Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Brokoli Digoreng, Apakah Kandungan Gizinya Berubah? Ini Kata Ahli Gizi…

Baca di App
Lihat Foto
Mizina
Brokoli dikenal kaya gizi, tapi tahukah Anda bahwa saat digoreng, manfaat sehatnya bisa berubah drastis dan bahkan memicu risiko penyakit?
|
Editor: Shintaloka Pradita Sicca

KOMPAS.com - Brokoli merupakan salah satu sayuran yang sering disebut sebagai superfood karena kandungan nutrisinya yang tinggi.

Sayuran ini kaya akan protein, serat, vitamin, mineral, dan antioksidan, yang menjadikannya bermanfaat bagi kesehatan tubuh.

Dikutip dari MedicineNet, sayur brokoli termasuk makanan rendah kalori, tetapi tinggi kandungan gizi penting, seperti zat besi, kalsium, kalium, fosfor, magnesium, serta berbagai vitamin, antara lain vitamin C, K, A, dan kelompok vitamin B.

Selain itu, brokoli juga mengandung fitonutrien seperti sulforafan, senyawa alami yang diketahui memiliki potensi antikanker.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Namun, bagaimana jika brokoli digoreng? Pertanyaan ini muncul seiring maraknya tren mengolah sayuran dengan teknik deep frying.

Baca juga: Sayuran Goreng Tetap Bergizi atau Tidak? Ini Penjelasan Ahli Gizi…

Apa yang terjadi pada kandungan gizi brokoli goreng?

Ahli Gizi Olivia Gresya, S.Gz mengatakan bahwa proses menggoreng bisa menyebabkan kerusakan nutrisi pada sayuran, termasuk brokoli yang tergolong superfood.

Beberapa vitamin dan mineral bisa mengalami penurunan kandungan secara signifikan.

“Karena ada beberapa zat gizi yang bertambah, tetapi ada beberapa zat gizi yang rusak akibat suhu panas saat proses menggoreng,” kata Olivia kepada Kompas.com, Senin (19/5/2025).

Olivia, yang berpraktik di Siloam Hospital, menambahkan bahwa vitamin C adalah nutrisi yang paling rentan terhadap panas.

Kandungan vitamin ini akan banyak hilang pada brokoli goreng.

“Brokoli merupakan sayur yang memiliki kandungan vitamin C yang cukup tinggi, yang merupakan antioksidan bagi tubuh, berkurang secara drastis,” ujarnya.

Baca juga: Sambal Goreng Jadi Masakan Tumis Terbaik di Dunia Versi Taste Atlas

Selain vitamin C, vitamin B1, B6, dan folat (B9) juga bisa berkurang saat terkena suhu tinggi.

“Vitamin B1, B6 dan folat pun berkurang karena vitamin-vitamin tersebut rentan terhadap suhu tinggi,” ucapnya.

Sulforafan, senyawa antikanker yang menjadi salah satu keunggulan brokoli, juga tidak tahan terhadap proses penggorengan.

“Antioksidan yang tinggi seperti sulforafan, senyawa yang bermanfaat sebagai antikanker pada brokoli pun rusak dan menurun drastis saat digoreng, apalagi dengan minyak yang sangat panas,” terangnya.

Proses menggoreng juga menyebabkan peningkatan kalori dalam superfood ini.

Proses ini membuat sayur yang sebelumnya rendah kalori menjadi tinggi lemak karena menyerap minyak.

“Brokoli memiliki kandungan kalori yang rendah, namun dengan digoreng dengan minyak, sudah pasti meningkatkan jumlah kalori pada brokoli tersebut,” ungkapnya.

Baca juga: Ragam Risiko Kesehatan jika Sering Makan Sayuran Goreng, Apa Saja?

Apa dampak konsumsi brokoli goreng terus-menerus?

Olivia mengingatkan bahwa konsumsi sayuran goreng secara rutin atau berlebihan dapat memberikan dampak negatif bagi tubuh.

“Mengonsumsi sayuran yang digoreng apalagi sering atau dalam jumlah yang banyak tentu memiliki efek yang tidak baik bagi tubuh,” ucapnya.

Pola makan itu meningkatkan asupan kalori tinggi dari minyak, yang bisa memicu kenaikan berat badan dan obesitas.

Konsumsi brokoli goreng atau sayuran goreng lainnya juga bisa meningkatkan asupan lemak jahat, meliputi lemak jenuh dan trans, jika proses menggoreng menggunakan minyak bekas atau minyak jelantah.

Ia menjelaskan asupan lemak jahat meningkatkan risiko penyakit, seperti kolesterol tinggi dan penyakit jantung.

“Jadi, menggoreng sayuran justru bisa memberikan efek sebaliknya pada tubuh kita,” tandasnya.

Apa metode memasak brokoli yang lebih baik?

Sebagai alternatif, Olivia menyarankan untuk memasak brokoli dengan ditumis atau dikukus agar nutrisinya tetap terjaga.

Ia menambahkan bahwa konsumsi sayuran goreng masih diperbolehkan asal tidak melebihi batasan konsumsi lemak harian.

“Kita tetap berpatokan pada batasan asupan lemak total kita sehari-hari, yang di mana jika lemak dikonsumsi berlebihan dapat berdampak kurang baik bagi tubuh,” pungkasnya.

Kementerian Kesehatan RI menetapkan batas konsumsi lemak atau minyak sebanyak 5 sendok makan atau 67 gram per orang per hari.

Baca juga: Kol, Terong, dan Brokoli Goreng Disebut Sumber Penyakit, Benarkah Demikian?

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi