KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkapkan, durasi kemarau di berbagai wilayah Indonesia diprediksi berbeda-beda.
Durasi musim kemarau yang beragam ini berdasarkan dasarian sesuai Zona Musim atau ZOM.
Perbedaan durasi itu mulai dari singkat hanya selama tiga dasarian hingga bisa terjadi lebih dari 24 dasarian.
Dasarian adalah rentang waktu 10 hari yang digunakan untuk mengamati dan menganalisis fenomena meteorologi, terutama curah hujan.
“Musim kemarau 2025 di sebagian besar wilayah Indonesia diprediksi akan terjadi dengan durasi yang lebih pendek daripada biasanya,” ungkap BMKG dalam laporannya.
Baca juga: Apakah Musim Kemarau 2025 Lebih Kering atau Basah? Ini Penjelasan BMKG
Durasi kemarau di berbagai wilayah Indonesia
Sebagian besar ZOM di Sumatera diperkirakan mengalami musim kemarau dengan durasi antara tiga hingga 12 dasarian atau 4 bulan.
Hal tersebut terjadi karena Sumatera mengalami dua kali musim kemarau dalam setahun, sehingga setiap periode musim kemaraunya lebih pendek dibandingkan dengan daerah lainnya.
Di Pulau Jawa, menurut BMKG, musim kemarau umumnya diprediksi berlangsung antara 10 dasarian (3 bulan 10 hari) sampai dengan 21 dasarian (7 bulan).
Sementara, musim kemarau yang di wilayah Kalimantan memiliki durasi sekitar tiga dasarian (satu bulan) hingga 15 dasarian (5 bulan) pada tahun ini.
Baca juga: Jadwal Puncak Musim Kemarau 2025 di Berbagai Wilayah Indonesia
BMKG memprediksi, musim kemarau di Sulawesi memiliki durasi antara tiga dasarian (satu bulan) sampai 24 dasarian (8 bulan).
Untuk wilayah Sulawesi, durasi musim kemaraunya bervariasi, yakni sekitar tiga dasarian (satu bulan) hingga 24 dasarian (8 bulan).
Wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur diperkirakan mengalami musim kemarau dengan durasi sekitar 13 dasarian (4 bulan 10 hari) hingga 24 dasarian (8 bulan).
Sebagian besar ZOM di Maluku diprediksi mengalami musim kemarau dengan durasi berkisar antara tiga dasarian (satu bulan) hingga sembilan dasarian (3 bulan).
“Di Papua, durasi musim kemarau diprediksi lebih bervariasi dari tiga hingga 21 dasarian (7 bulan),” ungkap BMKG.
Baca juga: Terjadi Kemarau Basah di Sejumlah Wilayah Indonesia, Apa Itu?
Kapan puncak musim kemarau?
BMKG menyampaikan, puncak musim kemarau 2025 berbeda-beda antara Juni, Juli, dan Agustus 2025 untuk 562 ZOM di Indonesia.
Namun, sebagian besar ZOM di Indonesia akan menghadapi puncak musim kemarau 2025 pada Agustus.
Wilayah barat hingga barat laut Indonesia, yaitu sebanyak 222 ZOM, diprediksi akan mengalami puncak kemarau pada Juni dan Juli 2025.
Wilayah tersebut mencakup Sumatera, Jawa bagian barat, Kalimantan bagian utara, sebagian kecil Sulawesi, Papua bagian tengah dan timur.
Sementara itu, sebanyak 340 ZOM diprediksikan akan memasuki puncak kemarau
pada Agustus 2025.
ZOM yang mengalami puncak kemarau pada Agustus 2025, meliputi wilayah Jawa bagian tengah hingga timur, sebagian besar Kalimantan, sebagian besar Sulawesi, Bali,
Nusa Tenggara, sebagian Maluku, Maluku utara, dan sebagian Pulau Papua.
“Puncak Musim adalah periode bulan dengan curah hujan tertinggi (musim hujan) atau terendah (musim kemarau) untuk tiga dasarian berturut-turut,” jelas BMKG.
Baca juga: Tak Hanya Merusak, Badai Tropis Juga Memberi Manfaat bagi Bumi, Apa Saja?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.