Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Didiagnosis Hipertensi, 6 Pasien Ini Ungkap Makanan yang Sering Dikonsumsi Sebelumnya

Baca di App
Lihat Foto
FREEPIK
Ilustrasi mengukur tekanan darah. Berikut cerita pasien hipertensi tentang jenis makanan yang sering dikonsumsi sebelumnya.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan kondisi ketika tekanan darah dalam arteri melebihi batas normal.

Pada tahap awal, penyakit ini seringkali tidak menunjukkan gejala, namun dalam jangka panjang dapat meningkatkan risiko serius, seperti penyakit jantung hingga stroke.

Salah satu faktor yang berpengaruh besar terhadap tekanan darah adalah makanan yang kita konsumsi sehari-hari.

Tanpa disadari, beberapa jenis makanan yang terasa lezat di lidah justru bisa memicu lonjakan tekanan darah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Enam pasien yang telah terdiagnosis hipertensi membagikan pengalaman mereka tentang jenis makanan yang rutin dikonsumsi sebelum dinyatakan menderita tekanan darah tinggi. Apa saja makanan tersebut?

Baca juga: Tekanan Darah Tinggi 180/120 MmHg, Apa Bahayanya? Ini Penjelasan Dokter…

Makanan penyebab hipertensi

Berikut adalah ragam cerita pengidap hipertensi tentang jenis makanan yang sering dikonsumsi sebelumnya:

1. Makanan asin dan bergaram

Christine (60), perempuan asal Ghana, mengaku memiliki kebiasaan mengonsumsi makanan asin dan makanan yang digoreng.

Pada gilirannya, ia bahkan telah diagnosis mengalami stroke pada 2012 akibat hipertensinya tak ditangani dengan baik.

Sebagaimana dilansir website Blood Pressure Association milik organisasi amal di Inggris yang fokus pada masalah tekanan darah, Christine sempat menceritakan kebiasaannya yang suka makan makanan asin dan makanan yang digoreng.

“Saya berasal dari Ghana, dan orang-orang Afrika-Karibia menyukai makanan yang asin, pedas, dan digoreng. Tapi tidak semua yang kita suka itu baik untuk tubuh kita,” ujar Christine.

Sejak itu, ia mulai mengurangi konsumsi garam dan beralih ke rempah-rempah untuk memberi rasa pada masakan.

Meski belum sembuh total, setelahnya ia merasa memiliki kondisi kesehatan yang jauh lebih baik dan bisa kembali menjalani hidup aktif.

Baca juga: Benarkah Tekanan Darah Tinggi Bisa Picu Kerusakan Ginjal?

2. Makanan yang digoreng

Christine juga mengubah caranya memasak. Setelah didiagnosis hipertensi, ia lebih sering memanggang makanan daripada menggoreng.

Sayuran pun menjadi pilihan utama dibanding kentang atau nasi, dan ia mengurangi konsumsi daging merah.

Cerita serupa datang dari Tom, pasien hipertensi lainnya dari Inggris.

Blood Pressure Association melaporkan, Tom terbiasa sarapan dengan makanan prasmanan yang digoreng dan asin.

"Saya dulu sulit makan sehat karena sering disuguhi gorengan, makanan asin, hingga kue kering saat makan," jelasnya. 

Semenjak didiagnosis memiliki tekanan darah tinggi, ia kemudian memutuskan untuk tak mau makan sesuatu yang digoreng lagi, dan memperbanyak makan buah dan sayur.

Baca juga: 5 Tanda Peringatan Tekanan Darah Tinggi yang Tidak Boleh Diabaikan

3. Teh akar manis

Nikki (50) semula merasa sudah menjalani gaya hidup sehat dengan berhenti minum teh dan kopi berkafein.

Perempuan di Inggris itu menggantinya dengan teh herbal, seperti peppermint dan akar manis. Tapi, tekanan darahnya justru melonjak tinggi, bahkan pernah mencapai 220/110 mmHg.

Pada April 2014, ia menemukan informasi yang menyatakan bahwa ada baiknya untuk membatasi konsumsi teh akar manis karena kandungan kaliumnya bisa memperburuk kondisi hipertensi.

“Saya baru sadar, sejak September 2013 saya rutin minum 4-6 cangkir teh akar manis dan peppermint setiap hari,” ujarnya.

Setelah mengurangi konsumsi teh akar manis dan menjalani perawatan, tekanan darahnya pun membaik.

Baca juga: 10 Makanan untuk Kendalikan Tekanan Darah Tinggi, Apa Saja?

4. Ikan asin 

Joyce, perempuan asal Ghana, awalnya merasa sehat sampai dokter mendiagnosis hipertensi saat pemeriksaan rutin.

Ia sempat menolak percaya hingga tekanan darahnya kembali tinggi saat akan menjalani prosedur di dokter gigi.

“Saya dan keluarga terbiasa makan ikan asin kering. Tapi sekarang, saya merendamnya dulu agar garamnya berkurang, dan hanya memakai sedikit untuk masakan,” ungkapnya.

Sebagai pengganti garam, Joyce kini menggunakan berbagai rempah-rempah seperti jinten, cengkeh, adas, rosemary, pala, dan jahe.

Cerita para pasien ini bisa jadi pengingat bahwa makanan yang tampak biasa dalam keseharian bisa jadi berkontribusi terhadap tekanan darah tinggi.

Memahami jenis makanan yang dikonsumsi dan menyadari dampaknya sangat penting dalam upaya pencegahan dan pengendalian hipertensi.

5. Minuman dan makanan manis

Perempuan Inggris lain, Amanda (45), awalnya tak pernah menyangka akan mengidap hipertensi.

Ia merasa sehat-sehat saja, meski sering merasa pusing dan mudah lelah. Saat melakukan pemeriksaan kesehatan, dokter memberitahu bahwa tekanan darahnya mencapai 160/100 mmHg.

“Saya kaget karena selama ini tidak merasa sakit serius. Tapi setelah dipikir, saya punya kebiasaan minuman manis atau dalam kemasan, dan camilan seperti donat dan kue-kue kecil,” ujar Amanda, dikutip dari Pattient Info.

Amanda mengaku setiap hari hampir tak pernah absen dari gula tambahan, baik dalam minuman maupun makanan. Ia juga sering melewatkan makan besar, menggantinya dengan camilan manis yang praktis.

Konsumsi gula berlebih, terutama fruktosa, dilaporkan bisa meningkatkan kadar asam urat dan menghambat produksi nitric oxide, zat penting yang membantu pembuluh darah rileks.

Akibatnya, tekanan darah jadi lebih mudah naik. Selain itu, konsumsi gula tinggi juga meningkatkan risiko obesitas yang merupakan faktor risiko utama hipertensi.

Sejak didiagnosis, Amanda mulai mengurangi konsumsi makanan dan minuman manis. Ia menggantinya dengan makanan yang lebih sehat. Ia juga kemudian rutin berolahraga.

Baca juga: Benarkah Teh dan Cokelat Menurunkan Tekanan Darah Tinggi? Ini Kata Penelitian

6. Makanan cepat saji

Michael, seorang karyawan swasta di Inggris, didiagnosis hipertensi pada usia yang relatif muda, yakni 38 tahun.

Tekanan darahnya pernah mencapai 170/110 mmHg saat diperiksa setelah mengeluh sering sakit kepala dan leher terasa tegang.

Setelah ditelusuri lebih lanjut, dokter menyarankan Michael untuk mengevaluasi pola makannya.

Ia pun menyadari bahwa gaya hidupnya selama ini sangat tidak sehat.

Hampir setiap hari, ia mengonsumsi makanan cepat saji, termasuk burger, ayam goreng tepung, kentang goreng, dan soda, terutama karena kesibukan dan kemudahan akses.

“Saya bisa makan fast food sampai tiga atau empat kali seminggu. Mudah untuk mendapatkannya, tapi ternyata berdampak besar terhadap kesehatan," jelasnya.

Fast food umumnya mengandung kadar garam, lemak jenuh, dan kalori yang tinggi, sekaligus minim serat dan nutrisi.

Kombinasi ini bisa memicu penumpukan lemak tubuh, meningkatkan kadar kolesterol, dan tentu saja, memperparah tekanan darah.

Setelah didiagnosis, Michael mulai mengubah gaya hidupnya secara bertahap. Ia membawa bekal dari rumah, mengurangi makan di luar, serta mulai berolahraga ringan.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi