KOMPAS.com - Penolakan terhadap imunisasi bayi baru lahir masih ditemukan di tengah masyarakat.
Padahal, vaksinasi sejak hari pertama kehidupan anak bertujuan untuk mencegah penyakit berbahaya yang bisa berdampak jangka panjang.
Beberapa jenis vaksin penting diberikan saat bayi baru saja dilahirkan, seperti vaksin hepatitis B dan polio oral.
Vaksin ini menjadi langkah awal untuk membangun sistem kekebalan tubuh si kecil yang belum sempurna.
“Vaksin polio oral mencegah polio yang bisa menyebabkan kelumpuhan permanen. Sedangkan vaksin hepatitis B mencegah infeksi hati kronis yang bisa berujung pada kanker hati di usia dewasa,” ujar Ketua Komnas Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI), Prof. Dr. dr. Hindra Irawan Satari, SpA(K), SubSp IPT, M.Trop.Paed, saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/5/2022).
Baca juga: Komnas KIPI: Hoaks Picu Penolakan Vaksinasi pada Bayi Baru Lahir
Jenis vaksin newborn dan manfaatnya
Mengacu pada informasi dari laman Ayo Sehat Kementerian Kesehatan RI, Jumat (19/12/2022), bayi yang baru lahir sangat membutuhkan imunisasi sebagai perlindungan dari berbagai jenis infeksi yang dapat mengganggu proses tumbuh kembangnya.
Imunisasi pada tahap awal kehidupan terdiri dari beberapa jenis utama, antara lain:
- Hepatitis B: Vaksin ini diberikan dalam waktu 24 jam setelah kelahiran untuk melindungi hati dari virus hepatitis B yang bisa menyebabkan sirosis dan kanker hati.
- Polio: Diberikan dalam bentuk tetes (OPV) atau suntikan (IPV) mulai usia satu bulan. Vaksin ini mencegah infeksi virus polio yang bisa mengakibatkan kelumpuhan permanen.
- BCG: Bertujuan mencegah tuberkulosis, terutama TBC paru. Vaksin ini biasa diberikan sebelum bayi berusia 3 bulan.
- DPT: Gabungan vaksin untuk difteri, pertusis (batuk rejan), dan tetanus. Vaksin ini direkomendasikan untuk bayi mulai usia dua bulan, dengan jadwal pengulangan sesuai panduan medis.
Kemenkes juga menjelaskan bahwa reaksi demam ringan usai imunisasi merupakan tanda bahwa vaksin sedang bekerja dan tubuh sedang membentuk kekebalan terhadap penyakit tertentu.
Baca juga: Mengapa Dunia Butuh Vaksin M72 untuk Melawan Tuberkulosis? Ini Kata Ahli…
Dampak buruk jika bayi tidak diimunisasi
Prof. Hindra menegaskan bahwa abai terhadap jadwal imunisasi dapat menimbulkan risiko besar bagi bayi, termasuk potensi penularan kepada orang lain.
“Anak bisa menderita penyakit tersebut dan menularkannya kepada orang lain. Dalam beberapa kasus, bisa menyebabkan kelumpuhan hingga kematian,” ucapnya.
Selain membahayakan diri sendiri, anak yang tidak divaksinasi berisiko menjadi pembawa penyakit di lingkungannya.
Hal ini menjadi ancaman terutama bagi kelompok yang tidak bisa divaksin karena kondisi medis tertentu.
Tanpa imunisasi, tubuh bayi tidak memiliki perlindungan yang cukup terhadap virus atau bakteri penyebab penyakit menular, sehingga rentan mengalami komplikasi serius yang bisa dihindari.
Banyak orang tua menolak imunisasi karena terpengaruh kabar yang tidak berdasar di media sosial. Karena itu, ia mendorong masyarakat untuk lebih selektif dalam menerima informasi.
“Saya sarankan untuk mencari informasi dari sumber terpercaya, seperti dokter anak, institusi kesehatan resmi, atau organisasi profesi kesehatan,” tegasnya.
Vaksinasi, menurutnya, bukan sekadar pilihan, melainkan bagian penting dari hak anak untuk mendapatkan perlindungan kesehatan sejak lahir.
Dengan mengikuti jadwal imunisasi yang dianjurkan, orang tua telah memberi bekal penting bagi anak untuk tumbuh sehat dan tangguh menghadapi risiko penyakit di masa depan.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.