Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Seniman Hong Kong Modifikasi Lengan Robot, Bisa Membuat Lukisan Tinta China

Baca di App
Lihat Foto
freepik
Ilustrasi robot.
|
Editor: Ahmad Naufal Dzulfaroh

KOMPAS.com - Seniman asal Hong Kong, Victor Wong, berhasil memodifikasi lengan robot untuk bisa membuat lukisan pemandangan yang dinamai dengan AI Gemini.

Dilansir dari ABC Columbia, Selasa (27/5/2025), AI Gemini merupakan robot yang digerakkan oleh AI untuk melukis pemandangan tradisional China.

Wong yang memiliki gelar di bidang teknik elektro, kerap membuat karya terkait efek khusus film, instalasi teknologi seni, dan patung.

Melalui AI gemini, ia memutuskan untuk membuat sesuatu yang unik menggunakan lengan robotik yang dibelinya secara daring.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perlu diketahui, AI Gemini buatan Wong tidak memiliki hubungan dengan chatbot AI generatif Google dengan nama yang sama.

Baca juga: Robot vs Robot, China Jadi Tuan Rumah Pertandingan Humanoid Pertama 2025


Proses pembuatan AI Gemini, lengan robot yang bisa melukis

Dilansir dari CNN, Minggu (25/5/2025), Wong melakukan pemograman ulang terhadap lengan robot yang dibelinya secara daring dan menambahkan kuas cat.

Robot tersebut dibekali algoritma untuk menginterpretasikan kumpulan data yang telah dipilih Wong.

Melalui algoritma tersebut, robot diarahkan untuk melukis kontur pegunungan hingga membentuk pemandangan di atas kertas Xuan, sebuah kertas berat tipis yang digunakan untuk melukis secara tradisional.

Sebagai contoh, sebuah rangkaian lukisan yang terinspirasi dari pengiriman wahana penjelajah lunar ke sisi terjauh bulan oleh China, diprogram menggunakan informasi dari peta bulan 3D milik NASA.

Baca juga: Pakai AI Disebut Bikin Nalar Anak Tidak Berkembang, Apa Kata Psikolog?

Selain itu, Wong juga menggunakan data seperti indeks harga saham yang naik dan turun, sehingga dapat diartikan sebagai gunung dan lembah.

AI Gemini memerlukan waktu sekitar delapan hingga 10 jam untuk menghasilkan lukisan setinggi dan selebar satu meter.

Sementara, untuk penggunaan warna, robot dilatih melukis lanskap dengan tinta tradisional.

Menurut Wong, jumlah air yang digunakan dalam melukis bergantung pada perubahan kelembapan.

Sejak AI Gemini diluncurkan, Wong telah menggelar pameran di Hong Kong, Taiwan, dan London.

Ia mengatakan, lukisan robot itu sudah terjual sekitar 20.000 dollar AS (sekitar Rp 324 juta).

Baca juga: Tekan Kecelakaan, Sri Lanka Akan Manfaatkan AI untuk Pantau Sopir Bus dan Truk yang Lelah

Kontroversi penggabungan seni dan teknologi

Penggunaan AI untuk membuat karya seni masih menuai kontroversi di kalangan kritikus.

Sebab, mereka menganggap seni AI kurang orisinal dan gambar yang dihasilkan didasarkan pada karya seniman yang memiliki hak cipta.

Menanggapi hal itu, Wong menegaskan bahwa ia tidak melatih AI untuk menggunakan gambar-gambar model secara langsung.

Alih-alih melatih AI Gemini untuk menyalin karya para maestro seniman, ia membuat sebuah algoritma untuk meniru cara kerja maestro tersebut.

Menurut dia, karya-karyanya dan AI Gemini bersifat orisinal. Walaupun begitu, masih ada beberapa orang yang menghadiri pamerannya dan menyerukan, "ini bukan seni!".

Ia menambahkan, inovasi seni merupakan kekuatan dalam dunia kreatif.

“Teknologi dan seni tidak pernah dipisahkan,” ujar Wong.

Baca juga: Robot Humanoid di China Serang Pekerja Pabrik, Picu Kekhawatiran

Dia mencontohkan, penemuan kuas cat yang tersebar luas sejak dinasti Han pada abad 206 SM hingga 220 M dan memungkinkan munculnya beragam bentuk seni, salah satunya kaligrafi.

Selain itu, pada abad ke-15, seniman termasuk Leonardo da Vinci menggunakan teknik inovatif seperti perspektif linear.

Perspektif linear adalah sistem matematika yang menggunakan serangkaian garis konvergen untuk menciptakan perspektif dalam gambar dan lukisan.

Dengan begitu, ia menganggap bahwa para seniman selalu menggunakan inovasi dalam berkarya.

“Sang ahli selalu punya resep rahasia untuk mengerjakan pekerjaannya. Mereka selalu menggunakan teknologi terkini,” tutur Wong.

Ia meyakini, penerapan kecerdasan buatan dalam seni hanyalah kelanjutan dari inovasi-inovasi terdahulu dan sifatnya tidak bisa dihindari.

“AI telah menjadi bagian dari kehidupan dan orang-orang masih belum bisa menerimanya, terutama dalam hal seni. Namun, Anda tidak bisa lepas dari AI,” imbuh dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNN, ABC
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi