KOMPAS.com - Perhatian dunia tengah tertuju pada perang antara Iran dengan Israel. Sementara pertempuran antara masih berlangsung, risiko bencana nuklir turut menjadi perhatian dunia.
Selain itu, pertimbangan AS apakah akan terlibat ke dalam konflik Iran-Israel juga menjadi sorotan.
Dilansir dari Reuters, Sabtu (21/6/2025), Israel menyatakan telah menyerang puluhan target militer Iran.
Salah satu target serangan adalah fasilitas produksi misil dan sebuah lembaga riset di Teheran, yang diduga terlibat dalam pengembangan senjata nuklir.
Di sisi lain, Iran tidak tinggal diam dengan melesatkan rudal-rudal menuju Beersheba dan Haifa di Israel.
Baca juga: Serangan Rudal Iran Hantam RS Israel, Menhan Israel Katz Ancam Khamenei
Di tengah konflik yang telah memasuki minggu pertama tanpa tanda-tanda akan mereda, langkah diplomasi masih terus diupayakan.
Pada Jumat (20/6/2025), Iran menyatakan tidak akan membahas masa depan program nuklirnya selama masih diserang oleh Israel.
Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araqchi, dengan tegas menyatakan bahwa tidak ada ruang negosiasi dengan AS ketika operasi militer masih berlangsung.
Meskipun demikian, Araqchi tiba di Jenewa untuk berunding dengan para menteri luar negeri Eropa.
Seperti diketahui, Eropa berharap agar jalan diplomasi dibuka kembali antara kedua belah pihak yang berkonflik.
Pertimbangan AS untuk masuk ke pusaran konflik Iran-Israel
Presiden AS Donald Trump mengatakan, kecil kemungkinan akan mendesak Israel mengurangi serangan demi membuka jalan perundingan.
"Saya rasa sulit untuk meminta hal itu saat ini. Kalau seseorang sedang unggul, permintaan semacam itu akan jauh lebih sulit. Tapi kami siap, bersedia, dan mampu. Kami juga sudah berbicara dengan Iran, dan kita akan lihat apa yang terjadi," kata Trump, Jumat (20/6/2025).
Kemudian, Trump meragukan para negosiator Eropa dapat membuat Iran dan Israel mencapai gencatan senjata.
Ia mengklaim, Iran ingin berbicara dengan AS alih-alih dengan para pemimpin Eropa.
Baca juga: Mayoritas Warga AS Tolak Keterlibatan Negaranya dalam Konflik Israel-Iran
Selain itu, Trump memberikan pandangan berbeda dengan Direktur Intelijen Nasional Tulsi Gabbard yang menganggap Iran belum mampu membangun hulu ledak nuklir.
Menurut Presiden AS, Teheran memang mempunyai kemampuan membangun senjata nuklir.
Lebih lanjut, Trump menyatakan akan memberikan kabar mengenai keputusan AS bergabung dengan Israel dalam waktu dua minggu ke depan.
Untuk saat ini, ia perlu melihat apakah "orang-orang bisa berpikir waras" sebelum mengambil keputusan bergabung ke dalam pusaran konflik.
Kehawatiran tentang bencana nuklir
Kepada Dewan Keamanan PBB, Duta Besar Israel untuk PBB Danny Danon mengatakan bahwa negaranya tidak akan menghentikan serangan sampai "ancaman nuklir Iran benar-benar dihancurkan".
Di sisi lain, Duta Besar Iran untuk PBB, Amir Saeid Iravani, mendesak Dewan Keamanan agar mengambil tindakan dan khawatir bahwa AS akan bergabung dalam perang.
Menilai situasi negara yang sedang berperang, Kepala Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi angkat bicara.
Gossi memperingatkan, agar kedua belah pihak mengendalikan diri.
"Serangan bersenjata terhadap fasilitas nuklir... dapat mengakibatkan pelepasan radioaktif dengan konsekuensi besar baik di dalam maupun di luar perbatasan negara yang diserang," kata Grossi kepada Dewan Keamanan PBB.
Baca juga: Duta Besar Israel di PBB: Kami Tak Akan Menghentikan Serangan ke Iran
Pernyataan itu disampaikan oleh Grossi sehari setelah pejabat militer Israel mengatakan bahwa serangan terhadap Bushehr adalah kesalahan.
Untuk diketahui, Bushehr adalah satu-satunya pembangkit listrik tenaga nuklir di Iran yang dibangun Rusi dan terletak di pesisir Teluk.
Pejabat militer Israel itu juga tidak bisa mengonfirmasi atau membantah apakah Bushehr benar-benar diserang.
Kemudian pada hari Jumat, Iran menyatakan bahwa mereka mengaktifkan sistem pertahanan udara di Bushehr. Namun, tidak ada rincian lebih lanjut mengenai hal ini.
Irael mengatakan bertekad menghancurkan kemampuan nuklir Iran, tetapi mereka tidak ingin terjadi bencana nuklir.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres juga mengatakan kepada Dewan Keamanan, konflik Iran-Israel dapat "memancing api yang tidak bisa dikendalikan siapa pun".
Selain memperingatkan tentang percikan api yang mungkin timbul, Guterres menyerukan agar semua pihak untuk mempertimbangkan perdamaian.
Sebagai anggota Dewan Keamanan, Rusia dan China pun mendesak agar deeskalasi dapat dilakukan segera.
Baca juga: Kehebatan Sejjil, Rudal Balistik Iran yang Gempur Israel untuk Kali Pertama
Ketegangan antara dua negara ini juga memperkeruh bahasan seputar pengayaan uranium.
Seorang pejabat senior Iran mengatakan, Teheran siap membahas pembatasan uranium.
Namun, mereka akan menolak setiap usulan untuk melarang total pengayaan uranium. Terutama karena saat ini Israel masih terus melakukan serangan.
Dampak kemanusiaan sejak serangan dimulai
Sejak hari Jumat lalu, Israel mulai melakukan serangan ke Iran dengan alasan untuk menghentikan pengembangan fasilitas nuklir.
Iran sendiri menyatakan, program nuklirnya hanya dilakukan untuk tujuan damai. Mereka pun mebalas serangan Israel dengan misil dan drone.
Menurut Human Rights Activists News Agency, serangan Israel sejauh ini telah menewaskan sedikitnya 639 orang di Iran. Korban yang berjatuhan berasal dari warga sipil, ilmuwan nuklir, dan pejabat militer tinggi.
Di pihak Israel, 24 warga sipil tewas akibat serangan misil Iran.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.