KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, puncak musim kemarau 2025 di Indonesia tidak berlangsung serentak.
Saat ini, wilayah Indonesia tengah memasuki musim peralihan atau pancaroba.
Dikutip dari laman BMKG, puncak musim kemarau adalah periode bulan dengan curah hujan terendah untuk tiga dasarian berturut-turut.
Awal musim kemarau di Indonesia diprediksi berlangsung secara bertahap, dimulai dari bagian tenggara, kemudian meluas ke barat, utara, dan berakhir ke timur.
Lantas, kapan puncak musim kemarau 2025 di berbagai daerah?
Baca juga: Sudah Musim Kemarau tapi Masih Ada Hujan, Sampai Kapan Akan Terjadi? Ini Kata BMKG
Prakiraan puncak musim kemarau 2025
Puncak musim kemarau di sebagian wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi pada Juni, Juli, dan Agustus 2025.
Jumlah wilayah yang mengalami puncak musim kemarau pada periode tersebut sebanyak 562 Zona Musim (ZOM) atau sekitar 80,4 persen.
Wilayah barat hingga barat laut Indonesia yang mencapai 222 ZOM (31,8 persen), diperkirakan akan mengalami puncak kemarau pada Juni dan Juli 2025.
Wilayah tersebut mencakup:
- Sumatera
- Jawa bagian barat
- Kalimantan bagian utara
- Sebagian kecil Sulawesi
- Papua bagian tengah dan timur.
Baca juga: Terjadi Kemarau Basah di Sejumlah Wilayah Indonesia, Apa Itu?
Sementara, sebanyak 340 ZOM (48,6 persen) diprediksi akan memasuki puncak musim kemarau pada Agustus 2025.
Wilayah itu meliputi:
- Jawa bagian tengah hingga timur
- Sebagian besar Kalimantan
- Sebagian besar Sulawesi
- Bali dan Nusa Tenggara
- Sebagian Maluku
- Maluku Utara
- Sebagian Pulau Papua.
Baca juga: Mei Sudah Awal Kemarau, Kenapa Malam Hari Masih Hujan? Ini Penjelasan BMKG
Sifat musim kemarau 2025
Berdasarkan prediksi sifat musim kemarau 2025, sebagian besar (60 persen) wilayah Indonesia diprediksi akan mengalami akumulasi curah hujan musiman pada kategori normal.
Sifat musim sendiri merupakan perbandingan curah hujan satu musim dengan normalnya.
Sementara, sebanyak 26 persen wilayah Indonesia memiliki akumulasi curah hujan di atas normal.
Artinya, wilayah-wilayah ini akan menerima akumulasi curah hujan musiman yang lebih tinggi dari biasanya.
Kemudian, ada 14 persen wilayah yang bakal menerima akumulasi curah hujan di bawah normal.
Artinya, akumulasi curah hujan sejumlah wilayah tersebut lebih rendah dari biasanya atau lebih kering dari klimatologisnya.
Baca juga: Bisakah Indonesia Punya Sistem Peringatan Gempa via Notifikasi HP? Ini Kata BMKG
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.