KOMPAS.com - Lini masa media sosial X ramai membahas soal intoleransi laktosa disebut karena faktor keturunan atau genetik.
Mulanya, seorang warganet mengungkapkan pendapatnya agar perempuan tidak menikah dengan orang Indonesia untuk menghindari intoleransi laktosa.
"Dear girls, jangan nikah sama orang indo deh soalnya sakit banget hatiku sbg ibu tiap kali liat anak intoleransi laktosa kayak gini, karena gen ku juga sih," tulis akun ta**a***** pada Senin (26/5/2025).
Sebagian warganet pun tidak memahami hubungan antara genetik orang Indonesia dan intoleransi laktosa.
Warganet yang lain menyatakan ketidaksetujuannya bahwa intoleransi laktosa disebabkan satu-satunya oleh faktor keturunan.
Lantas, benarkah intoleransi laktosa disebabkan oleh faktor genetik?
Baca juga: Produk Susu Nol Gula Sukrosa tapi Tinggi Laktosa, Sehatkah Dikonsumsi?
Ahli jelaskan penyebab intoleransi laktosa
Ahli Gizi Universitas Gadjah Mada, Toto Sudargo menjelaskan, intoleransi laktosa umumnya terjadi di negara berkembang yang masyarakatnya tidak terbiasa minum susu.
Sebab, kurang mengonsumsi susu menyebabkan tubuh tidak dapat mencerna gula susu atau laktosa dengan baik.
"Intoleransi laktosa adalah suatu keadaan di mana tubuh tidak dapat mencerna laktosa dengan baik, di mana gula alami itu terdapat dalam susu dan produk olahannya," kata Toto saat dihubungi Kompas.com, Selasa (27/5/2025).
Baca juga: 7 Susu Bebas Laktosa, Cocok bagi Penderita Intoleransi Laktosa
Menurutnya, ketidakmampuan tubuh mencerna laktosa disebabkan oleh kurangnya enzim laktase. Enzim tersebut berperan sebagai pemecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa.
Proses pemecahan ini bermanfaat untuk proses penyerapan gula oleh usus.
"Hal itu tejadi karena tubuh seseorang kekurangan enzim laktase. Enzim laktase itu diperlukan untuk pemecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa agar dapat diserap oleh usus," jelas dia.
Toto menjelaskan, ada beragam faktor yang menyebabkan kondisi intoleransi laktosa, termasuk faktor keturunan, tidak adanya enzim laktase dalam tubuh, serta hilangnya enzim laktase karena jarang mengonsumsi susu.
Baca juga: Susu Murni Lebih Baik Diminum Langsung atau Direbus Dulu?
Genetik bukan faktor penyebab utama
Toto melanjutkan, gejala intoleransi laktosa dirasakan setelah mengonsumsi produk susu.
Tanda yang dialami penderita intoleransi laktosa menyangkut pada gangguan di sekitar sistem pencernaan.
"Gejalanya berupa perut kembung, diare, dan gas berlebih sehingga menimbulkan rasa yang tidak enak. Dalam kasus ekstrem, bisa terjadi keram perut dan mual-mual," kata dia.
Gangguan pencernaan ini dapat terjadi pada anak-anak dan dewasa. Ia pun menegaskan bahwa keturunan bukan faktor penyebab utama intoleransi laktosa.
Menurutnya, penyebab orang Asia sering menderita intoleransi laktosa adalah tidak terbiasa mengonsumsi susu, yang kemungkinan karena kendala ekonomi ataupun yang lainnya.
Baca juga: Susu Murni Lebih Baik Diminum Langsung atau Direbus Dulu?
Selain itu, kondisi ini juga dapat disebabkan oleh kurangnya pengenalan produk susu sejak kecil.
"Misal umur 1 tahun enggak dikenalkan susu. Bisa juga karena enzim laktase tidak diproduksi tubuh," terang dia.
Toto menuturkan, kondisi ini tidak hanya dialami oleh warga negara Asia, tetapi semua orang dari negara mana pun.
Karena itu, ia menyebutkan bahwa pendapat mengenai intoleransi laktosa disebabkan oleh genetik orang Indonesia tidaklah tepat.
"Pernyataan jangan nikah dengan orang Indonesia itu tidak benar. Di luar negeri juga terjadi intoleransi laktosa ," ujarnya.
Baca juga: Perbandingan Gizi Susu, Telur, dan Daun Kelor, Mana yang Lebih Baik?
Cara mengatasi intoleransi laktosa
Untuk mengatasi intoleransi laktosa , ia menyarankan untuk memilih asupan makanan yang bebas laktosa.
"Pilih susu atau produk dengan label bebas laktosa, (konsumsi) produk fermentasi yang mudah dicerna tubuh seperti yoghurt dan sayuran tinggi kalsium seperti kacang almond, atau juga susu kedelai," jelasnya.
Pada anak-anak, intoleransi laktosa bisa diatasi dengan memberikan susu secara perlahan untuk membantu tubuh memproduksi enzim laktase.
"Bisa dicoba satu sendok teh. Kalau tidak diare dan tidak mual, dicoba terus. Itu membantu tubuh menumbuhkan kembali enzim laktase," paparnya
"Kalau 5 sendok terjadi diare, disetop dulu dan coba hari berikutnya," pungkasnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.