KOMPAS.com - Rusia dan China telah menandatangani kesepakatan untuk membangun pembangkit listrik di bulan.
Nantinya, mereka akan mengembangkan reaktor nuklir sebagai suplai daya International Lunar Research Station (ILRS) yang diprediksi selesai pada tahun 2036.
Rencana pembangunan pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) ini diumumkan setelah NASA membatalkan rencana pangkalan bulan pada tahun 2026.
Baca juga: Adakah Kehidupan di Luar Angkasa? Ilmuwan Temukan Fakta Baru
Dilansir dari Live Science, Selasa (13/5/2025), China dan Rusia berencana membangun reaktor nuklir "tanpa kehadiran manusia" meski langkah-langkah teknologinya masih belum siap.
Berdasarkan wawancara direktur jenderal badan antariksa Rusia Roscosmos, Yury Borisov mengungkap tentang langkah-langkah teknologi yang "hampir siap".
"Stasiun tersebut akan melakukan penelitian ruang angkasa mendasar dan menguji teknologi untuk operasi ILRS jangka panjang tanpa awak, dengan prospek kehadiran manusia di Bulan," bunyi keterangan resmi Roscosmos pada pengumuman 8 Mei lalu.
Detail pembangunan PLTN di bulan
Pangkalan itu akan dibangun secara permanen yang bertujuan melibatkan awak manusia di kutub selatan bulan.
Pembangunan awal pangkalan ini akan dimulai melalui misi Chang'e-8 Tiongkok tahun 2028. Misi itu bakal mengirimkan astronot China untuk pertama kalinya mendarat di permukaan bulan.
Sejauh ini, program tersebut menarik 17 negara untuk bergabung termasuk Mesir, Pakistan, Venezuela, Thailand, dan Afrika Selatan.
Pada Juni 2021, peta jalan ILRS diluncurkan pertama kali oleh China dan Rusia bersamaan dengan pengumuman membangun pangkalan robotik.
Mereka akan mengirimkan lima roket super berat dari tahun 2030 hingga 2035 untuk membawa komponen-komponen berbasis robotik di bulan.
Baca juga: Dua Astronot NASA yang Terjebak di Luar Angkasa, Bertahan Hidup dari Sup yang Dibuat dari Urine
Setelah semua bagian dasar dibangun, China merencanakan peluncuran tambahan yang akan memperluas pangkalan lebih jauh.
Kepala perancang proyek eksplorasi Wu Yanha dalam sebuah konferensi pers pada 2024 menjelaskan, pangkalan tersebut menghubungkan stasiun luar angkasa yang mengorbit bulan dan dua simpulnya yang terletak di ekuator bulan serta sisi terjauhnya.
Model tambahan ini menjadi dasar pendaratan berawak di Mars, yang diprediksi selesai pada 2050.
Berdasar penuturan Wu, model ini akan didukung panel surya, generator radioisotop, dan reaktor nuklir.
"Ini juga akan mencakup jaringan komunikasi permukaan bulan-Bumi dan jaringan komunikasi permukaan bulan berkecepatan tinggi, serta kendaraan bulan seperti hopper, kendaraan jarak jauh tanpa awak, dan penjelajah berawak bertekanan dan tidak bertekanan," sambungnya.
Gagasan itu muncul ketika China sedang mengembangkan program luar angkasa.
Baca juga: Katy Perry Terbang ke Luar Angkasa, Apa Saja yang Perlu Diketahui?
Misi China dan Rusia salip proyek Artemis AS
Negeri Tirai Bambu telah "menapakkan" kakinya di Bulan sejak misi Chang'e 3 pada 2013 lalu.
Selanjutnya, mereka mendaratkan lebih banyak penjelajah di bulan dan Mars sekaligus mengumpulkan sampel dari keduanya. Selain itu, mereka juga telah meluncurkan misi yang telah memetakan permukaan bulan.
Dalam hal ini, China bersaing dengan misi Amerika Serikat dalam proyek Artemis yang tengah tertunda.
Untuk diketahui, Artemis III akan membawa astronot NASA kembali ke bulan untuk pertama kalinya ke bulan setelah 50 tahun lebih. Proyek ini diperkirakan akan diluncurkan sekitar tahun 2027.
Di sisi lain, NASA juga telah merencanakan stasiun luar angkasa di bulan bernama Gateway. Rencananya, stasiun ini diluncurkan paling cepat tahun 2027.
Meskipun ada kemajuan signifikan dalam pembangunan model stasiun, anggaran Trump untuk tahun 2026 mengisyaratkan bahwa misi Gateway akan dibatalkan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.