Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Penjualan Boneka Labubu di Inggris Dihentikan Sementara, Ini Alasannya

Baca di App
Lihat Foto
instagram.com/popmartid
Boneka Labubu.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Pop Mart, produsen boneka Labubu yang tengah naik daun, menarik produknya dari seluruh toko di Inggris. 

Keputusan ini diambil menyusul laporan adanya keributan antar pelanggan yang berebut untuk mendapatkan Labubu. 

Pop Mart pun mengumumkan bahwa penjualan Labubu dihentikan sementara di 16 tokonya hingga Juni mendatang.

Mainan berbahan lembut ini mendadak populer di TikTok setelah dikenakan oleh sejumlah selebriti ternama seperti Rihanna dan Dua Lipa. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ramai soal Antre Labubu dan Tiket Konser Ludes di Tengah Lesunya Ekonomi, Benarkah Lipstick Effect?

Alasan keamanan

Menurut laporan Standard, Sabtu (24/5/2025), penghentian sementara penjualan boneka Labubu untuk mencegah adanya potensi gangguan keamanan.

Pada Selasa, (20/5/2025), Pop Mart mengatakan, karena banyaknya orang yang ingin membeli boneka Labubu, jumlah pelanggan meningkat tajam saat stok baru datang, hingga memicu antrean panjang di depan toko dan mesin Roboshop.

"Untuk menjaga keselamatan dan kenyamanan semua orang, kami akan menghentikan sementara penjualan mainan "The Monsters" di toko dan Roboshop sampai ada pemberitahuan lebih lanjut," bunyi pernyataan Pop Mart.

"Penjualan online tetap berjalan seperti biasa. Jadi, pastikan mengikuti pengumuman kami untuk tahu kapan penjualan berikutnya dimulai," sambungnya.

Baca juga: Boneka Labubu dan Konsep Cute Marketing

Antrean pelanggan di toko mengular

Penggemar Labubu, Victoria Calvert bercerita, saat tiba di toko, ia bertemu orang-orang yang sudah antre sejak pukul 03.00 pagi, bahkan ada yang berkemah semalaman.

"Saat saya sampai, sudah banyak orang berkerumun di sekitar toko. Suasananya terasa sangat tidak menyenangkan," ujarnya, dikutip dari BBC, Jumat (23/5/2025).

Ia mendengar teriakan orang-orang yang mengatakan Labubu sudah habis, dan melihat ada perkelahian antara pegawai toko dan pelanggan.

Karena merasa tidak aman, Victoria memutuskan pergi. 

"Itu pengalaman yang buruk dan menakutkan," katanya.

Pihak toko mengatakan, meskipun tidak ada pegawai yang terluka, mereka memilih untuk segera bertindak demi mencegah masalah keselamatan.

Victoria pun mendukung langkah Pop Mart untuk menghentikan sementara penjualan Labobo di toko. 

Baca juga: Apa Itu Boneka Labubu dan Mengapa Bisa Viral? Simak Penjelasan Berikut

Ia menduga beberapa orang di barisan depan adalah reseller, karena langsung menjual tiket seharga 150 poundsterling (Rp 3,3 juta). Padahal, tiket itu digunakan untuk mendapatkan boneka Labubu.

Di Inggris, boneka-boneka tersebut dijual dengan harga mulai dari 13,50 poundsterling (Rp 296.960)  hingga 50 poundsterling (Rp 1.099.855). 

Namun, untuk edisi-edisi langka, harganya bisa melambung tinggi di pasar. Bahkan, pada hari Jumat, salah satu boneka Labubu edisi khusus "Pronounce Be Fancy Now" tercatat ditawarkan di eBay seharga 1.299,99 Poundsterling (Rp 28,5 juta).

Karakter boneka monster yang khas ini merupakan karya seniman asal Hong Kong, Kasing Lung. Mainan tersebut mulai mencuri perhatian publik sejak Pop Mart, peritel asal Tiongkok, mulai memasarkannya pada 2019.

Baca juga: Lisa BLACKPINK ke Jakarta, Fans Minta Boneka Labubu-nya Juga Dibawa

Pengecer disalahkan

Jaydee, seorang eksekutif pemasaran yang membuat video unboxing Labubu di TikTok, menyalahkan para pengecer karena merusak keseruan tren ini.

"Saya sudah tinggal di London sepanjang hidup saya dan banyak orang yang menjual kembali barang seperti ini," katanya.

"Memang menyebalkan, tapi untuk penggemar sejati, ini kabar baik dan keputusan yang tepat. Sekarang saya bisa masuk Pop Mart tanpa harus antre," tambahnya.

Susannah Streeter, Kepala Pasar di Hargreaves Lansdown, mengatakan bahwa pembatasan stok Pop Mart dan penjualan boneka membuat penggemar jadi sangat antusias.

Namun, kerumunan besar saat penjualan membuat masalah yang sulit diatur dan ditangani.

"Kerumunan yang tidak terkendali itu bisa merusak citra merek yang seharusnya menyenangkan, mungkin itulah alasan penjualan dihentikan," terangnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi