KOMPAS.com - Pemerintah Inggris, Perancis, dan Kanada kini berbalik arah mengecam Israel soal serangan ke Jalur Gaza.
Perdana Menteri (PM) Inggris Keir Starmer, Presiden Perancis Emmanuel Macron, dan PM Kanada Mark Carney, pada Senin (19/5/2025) melayangkan kecaman keras atas “tindakan keterlaluan” Israel di Jalur Gaza.
Mereka pun memperingatkan akan adanya aksi bersama jika Israel tidak menghentikan peningkatan serangan militer di wilayah Palestina tersebut.
Baca juga: 3 Fakta RS Indonesia di Gaza Utara Dikepung Israel, Bagaimana Kondisinya?
Starmer, Macron, dan Carney mengecam pula pemblokiran bantuan oleh Israel dan komentar-komentar dari para menteri dalam pemerintahan PM Netanyahu yang mengancam pemindahan massal warga Palestina.
“Kami tidak akan tinggal diam ketika pemerintah Netanyahu melakukan tindakan-tindakan keterlaluan ini. Jika Israel tidak menghentikan serangan militer yang baru dan mencabut pembatasannya terhadap bantuan kemanusiaan, kami akan mengambil tindakan konkret lebih lanjut sebagai tanggapan,” kata para pemimpin tersebut, dikutip dari AFP.
Mereka tidak menyebutkan tindakan apa yang dapat diambil, namun menyatakan komitmen untuk mengakui negara Palestina.
“Kami berkomitmen mengakui negara Palestina sebagai kontribusi guna mencapai solusi dua negara dan siap bekerja sama dengan pihak-pihak lain untuk mencapai tujuan ini,” ungkap ketiganya dalam pernyataan bersama.
Pernyataan tersebut bertepatan dengan permintaan bersama dari 22 negara, termasuk Inggris, Perancis dan Kanada, agar Israel segera mengizinkan kembalinya bantuan penuh ke Gaza. Puluhan negara tersebut memahami penduduk di wilayah Palestina itu tengah menghadapi kelaparan.
Baca juga: 380 Tokoh Film Internasional Tanda Tangani Surat Terbuka Kutuk Pembungkaman terhadap Konflik di Gaza
Israel telah memblokade Gaza secara total sejak 2 Maret lalu, namun pada Senin kemarin Israel mengumumkan akan mengizinkan masuknya sejumlah truk bantuan dalam jumlah terbatas.
"Penolakan Israel terhadap bantuan kemanusiaan yang penting bagi penduduk sipil tidak dapat diterima dan berisiko melanggar hukum kemanusiaan internasional," ungkap Inggris, Perancis, dan Kanada dalam pernyataan.
Pernyataan itu juga mengecam pernyataan anggoata pemerintahan Israel soal pemindahan warga Gaza.
“Kami mengecam bahasa yang menjijikkan yang baru-baru ini digunakan oleh anggota pemerintahan Israel, yang mengancam bahwa, karena keputusasaan akibat kehancuran di Gaza, warga sipil akan mulai pindah," ungkap mereka.
Para pemimpin tersebut menegaskan bahwa pemindahan paksa permanen merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional.
Sikap 3 negara di masa lalu
Sikap Inggris, Perancis, dan Kanada kali ini faktanya lain dengan apa yang ditunjukkan ketiganya di masa lalu.
Misalnya, Perancis pada 2023 sempat menyatakan dukungan terhadap Israel dalam berperang melawan Hamas.
Baca juga: Mobil Paus Fransiskus Akan Disulap Jadi Klinik Keliling di Gaza, Bagaimana Cerita di Baliknya?
Dilansir dari Anadolu Agency, sejumlah tentara cadangan Israel-Perancis bahkan saat itu telah dikirim menuju Tel Aviv untuk bergabung dengan pasukan Israel.
Presiden Perancis Emmanuel Macron pun pernah mengunjungi Tel Aviv pada Selasa (24/10/2023). Kunjungan Macron ke Israel itu dikatakan sebagai bentuk dukungannya kepada PM Netanyahu, sekaligus menyampaikan solidaritas penuh antara Perancis dan Israel.
Begitu juga dengan Inggris pada 2023. PM Inggris saat itu, Rishi Sunak, menyatakan dukungan penuh Israel untuk terus melakukan serangan ke Gaza.
"Kami mendukung Israel menggunakan haknya untuk membela diri dan mengambil tindakan proporsional untuk mengakhiri kekerasan," kata Rishi Sunak dilansir Reuters.
Bahkan, pemerintah Inggris kala itu mengatakan siap untuk mengirim bala bantuan kepada Israel jika mereka membutuhkannya.
PM Kanada saat itu, Justin Trudeau, juga ikut menyatakan dukungannya terhadap Israel yang melancarkan operasi di Gaza. Ia mengatakan, Israel berhak membela diri sesuai dengan hukum internasional.
"Israel mempunyai hak untuk membela diri sesuai dengan hukum internasional," ujar Justin Trudeau.
Netanyahu tanggapi sikap terbaru 3 negara Eropa
Di sisi lain, PM Israel Benjamin Netanyahu pada Senin membalas kecaman Starmer, Macron, dan Carney. Dia mengatakan, pernyataan bersama mereka merupakan “hadiah besar” bagi Hamas dalam perang Gaza.
Dalam pernyataan yang dirilis kantornya, Netanyahu menyampaikan bahwa semua pemimpin Eropa harus mengikuti teladan Presiden Amerika Serikat Donald Trump dalam mendukung Israel.
Baca juga: Mengenang Pesan Terakhir Paus Fransiskus Sebelum Wafat: Perdamaian di Gaza
“Perang dapat berakhir besok jika para sandera yang tersisa dibebaskan, Hamas meletakkan senjata, para pemimpin pembunuhnya diasingkan dan Gaza didemiliterisasi. Tidak ada negara yang bisa diharapkan untuk menerima sesuatu yang kurang dari itu dan Israel tentu saja tidak,” kata Netanyahu.
Serangan Israel ke Gaza sendiri telah menewaskan begitu banyak orang.
Kementerian Kesehatan Gaza pada Senin mengatakan, setidaknya 3.340 orang telah terbunuh sejak Israel melanjutkan serangan pada 18 Maret, sehingga jumlah korban perang secara keseluruhan menjadi 53.486 orang.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.