkan paparan Prof. Rhenald Kasali dalam bukunya Strawberry Generation.

Dalam buku tersebut dijelaskan, kemunculan generasi ini dipengaruhi oleh pandangan sebagian orangtua yang merasa cukup merekalah yang pernah merasakan kesulitan hidup.

Sementara anak-anak mereka tidak perlu mengalami hal yang sama. 

"Pola asuh ini, yang disebut strawberry parenting, sangat mirip dengan pola asuh overprotektif. Ciri utamanya adalah usaha keras orangtua untuk melindungi anak dari berbagai pengalaman yang dianggap menyakitkan," paparnya.

Pengalaman yang dianggap menyakitkan tersebut, lanjut Danti, meliputi sesuatu yang menimbulkan luka baik secara fisik ataupun psikologis, rasa tidak bahagia, pengalaman tidak menyenangkan, penolakan, kegagalan, hingga kekecewaan, serta penyesalan.

Agar Generasi Stroberi tidak berkembang menjadi fenomena yang meresahkan, Danti menyarankan kepada para orangtua masa kini agar menciptakan pola komunikasi yang terbuka dan jelas dengan anak.

"Selain itu juga harus disertai dengan banyak literasi agar bisa melakukan update dan upgrade dalam pola asuhnya," tandasnya.

Baca juga: Tips Membangun Kepercayaan Diri di Usia Dewasa Menurut Psikolog

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi