Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti Temukan Bukti Tsunami Purba di Amber Pepohonan Jepang dari Zaman Dinosaurus

Baca di App
Lihat Foto
Kompas.com/VANYA KARUNIA MULIA PUTRI
Ilustrasi syarat terjadinya tsunami akibat gempa bumi
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Para ilmuwan telah menemukan bukti adanya tsunami purba di Jepang yang tersembunyi di dalam amber yang berasal dari zaman dinosaurus.

Sampel amber tersebut mengalami deformasi dengan cara tertentu, menunjukkan pohon dan sisa-sisa tanaman tersapu dengan cepat ke laut dan tenggelam ke dasar laut sekitar 115 juta tahun yang lalu.

Para peneliti menerbitkan temuannya dalam jurnal Scientific Reports pada 15 Mei 2025.

Sebagai informasi, amber adalah resin atau getah pohon yang telah membatu menjadi fosil.

Baca juga: Kisah Gempa Tohoku M 9,0, Picu Tsunami 40 Meter, Tewaskan 19.747 Orang

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Bukti tsunami purba di Jepang

Dalam studi baru ini, para peneliti menganalisis endapan silika yang kaya akan amber dari tambang Shimonakagawa di Hokkaido utara, Jepang.

Silika tersebut telah diendapkan antara 116 juta hingga 114 juta tahun yang lalu, pada masa Kapur Awal (145 juta hingga 100 juta tahun yang lalu), saat wilayah itu masih berupa dasar laut yang dalam.

Tim peneliti menggunakan pencitraan fluoresensi, yaitu teknik yang memotret sampel amber sambil menyinari sampel dengan sinar ultraviolet untuk mengamati struktur amber, dikutip dari Live Science (15/5/2025).

Adapun, sampel amber menunjukkan pola yang mirip dengan apa yang disebut oleh para ahli geologi sebagai “struktur api”, sebuah deformasi yang terjadi ketika sedimen lunak diendapkan di suatu tempat dan berubah bentuk sebelum mengeras sepenuhnya.

Sedimen lunak itu kemudian menghasilkan lidah api yang mengarah ke atas di antara lapisan-lapisan sedimen.

Baca juga: Kisah Gempa Tohoku M 9,0, Picu Tsunami 40 Meter, Tewaskan 19.747 Orang

Tim peneliti menafsirkan, struktur api menunjukkan bahwa amber tiba-tiba tersapu dari daratan ke lautan oleh satu atau beberapa tsunami, tanpa terpapar udara (yang akan mengeraskannya), lalu tenggelam ke dasar laut.

Amber kemudian tertutup oleh lapisan lumpur dan terawetkan selama jutaan tahun.

“Mengidentifikasi tsunami pada umumnya menantang dan tidak segera terlihat bahwa tsunami berada di balik sampel ambar yang tidak biasa," kata rekan penulis studi, Aya Kubota, seorang ahli paleontologi di Universitas Chuo di Tokyo.

“Dengan menggabungkan pengamatan lapangan yang terperinci dengan struktur internal amber, kami dapat menyimpulkan bahwa penyebab yang paling masuk akal adalah tsunami," tambahnya.

Bukti lain dari area tersebut juga mendukung hipotesis tersebut. Ini termasuk tanda-tanda tanah longsor di dekatnya yang terjadi sekitar waktu yang sama yang diduga disebabkan oleh gempa bumi.

Selain itu, bongkahan lumpur besar yang tampaknya terkoyak oleh kerusakan dasar laut dan batang pohon besar di tempat yang saat itu merupakan dasar laut, juga mendukung hipotesis tersebut.

Kubota mengatakan, gelombang badai yang hebat tidak akan memengaruhi dasar laut dengan cara seperti itu.

Adapun jika batang pohon ditumpuk perlahan dari waktu ke waktu, batang-batang pohon itu seharusnya menunjukkan bukti erosi, namun ini tidak terjadi pada batang-batang tersebut.

Bukti mengarahkan pada kesimpulan bahwa sejumlah besar puing tanaman diangkut dengan cepat dan tiba-tiba ke dasar laut. Dan hal yang paling memungkinkan dari kejadian ini adalah tsunami.

Para peneliti berharap, dengan mengamati bukti geologi dan fosil dasar laut dapat memberikan gambaran yang lebih lengkap tentang tsunami sebelumnya.

Selain itu, meneliti endapan amber dapat memberikan informasi yang membantu dalam membedakan tsunami dalam catatan prasejarah dengan badai yang dahsyat.

Baca juga: Gempa M 7,6 Guncang Karibia, Ada Peringatan Tsunami di Beberapa Negara

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi