KOMPAS.com - Paracetamol merupakan obat bebas yang biasanya digunakan untuk menurunkan demam dan meredakan nyeri ringan hingga sedang.
Secara umum, obat ini aman untuk anak-anak maupun orang dewasa, jika dikonsumsi dalam dosis yang tepat.
Meski demikian, paracetamol tidak dianjurkan untuk dikonsumsi setiap hari, terutama tanpa pengawasan medis.
Sebab, penggunaan paracetamol secara berlebihan dapat memicu efek samping yang membahayakan kesehatan.
Lantas, adakah efek samping penggunaan paracetamol dalam jangka panjang?
Baca juga: Benarkah Paracetamol Bisa Sebabkan Kerusakan Hati dan Gagal Ginjal? Ini Penjelasan Guru Besar UGM
Efek samping konsumsi paracetamol jangka panjang
Guru Besar Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Zullies Ikawati mengatakan, paracetamol atau asetaminofen adalah obat pereda nyeri dan penurun panas (analgetik dan antipiretik).
Meski penggunaannya aman dan bisa tanpa resep dokter, namun jika dikonsumsi dalam jangka panjang, paracetamol bisa menyebabkan efek samping untuk kesehatan.
"Penggunaan analgesik atau obat pereda nyeri dalam jangka panjang, meskipun tidak berlebihan dan sesuai dosis, tetap memiliki potensi efek samping, terutama jika digunakan secara terus-menerus tanpa pemantauan medis," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (17/4/2025).
Baca juga: 6 Efek Samping Minum Obat Asam Lambung PPI Tanpa Resep Dokter
Zullies menjelaskan, paracetamol bekerja terutama dalam sistem saraf pusat untuk menurunkan ambang nyeri dan menurunkan demam.
Meski demikian, obat ini tidak memiliki efek antiinflamasi kuat seperti obat pereda nyeri lainnya, NSAID (Non-Steroidal Anti-Inflammatory Drugs) seperti ibuprofen, diclofenac, atau naproxen.
"Efek samping jangka panjangnya lebih ke arah kerusakan hati (hepatotoksisitas) sebagai risiko utama," jelas Zullies.
Efek tersebut bisa terjadi terutama jika dikonsumsi dalam dosis tinggi (>4 gram/hari) atau dikombinasikan dengan alkohol atau obat hepatotoksik lainnya.
Namun, kata Zullies, pada dosis terapeutik dan tidak melebihi anjuran, risiko ini relatif rendah.
Baca juga: Ketahui Efek Samping Minum Paracetamol Berlebihan, Apa Saja?
Gejala awal kerusakan akibat konsumsi paracetamol
Selain itu, penggunaan paracetamol dalam jangka panjang juga bisa menyebabkan kerusakan ginjal, meskipun risikonya lebih rendah dibandingkan NSAID.
"Risiko kerusakan ginjal dari paracetamol lebih rendah dibandingkan NSAID, tapi tidak nol," kata Zullies.
Dia mengungkapkan, beberapa studi menunjukkan bahwa konsumsi paracetamol jangka panjang dapat meningkatkan risiko penyakit ginjal kronis, terutama jika disertai faktor risiko lain seperti dehidrasi, hipertensi, atau penggunaan bersamaan dengan NSAID.
Adapun gejala awal kerusakan hati dan ginjal akibat konsumsi paracetamol sebagai berikut:
- Kelelahan
- Mual ringan
- Urine berwarna gelap (pada gangguan hati)
- Penurunan frekuensi buang air kecil (pada gangguan ginjal)
- Nyeri pada perut kanan atas (hati).