Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Vivian yang Divonis Leukemia, Sempat Mengira Hanya Kelelahan Mengurus Anak

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/stockking
Ilustrasi kelelahan. Vivian Larsen hanya mengalami gejala awal berupa kelelahan sebelum didiagnosis leukemia.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com - Vivian Larsen mengaku hanya mengalami kelelahan biasa, sebelum didiagnosis menderita Acute Myeloid Leukemia (AML), yaitu jenis kanker darah atau leukemia yang menyerang sumsum tulang dan berkembang dengan cepat.

Dilansir dari Cancer.org, AML dimulai di sumsum tulang, yaitu bagian dalam yang lembut dari tulang tertentu, tempat sel darah baru dibuat.

Biasanya, AML dengan cepat berpindah dari sumsum tulang ke dalam darah.

Kadang-kadang dapat menyebar ke bagian lain dari tubuh termasuk kelenjar getah bening, hati, limpa, sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang), dan testis.

Kadang-kadang pula, sel leukemia membentuk tumor yang disebut sarkoma mieloid.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 3 Pasien Jelaskan Gejala Awal Leukemia Sebelum Didiagnosis Kanker Darah

Awal kisah Larsen mendapatkan diagnosis

Kepada Newsweek, Larsen menceritakan pengalamannya berperang melawan sel-sel kanker.

Semua bermula di awal tahun 2024, di mana Larsen memiliki resolusi untuk fokus pada kesehatan, memprioritaskan kesehatan fisik dan mental dan menjadi versi dirinya yang lebih sehat.

Larsen yang menduduki kursi eksekutif di bidang kesehatan adalah seorang ibu dari seorang anak laki-laki berusia tiga tahun.

Tepat saat dia membuat resolusi tersebut, Larsen merasa sedikit lelah.

"Tetapi saya pikir semua ibu yang memiliki anak kecil pasti merasa cukup lelah," ujarnya, seperti dikutip dari Newsweek (27/6/2024).

Pada bulan Januari 2024, sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan, dokter memberi tahunya bahwa jumlah sel darah Larsen sangat rendah, yang terkadang bisa menjadi tanda penyakit tertentu.

Dia pun mencari opini kedua dari beberapa dokter lain. Dan semua dokter menegakkan diagnosis yang sama, bahwa Larsen menderita AML, jenis kanker darah yang ganas dan berkembang dengan cepat.

"Saya dan keluarga sangat shock, karena tak ada gejala lain yang saya rasakan. Saya hanya merasa sangat kelelahan," ujarnya.

Baca juga: Dokter Sebut Kolesterol Tinggi Tak Menunjukkan Gejala, Bagaimana Cara Mengetahuinya?

Menjalani empat kali kemoterapi

Larsen pun terpaksa membatalkan penerbangannya ke Taiwan untuk pulang ke kampung halamannya.

Larsen membuat banyak rencana untuk memastikan bahwa suami, bayi, dan orangtuanya dapat tetap terurus seandainya dia tidak ada.

"Dalam hitungan minggu, saya memulai pengobatan saya, menghabiskan waktu satu bulan di rumah sakit dalam ruang isolasi dan menerima kombinasi kemoterapi yang agresif," ujar Larsen, yang juga menceritakan pengalamannya di akun LinkedIn miliknya.

"Bagian tersulit adalah berada jauh dari putra saya, Chase, selama sebulan penuh. Meskipun saya dapat melihatnya melalui obrolan video dan bergabung saat makan bersama keluarga, saya masih merasa begitu jauh," sambungnya.

Selama di rumah sakit, Larsen ditangani oleh tim medis di Program Transplantasi Sumsum Tulang Fox Chase-Temple University di Philadelphia.

Para perawat dengan sabar menjelaskan kepada Larsen obat apa yang harus diminum dan mengapa ia harus mengonsumsi obat-obatan tersebut.

"Mereka dengan hati-hati mencabut rambut dari selimut dan sarung bantal saya yang berbulu halus untuk menunjukkan dukungan terhadap keputusan saya untuk membiarkan rambut saya rontok secara perlahan," ujarnya.

Setelah empat kali kemoterapi selama empat bulan, tubuh Larsen menunjukkan kemajuan yang menjanjikan.

Namun dokter mengatakan kepada Larsen, jika leukemia kembali muncul dalam dua tahun ke depan, maka dia memerlukan transplantasi sel punca darah untuk menyelamatkan hidupnya.

Baca juga: Gejala Awal Kanker Kandung Kemih yang Dialami oleh 4 Pasien, Apa Saja?

Mendaftar sebagai penerima donor

Dibantu tim medisnya, Larsen mendaftarkan diri ke NMDP Registry sebagai calon penerima donor sel punca darah.

Tujuh puluh persen pasien kanker darah tidak memiliki donor yang cocok dengan keluarga mereka, sehingga mereka mengandalkan NMDP Registry untuk membantu menemukan donor.

Menemukan donor sel punca darah sangat sulit bagi orang-orang dengan latar belakang etnis yang beragam seperti Larsen, yang memiliki darah Asia.

Hanya 9 persen dari pendaftaran nasional yang terdiri dari orang-orang dari keturunan Asia-Amerika, penduduk asli Hawaii, dan Kepulauan Pasifik (AANHPI).

"Saya mendorong semua orang yang berusia 18 hingga 40 tahun untuk bergabung dengan NMDP Registry. Hanya perlu tindakan sederhana untuk memulainya. Jika dipanggil untuk menjadi donor yang cocok untuk seorang pasien, Anda dapat menyelamatkan nyawa," ajak Larsen.

Diketahui, sekitar 53 persen orang Amerika keturunan Asia, 52 persen Hispanik, dan 71 persen pasien kanker kulit hitam yang membutuhkan transplantasi tidak memiliki donor sel punca darah yang sepenuhnya cocok dalam daftar.

"Bersama-sama, kita harus melakukan lebih banyak hal untuk menjadikan ini perjuangan yang adil bagi pasien seperti saya."

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi