Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Batasi Konsumsi Gula dan Karbo dapat Kurangi Gejala PCOS

Baca di App
Lihat Foto
Shutterstock/justesfir
Ilustrasi PCOS atau sindrom ovarium polikistik.
|
Editor: Intan Maharani

KOMPAS.com - Sebagian besar wanita mengalami siklus menstruasi setiap bulannya.

Namun jika siklus menstruasi menjadi tidak teratur dan diikuti nyeri berlebihan, bisa jadi tubuh sedang memberi sinyal akan masalah yang lebih serius yakni Sindrom Ovarium Polikistik (polycystic ovary syndrome/PCOS),

Kondisi yang disebabkan oleh gangguan hormon ini dialami sekitar 10 persen perempuan di usia subur. 

Berdasarkan studi yang diterbitkan Current Nutrition Reports pada tahun 2025, peneliti menunjukkan akar permasalahan PCOS lebih kompleks karena dipengaruhi oleh resistensi insulin, mikrobiota usus, dan pola makan. 

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Ilmuwan Ungkap Makan Camilan Manis Justru Bisa Bantu Program Diet, Kok Bisa?

Agar tidak semakin memburuk, kondisi ini dapat diatasi dengan mengatur pola makan seperti mengurangi asupan gula dan karbohidrat sehari-hari.

Selain itu, suplemen juga dapat dijadikan alternatif untuk memelihara pencernaan dan mengatur hormon agar gejala PCOS tidak semakin memburuk. 

Lantas, bagaimana pola makan dan suplemen dapat mengurangi gejala PCOS?

Kondisi-kondisi yang memengaruhi gejala PCOS 

Resistensi Insulin 

Resistensi insulin merupakan kondisi tubuh tidak dapat merespons insulin secara normal. Keadaan ini memicu peningkatan kadar insulin dalam darah. 

Menurut para peneliti, resistensi insulin tidak hanya memberikan efek negatif pada metebolisme glukosa melainkan juga memperburuk gejala PCOS. 

Kadar insulin tinggi (hiperinsulenemia) terbukti merangsang ovarium untuk memproduksi lebih banyak androgen. Hal ini memperburuk gejala PCOS seperti jerawat, pertumbuhan rambut berlebih dan gangguan menstruasi.

Bahkan, perempuan tanpa kelebihan berat badan atau dengan berat badan normal dapat mengalami PCOS akibat resistensi insulun.

Dengan demikian, kondisi ini tidak secara eksklusif hanya bisa terjadi pada penderita obesitas. 

Baca juga: Apa Itu Diet Tanpa Gula? Ini Tips untuk Memulainya Mikrobiota usus dan hormon reproduksi

Dalam perkembangan studi terbaru, mikrobiota usus (komunitas bakteri dalam saluran pencernaan) dianggap berperan penting dalam mengatur hormon reproduksi dan sensitivitas insulin. 

Hubungan dua arah antar mikroba usus dan hormon reproduksi seperti testosteron dan estrogen dikenal dengan konsep "mikrogenderome". 

Peneliti menemukan perubahan komposisi mikrobiota usus pada perempuan dengan PCOS, terutama mereka yang mengalami obesitas. 

Ketika berada dalam posisi ini, bakteri baik Lactobacillus dan Bifidobacteria cenderung menurun. Sementara jumlah enterobacteria dan bacteroides meningkat. 

Perubahan populasi bakteri baik yang digantikan dengan enterobacteria dan bacteroides berkontribusi memicu inflamasi kronis atau peredangan dan resistensi insulin. 

Baca juga: 7 Suplemen dan Vitamin Rekomendasi Dokter untuk Meredakan Gejala PCOS

Untuk mengetahui pengaruh ini, peneliti menjadikan tikus sebagai objek studi. 

Saat tikus dengan PCOS diberi bakteri Lactobaciluus di usus, maka kadar testosteronnya turun dan dapat memperbaiki fungsi ovariumnya. 

Hasil temuan ini dianggap sebagai peluang untuk terapi beasis probiotik oleh para penulis. 

Pola makan bermanfaat untuk wanita dengan PCOS

Studi ini menyatakan, pola makan yang rendah karbohidrat akan sangat bermanfaat bagi wanita dengan PCOS.

Karena gejala PCOS yang memburuk dipengaruhi oleh pencernaan, maka diet dapat menjadi "senjata" yang cukup ampuh untuk mencegah resistensi insulin dan mengendalikan mikrobiota usus. 

Dalam jurnal tersebut, diet yang disarankan untuk wanita dengan PCS antara lain: 

Diet jangka pendek

Para peneliti menyarankan agar diet ketogenik, VLCD (Very Low Calorie Diet), dan diet rendah energi dilakukan dalam jangka waktu pendek.

Diet rendah karbohidrat (dengan memenuhi 45 persen energi harian) secara signifikan dapat menurunkan BMI dan meningkatkan protein untuk mengikat hormon reproduksi atau SHBG (Sex Hormone Binding Globulin).

Diet ini dinilai efektif karena mengurangi kelebihan lemak tubuh. Seperti diketahui, kelebihan lemak berhubungan dengan resistensi insulin dan kontrol glukosa yang buruk. 

Selain itu, diet ketogenik atau diet keto terbukti menurunkan berat badan dan lemak tubuh. 

Dengan menggantikan karbohidrat dengan lemak sebagai sumber energi, seseorang dapat menurunkan kadar glukosa, insulin, hingga menurunkan hormon androgen. 

Namun, diet keto tidak dianjurkan untuk dilakukan dalam jangka panjang karena sifatnya yang sangat membatasi konsumsi seseseorang. 

Baca juga: Benarkah Telat Haid Bisa Jadi Tanda PCOS? Ini Penjelasan Dokter

Diet jangka panjang 

Di sisi lain, diet Mediterania yang kaya akan seran disarankan oleh para peneliti untuk dilakukan dalam jangka panjang. 

Diet Mediterania sendiri menekankan konsumsi makanan nabati seperti buah-buahan, sayuran, kacang-kacangan, biji-bijian, serta minyak nabati (seperti minyak zaitun). 

Konsumsi produk nabati melalui diet jenis ini membawa pengaruh positif terhadap resistensi insulin dan pengendalian kadar gula darah. 

Selain itu, diet Mediterania juga memengaruhi toleransi glukosa, mengendalikan peradangan, memelihara kesehatan usus. 

Tak sampai di sana saja, diet ini juga kaya akan antioksidan dan berbagai nutrisi tambahan yang baik untuk tubuh. 

Sebagaimana dijelaskan bahwa kondisi PCOS dapat semakin buruk jika pencernaan tidak sehat, diet jenis ini dapat mengurangi gejala yang memburuk.

Meskupun demikian penelitian lebih lanjut masih dibutuhkan untuk menentukan nutrisi optimal dalam menangani PCOS. 

Baca juga: Daftar Buah yang Boleh dan Tidak Boleh Dimakan Penderita PCOS

Suplemen sebagai alternatif yang aman

Selama ini, obat metformin menjadi salah satu andalan untuk meningkatkan sensitivitas insulin pada wanita dengan PCOS. Namun, obat ini memberikan efek samping seperti mual dan gangguan pencernaan. 

Agar tidak mengalami efek samping sedemikian rupa, mereka yang memiliki PCOS dapat mengonsumsi suplemen sebagai gantinya.

Dalam studi tersebut, para peneliti memberikan daftar suplemen yang aman untuk dikonsumsi wanita dengan PCOS.

Adapun suplemen-suplemen tersebut antara lain 

1. Inositol

Konsumsi suplemen inositol, terutama dalam bentuk myo-inositol (MI) dan D-chiro-inositol (DCI) dengan rasio 40:1, dapat menurunkan kadar androgen.

Selain itu, suplemen ini dapat memperbaiki profil insulin tanpa efek samping berarti. 

2. Berberin 

Suplemen ini dibuat dari senyawa alami yang terkandung dalam tanaman herbal. Berberin dapat membantu menurunkan gula darah, memperbaiki profil lipid, dan memengaruhi mikrobiota usus. 

3. L-karnitin 

Suplemen dengan bahan ini dapat membantu metabolisme lemak dan meningkatkan sensitivitas insulin, terutama pada pasien PCOS dengan kadar karnitin rendah. 

Baca juga: Benarkah Konsumsi Vitamin D Bisa Redakan Gejala PCOS? Ini Penjelasan Dokter

Untuk mendapatkan hasil akurat, konsumsi suplemen dan diet yang tepat masih harus didiskusikan dengan dokter. 

Saat ini, penelitian tentang hubungan PCOS dengan resistensi insulin dan mikrobiota usus masih berada pada tahap awal. Sehingga, pendekatan interdisipliner diperlukan untuk mencari tahu cara yang lebih efektif untuk mengobati PCOS. 

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag
Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi