KOMPAS.com - Banyak orang yang merasa ragu untuk mencari bantuan profesional terkait kondisi mental yang dialami.
Padahal, mengakses layanan kesehatan mental tidak melulu bagi orang yang sudah mengalami gangguan mental parah, menurut psikolog klinis pada Pusat Layanan Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Putri Saraswati, M.Psi.
"Jadi layanan psikologi itu bisa digunakan untuk prevensi atau pencegahan. Itu bisa jadi datang ke layanan psikologi untuk pencegahan suatu masalah sebelum muncul," ujar Putri yang sudah memulai kariernya sejak 2010 kepada Kompas.com, Rabu (4/6/2025).
Putri mencontohkan, seperti seseorang mempunyai kebiasaan susah bangun pagi.
Ia lantas mengakses layanan psikologi sebelum masalah muncul gara-gara sulit bangun pagi.
Baca juga: Tips Membangun Kepercayaan Diri di Usia Dewasa Menurut Psikolog
Apa Saja Alasan untuk Konseling ke Psikolog?
Selanjutnya, layanan psikologi juga bisa untuk pengembangan diri.
"Jadi enggak ada masalah apapun, misalnya ingin 'aku gimana sih lebih optimal saja potensiku'. Mungkin klien ini bisa lebih optimal ketika ada teman diskusi," jelas Putri.
Sementara itu, fungsi layanan psikologi yang banyak dikenal adalah penyembuhan ketika seseorang mengalami masalah berat.
Layanan konseling yang diberikan oleh Putri lebih bersifat pada masalah adaptif tentang kehidupan sehari-hari yang ringan saja.
Sementara itu, bila sudah masuk ke dalam penyembuhan gangguan mental berat misalnya sampai gangguan kepribadian atau kecemasan, ia menyebutnya sebagai psikoterapi.
Rata-rata klien melakukan konseling masalah adaptif sebanyak satu kali sampai selama satu tahun. Sementara psikoterapi bisa lebih dari satu tahun.
Namun, Putri menegaskan bahwa durasi konseling tetap dipengaruhi oleh karakter dan masalah klien.
"Misalnya sama-sama konseling, ada yang satu kali saja sudah cukup. Tapi ada orang tertentu, dia harus datang konseling tiga sampai lima kali. Ini semua tergantung dari kliennya sendiri sebetulnya dan masalahnya seperti apa gitu ya," papar Putri yang juga kepala program studi S1 Fakultas Psikologi UMM.
Baca juga: Benarkah Anak yang Tumbuh Tanpa Peran Ayah Akan Jadi Generasi Stroberi? Ini Kata Psikolog
Kapan Waktunya Konseling ke Psikolog?
Kini, sudah banyak layanan kesehatan mental khususnya psikolog klinis. Terdapat 3.077 psikolog klinis anggota aktif Ikatan Psikolog Klinis (IPK) Indonesia per 7 Juni 2025.
Masih dari data IPK Indonesia, berikut adalah sebagian sebaran psikolog klinis di fasilitas kesehatan Indonesia:
- 1.232 praktik mandiri
- 1.170 di pusat layanan psikologi swasta atau bersama
- 788 di lembaga pendidikan
- 679 di rumah sakit umum swasta
- 233 di poli psikologi puskesmas.
Walau sudah banyak praktik psikolog klinis, konseling tetaplah bukan hal mudah.
Berdasarkan penuturan psikolog klinis di sebuah puskesmas kabupaten di Yogyakarta Mufliha Fahmi, M.Psi., calon klien membutuhkan waktu enam bulan, satu tahun, bahkan dua tahun sebelum konseling ke psikolog.
Lya, panggilan Mufliha Fahmi, juga menemukan bahwa perbedaan lokasi layanan kesehatan mental dapat menentukan wawasan masyarakat di situ untuk menentukan seberapa cepat mereka mencari pertolongan.
Misalnya di tempatnya praktik di biro psikologi swasta dan rumah sakit swasta di Yogyakarta yang letaknya di pusat kota; masyarakat terutama usia muda lebih sadar dengan isu kesehatan mental.
"Mereka enggak perlu nunggu sampai parah banget gitu, ketika merasa butuh untuk sharing atau ada hal yang perlu didiskusikan dengan psikolog, mereka langsung datang. Biasanya waktu antara ingin konsultasi dengan akhirnya beneran konsultasi itu singkat," kata Lya ketika dihubungi oleh Kompas.com, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: Tips Kerja dari Rumah Anti-Burnout dari Psikolog
Lya berharap, orang-orang tidak perlu menunggu sampai mempunyai masalah darurat, baru mengakses layanan kesehatan mental.
Kita dapat membedakan antara stres normal dan abnormal yang sudah membutuhkan bantuan profesional.
"Kalau stres yang normal misalnya kita berkonflik kemudian merasa enggak nyaman atau enggak enak itu kan hal yang wajar. Contoh lain, merasa bad mood sehari atau dua hari, itu masih normal," jelas Lya.
"Tapi kan ada situasi kita enggak bisa memahami rasa enggak nyaman, rasa tertekan, rasa sedihnya itu berasal dari mana. Kalau durasinya panjang, misalnya minimal dua minggu. Selama dua minggu berturut-turut dia enggak mood terus. Kayak apapun yang dilakukan rasanya enggak nyaman. Nah, itu sudah waktunya berkunjung ke psikolog," lanjut psikolog yang praktik sejak 2018 ini.
Namun, walau perasaan tidak nyaman hanya dirasakan misalnya baru satu dua hari tetapi mengganggu fungsi diri maka seseorang itu sebaiknya ke psikolog.
"Dalam arti mungkin dia enggak bisa bangun dari tempat tidur, enggak bisa keluar kamar, mungkin juga enggak bisa konsentrasi sama sekali untuk bekerja, artinya fungsi kesehariannya terganggu gitu ya. Itu berarti dia sudah perlu untuk datang ke psikolog," ungkap Lya.
Secara sederhana, menurut Lya, kapan waktunya konseling dilihat dari sisi durasi dan keberfungsian diri.
Sementara menurut Putri, terdapat stres positif dan negatif.
"Stres yang positif itu akan membuat kita menjadi orang yang lebih baik lagi, karena kita memaknai stres itu sebagai challenge. 'Aku ada masalah atau rintangan kayak gini, berarti aku harus bisa apa nih'," ucap Putri memberi contoh.
"Tetapi ketika stres itu suatu masalah atau suatu tantangan atau apapun yang menghampiri dirinya, kemudian dia memaknainya menjadi negatif. Akhirnya mengganggu kehidupan misalnya di perkuliahan, sekolah, keluarga, maupun pekerjaan. Maka dia sebaiknya memang datang ke profesional," jelas Putri.
Baca juga: Mengapa Berita Negatif Lebih Banyak Disukai? Ini Penjelasan Psikolog
Apa Persiapan Sebelum Konseling?
Tidak tahu mau bercerita apa sampai khawatir dihakimi, menjadi sedikit dari keraguan orang mengakses layanan kesehatan mental.
"Sangat wajar, lumrah, dan sering terjadi ketika orang mau datang ke psikolog itu takut atau ragu. Namun, sebelumnya perlu dipahami bahwa ketika datang ke psikolog itu kami adalah orang profesional yang terikat kode etik dan sumpah profesi. Semua yang disampaikan kepada kami adalah rahasia. Sama seperti dokter yang punya kode etik, misalnya tidak menceritakan penyakit pasiennya ke orang lain," kata Putri.
Sementara persiapan dari sisi pasien atau klien, Lya menuturkan bahwa seberapa besar keinginan atau kesadaran mereka untuk membutuhkan bantuan.
Apakah mereka bersedia terbuka untuk menceritakan masalah mereka dan menerima proses konseling.
"Misalnya ada pasien tidak merasa butuh tapi dia datang karena desakan orang lain, itu biasanya proses konsultasinya akan sulit. Sekadar formalitas, 'pokoknya aku sudah hadir nanti kalau ditanya sudah ke psikolog atau belum' dia jawab sudah begitu," ungkap Lya.
Hal ini berbeda bila tidak tahu mau bercerita apa kepada psikolog.
"Ada banyak pasien yang kayak gitu sebenarnya, di awal bingung mau menceritakannya dari mana. Biasanya, hal pertama yang saya tanyakan tentang apa tujuan datang ke psikolog serta apa harapan dan keinginan dari konsultasi psikologi ini," terang Lya.
Dari pertanyaan itu, pasien biasanya akan berbicara tentang masalah, keluhan, atau apa yang mengganggu mereka.
Kemudian, hal itu dapat memicu mereka untuk datang lagi konseling ke psikolog.
Baca juga: Konsultasi ke Psikolog atau Psikiater, Mana yang Ditanggung BPJS Kesehatan?
Apakah Butuh Biaya Konseling ke Psikolog?
Di samping persiapan diri, biaya pun perlu dipikirkan.
Mengakses layanan psikolog kisaran harganya beragam tergantung jenis dan lokasi layanan kesehatan mental serta lama pengalaman psikolog.
Menurut Lya, tarif layanan di biro psikologi di Yogyakarta misalnya, rata-rata Rp 250.000 sampai Rp 500.000 per sesi, selama 45 sampai 60 menit.
Sebagai psikolog yang juga praktik di rumah sakit, Lya menegaskan bahwa tarif konseling berbeda dengan biro.
"Kalau di rumah sakit, dia bentuknya kayak misalnya konseling sederhana biayanya berapa, tes apa biayanya berapa, tindakan apa biayanya berapa. Nanti diakumulasi. Perhitungannya persis kayak tindakan dokter di rumah sakit," papar Lya.
Konseling sederhana di rumah sakit mulai dari Rp 170.000. Tarif dapat lebih dari itu bila termasuk terapi atau intervensi lebih lanjut.
Dalam kesempatan terpisah, Putri menjelaskan bahwa himpunan psikologi belum mempunyai aturan baku terkait batas bawah dan batas atas tarif konseling.
"Bahkan kalau lihat di portal online yang menyediakan jasa itu bahkan ada yang sekali konseling cuma Rp 25.000. Ada yang ketemu langsung itu bahkan mungkin bisa sampai Rp 750.000. Macam-macam ya," ungkap Putri.
Baca juga: Benarkah Sering Silent Treatment Tanda Gangguan Mental? Ini Kata Psikolog
Putri sendiri menyediakan layanan konseling gratis secara online kepada siapa saja yang membutuhkan, tak ada syarat khusus.
Sementara itu, peserta BPJS Kesehatan juga bisa mengakses layanan kesehatan mental.
Menurut Kepala Humas BPJS Kesehatan Rizzky Anugerah via Kompas.com, BPJS Kesehatan menanggung layanan kesehatan mental baik konsultasi ke psikolog maupun psikiater. Tidak ada batasan maksimal biaya yang bakal ditanggung oleh BPJS Kesehatan.
“Namun, pelayanan kesehatan itu harus sesuai indikasi medis (diagnosis),” ujar Rizzky kepada Kompas.com, (11/5/2025).
Baca juga:
- Apakah Cek Kesehatan Mental Ditanggung BPJS Kesehatan?
- Kelelahan Mental di Zaman Serba Instan: Mengapa Perlu Berhenti Sejenak?
- Psikolog: 3 Ucapan Ini Sering Diucapkan Orang dengan Mental Tangguh
Kisah Klien Konseling ke Psikolog
Nona (nama samaran) memutuskan konseling ke psikolog puskesmas menggunakan BPJS Kesehatan.
Pada Juni 2024, ia pertama kali konseling ke puskesmas di Jakarta Selatan setelah "maju mundur" selama lima tahun.
"Namanya bukan poli psikologi di puskesmas itu, Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)," ucap Nona kepada Kompas.com, Selasa (3/6/2025).
Perempuan berusia 30 tahun ini pun merasa ragu dan perasaan campur aduk sebelum memutuskan konseling.
"Soalnya misalnya kita lagi ke-trigger sama suatu hal. Nggak bisa nih aku harus cerita ke orang cuma kadang aku tuh merasa kayak siapa orang terbaik yang harus aku ceritain. Dari situlah aku kepikiran, ini aku harus ke profesional. Tapi, ketika orang punya masalah gitu ya, mereda-mereda jadi yaudahlah nggak jadi (konseling). Terus ke-trigger lagi, sampai mikir wah nggak bisa nih aku harus dibantu," cerita perempuan yang bekerja sebagai penulis lepas ini.
Selama tiga kali konseling di puskesmas, Nona bercerita kepada konselor. Ia juga mendapatkan pencerahan dan insight.
Nona mengaku masih ingin melanjutkan konseling ke psikolog klinis dan menjalani hipnoterapi.
Kisah lain datang dari Tuan (bukan nama sebenarnya), ia memutuskan konseling ke psikolog di praktik pribadi setelah merasa ada yang berbeda dengan dirinya.
Walau ada ketakutan ceritanya bocor, pria 32 tahun ini menyadari bahwa perlu tenaga profesional untuk menyelesaikan masalah yang ia alami
Sekitar satu bulan pertimbangan, Tuan yang bekerja di bidang pendidikan ini melakukan konseling pertama kali pada 2021.
"Kesannya enak banget berasa melepas seluruhnya. Advice yang disampaikan psikolog juga rasional dan bisa dilaksanakan," kata Tuan melalui WhatsApp kepada Kompas.com, Rabu (4/6/2025).
Baca juga: 3 Tanda Utama Tubuh Alami Burnout Menurut Psikolog
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.