Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rusia Paling Mungkin Jadi Penengah Konflik Israel-Iran?

Baca di App
Lihat Foto
SPUTNIK/SOFIA SANDURSKAYA via AFP
Presiden Rusia Vladimir Putin saat bertemu sandera yang dibebaskan Hamas dari Gaza di Kremlin, Moskwa, 16 April 2025.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Selama beberapa dekade terakhir, Rusia memainkan peran diplomasi yang penuh perhitungan di kawasan Timur Tengah.

Negara ini berhasil menyeimbangkan kepentingannya, di satu sisi menjaga hubungan baik dengan Israel, di sisi lain membangun kemitraan strategis dengan Iran, baik secara ekonomi maupun militer.

Namun, dinamika itu kini diuji. Serangan militer Israel terhadap fasilitas nuklir dan militer Iran pada Jumat (13/6/2024), yang kemudian dibalas Iran dengan serangan drone dan rudal, menempatkan Rusia dalam posisi diplomatik yang rumit.

Meski demikian, kondisi ini sekaligus membuka peluang bagi Rusia untuk mengambil peran yang lebih besar, yaitu menjadi penengah antara dua negara yang berseteru.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Fasilitas Minyak dan Gas Iran Mana Saja yang Diserang Israel?

Kecaman Rusia terhadap serangan Israel-Iran

Sebagaimana dilansir Associated Press (AP), Minggu (16/6/2025), Presiden Rusia Vladimir Putin telah menghubungi Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden Iran Masoud Pezeshkian untuk menawarkan bantuan diplomatik dalam meredakan konflik.

Dalam percakapannya dengan Pezeshkian, Putin mengutuk serangan Israel dan menyampaikan belasungkawa.

Ia juga menegaskan bahwa Rusia telah mengajukan sejumlah inisiatif untuk menyelesaikan persoalan seputar program nuklir Iran.

Kementerian Luar Negeri Rusia juga mengeluarkan pernyataan keras.

Mereka menyebut, serangan Israel “sama sekali tidak dapat diterima” dan memperingatkan bahwa “segala konsekuensi dari provokasi ini akan ditanggung oleh kepemimpinan Israel.”

Rusia juga menyerukan kedua belah pihak untuk menahan diri demi mencegah perang skala penuh di kawasan. Namun, meskipun begitu, Rusia belum memberikan isyarat akan memberi dukungan yang lebih dari sekadar politik terhadap Iran.

Sementara kepada Netanyahu, Putin menekankan pentingnya kembali ke meja perundingan dan menyelesaikan isu nuklir Iran melalui cara politik dan diplomatik. Ia juga menawarkan mediasi guna mencegah eskalasi lebih lanjut.

“Telah disepakati bahwa Rusia akan terus menjalin kontak erat dengan pimpinan Iran dan Israel untuk mencari solusi atas situasi saat ini yang berpotensi membawa bencana bagi kawasan,” tulis pernyataan dari Kemenlu Rusia.

Putin juga membahas meningkatnya ketegangan di Timur Tengah dalam percakapan telepon dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Penasihat urusan luar negeri Rusia, Yuri Ushakov, mengatakan bahwa Putin menyatakan kesiapan Rusia untuk menjadi mediator dan menawarkan langkah-langkah konkret dalam perundingan AS-Iran terkait program nuklir Iran.

Baca juga: Daftar 9 Ilmuwan Nuklir Iran yang Terbunuh akibat Serangan Israel

Hubungan antara Rusia dengan Iran

Pada era Perang Dingin, hubungan Rusia dengan Iran kerap tegang, terutama karena Iran pada saat itu merupakan sekutu Amerika Serikat.

Namun, setelah Uni Soviet runtuh pada 1991, hubungan kedua negara membaik. Rusia menjadi mitra dagang penting dan pemasok utama senjata serta teknologi ke Iran. Rusia juga membangun pembangkit listrik tenaga nuklir pertama Iran di pelabuhan Bushehr yang mulai beroperasi pada 2013.

Selain itu, Rusia turut menjadi bagian dari kesepakatan nuklir Iran tahun 2015 bersama enam negara besar lainnya.

Ketika perang saudara di Suriah pecah pada 2011, Rusia dan Iran bersatu mendukung rezim Bashar Assad. Meski berhasil merebut kembali sebagian besar wilayah Suriah, Assad tetap kehilangan kekuasaan pada Desember 2024 akibat serangan oposisi.

Dalam perang Ukraina yang dimulai 2022, Rusia disebut telah menerima drone Shahed dari Iran dan bahkan mulai memproduksinya di wilayahnya sendiri.

Pada Januari 2025, Putin dan Pezeshkian menandatangani perjanjian “kemitraan strategis komprehensif” yang mencakup kerja sama politik, ekonomi, dan militer.

Baca juga: UPDATE Perang Israel-Iran, Tiga Kepala Intelijen IRGC Dikonfirmasi Tewas, Serangan Tahap Empat Iran

Hubungan Rusia dengan Israel

Rusia dan Israel sempat memutus hubungan diplomatik pada 1967 lalu kembali normal pada 1991 dan sejak saat itu terus membaik.

Rusia dan Israel telah menjalin kemitraan politik, ekonomi, dan budaya yang kuat. Salah satu ujian terberat dalam hubungan antar kedua negara tersebut terjadi pada 2018, ketika pesawat pengintai Rusia ditembak jatuh oleh Suriah saat merespons serangan udara Israel, menewaskan 15 orang.

Walaupun Rusia telah mengirim sistem pertahanan udara S-300 ke Iran, Rusia menunda pengiriman jet tempur Su-35 yang sangat diinginkan Iran yang diduga karena pertimbangan hubungannya dengan Israel.

Sebaliknya, Israel juga menunjukkan kehati-hatian terhadap Rusia dengan tidak terlalu aktif membantu Ukraina secara militer dalam perang yang telah berlangsung tiga tahun.

Namun, hubungan Rusia-Israel ini juga menimbulkan kecurigaan di kalangan elite politik dan militer Iran terhadap niat sebenarnya Rusia.

Baca juga: [POPULER TREN] Profil Putra Mahkota Iran, Reza Pahlavi | Netanyahu Tinggalkan Israel

Kemungkinan keuntungan geopolitik yang didapat Rusia

Kemampuan Rusia menjaga hubungan baik dengan kedua pihak membuatnya berada pada posisi strategis sebagai penengah. Selain itu, Rusia mendapat keuntungan dengan berpotensi menjadi pihak terpercaya yang dapat terlibat dalam kesepakatan baru terkait program nuklir Iran.

Bahkan sebelum serangan Israel terjadi, Putin sudah membahas ketegangan di Timur Tengah dalam komunikasinya dengan Trump, yang dilihat sebagian analis sebagai upaya Rusia untuk mengalihkan fokus dari Ukraina dan meningkatkan peran globalnya.

Wakil Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Ryabkov, bahkan menyarankan kemungkinan Rusia mengambil uranium Iran yang telah diperkaya tinggi untuk diolah menjadi bahan bakar reaktor sipil, jika kesepakatan baru berhasil dicapai.

Meskipun prospek perundingan tampak suram pasca serangan Israel, tawaran Rusia bisa menjadi komponen penting jika negosiasi kembali dibuka.

Baca juga: Trump, Putin, dan Erdogan Angkat Suara soal Konflik Israel-Iran Memanas

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: AP News
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi