KOMPAS.com- Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Priatin Hadi Wijaya menjelaskan, letusan gunung berapi yang terjadi secara bersamaan merupakan fenomena kebetulan dalam satu wilayah tektonik aktif yang luas.
Ia mengatakan, berdasarkan sejarah kegunungapian Indonesia, erupsi ganda kadang terjadi, tetapi tidak berarti terhubung satu sama lain.
Pernyataan ini disampaikan Hadi menanggapi erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dan Gunung Ile Lewotolok di Nusa Tenggara Timur (NTT) yang terjadi hampir bersamaan.
Gunung Lewotobi Laki-laki yang terletak di Kabupaten Flores Timur, erupsi terlebih dahulu pada Selasa (17/6/2025) pukul 17.35 Wita.
Sekitar 18 menit kemudian, Gunung Ile Lewotolok di Kabupaten Lembata mengalami erupsi, tepatnya pukul 17.53 Wita.
“Belum ada bukti hubungan antar-letusan,” ujar Hadi kepada Kompas.com, Rabu (18/6/2025).
“Meskipun secara geografis keduanya berada di Kepulauan Nusa Tenggara Timur dan berada di jalur subduksi yang sama (zona pertemuan Lempeng Indo-Australia dan Eurasia), tidak ada indikasi bahwa letusan satu gunung memicu letusan gunung lainnya,” tambahnya.
Baca juga: Media Asing Soroti Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki, Pejabat Jepang: Cek Potensi Tsunami
Sistem dapur magma tidak saling terhubung
Hadi menjelaskan, sistem dapur magma Gunung Lewotobi Laki-laki dan Ile Lewotolok bersifat lokal dan tidak saling terhubung secara langsung.
Khusus Lewotobi Laki-laki, gunung ini sudah mengalami peningkatan aktivitas sejak akhir 2023 dengan letusan eksplosif yang mengeluarkan abu setinggi 1.500–10.000 meter.
PVMBG mencatat, terjadi peningkatan kegempaan vulkanik dalam (VA) dan dangkal (VB) secara signifikan sebelum letusan yang menandakan pergerakan dan tekanan magma.
"Tipe letusan eksplosif, didorong oleh tekanan gas dan aktivitas dari sistem magmatik dangkal. efusif aliran lava," Hadi.
Berbeda dengan Lewotobi Laki-laki, erupsi Gunung Ile Lewotolok menimbulkan kolom abu hingga 500 meter.
Setelah erupsi, PVMBG mencatat adanya gempa letusan dan tremor terus-menerus.
itu, terjadi pula letusan berskala sedang dan masih dalam kategori letusan rutin pada Gunung Ile Lewotolok.
"(Gunung Ile Lewotolok) memang aktif sejak 2020," ujar Hadi.
Baca juga: Gunung Lewotobi Laki-laki Meletus, Warga Larantuka Dengar Dentuman Keras seperti Bom
Potensi bencana usai erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki dan Ile Lewotolok
Hadi menyampaikan, meski Gunung Lewotobi Laki-laki dan Ile Lewotolok erupsi dalam waktu yang berdekatan, belum ada tanda-tanda pembentukan sistem letusan yang lebih besar, seperti erupsi kaldera atau aliran piroklastik skala luas.
Namun, letusan eksplosif lokal tetap berbahaya, terutama bagi masyarakat di radius 3–6 kilometer.
Hadi mengatakan, risiko yang harus dihadapi saat ini adalah abu vulkanik akibat erupsi Gunung Lewotobi dan Ile Lewotolok mengganggu aktivitas harian dan berisiko bagi penerbangan dan kesehatan, khususnya pernapasan.
Lahar juga berpotensi terjadi saat hujan karena material vulkanik menumpuk di lereng.
Di sisi lain, erupsi menyebabkan gangguan sosial dan ekonomi yang mengharuskan evakuasi, memicu gangguan listrik, air bersih, dan memerlukan akses logistik.
“Belum ada bukti hubungan antar-letusan. Dalam sejarah kegunungapian Indonesia, erupsi ganda kadang terjadi tetapi tidak berarti terhubung satu sama lain,” kata Hadi.
Baca juga: Mengapa Periode Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki Berlangsung Lama? Ini Kata PVMBG dan Pakar
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.