KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump mengungkap alasan AS menyerang Iran pada Sabtu (21/6/2025).
Hal itu diungkap Trump dalam pidato di hadapan rakyatnya di Gedung Putih pada hari yang sama pukul 10.00 waktu setempat.
Dalam pidato tersebut, Presiden AS juga mengumumkan bahwa pasukan militer negara tersebut telah menghancurkan tiga fasilitas nuklir utama Iran, yakni Isfahan, Natanz, dan Fordow.
"Beberapa waktu lalu, militer AS melakukan serangan presisi besar-besaran terhadap tiga fasilitas nuklir utama di rezim Iran: Fordo, Natanz, dan Isfahan," kata dia, dikutip dari Fox News.
Trump menyebut, keputusan AS untuk menyerang Iran sudah dipertimbangkan selama dua minggu.
Sebelumnya, Trump mengatakan sudah berulang kali mendesak Iran untuk membuat kesepakatan mengenai program nuklirnya. Namun, Iran justru menarik diri dari perundingan yang dijadwalkan berlangsung di Oman pada Minggu (15/6/2025).
Sementara itu, Israel telah melancarkan serangan ke Iran setelah intelijen Israel mengindikasikan program nuklir Iran berkembang pesat pada Kamis (12/6/2025).
Lantas, apa alasan Amerika serang Iran dan menghancurkan tiga situs utama nuklirnya?
Baca juga: AS Serang Iran, Teheran Nyatakan Perang Dimulai, PBB Singgung Situasi Berbahaya
Alasan Amerika serang Iran
Melalui pidatonya, Trump mengungkap alasannya menyerang tiga fasilitas nuklir milik Iran adalah untuk menghentikan ancaman nuklir.
"Tujuan kami adalah menghancurkan kapasitas pengayaan nuklir Iran dan menghentikan ancaman nuklir yang ditimbulkan oleh negara sponsor teror nomor satu di dunia," kata Trump, dikutip dari CNN.
"Malam ini, saya dapat melaporkan kepada dunia bahwa serangan itu merupakan keberhasilan militer yang spektakuler," imbuhnya.
Pertimbangan Trump tentang serangan selama seminggu terakhir telah memecah belah sekutu utamanya, memisahkan para isolasionis yang berpihak pada MAGA yang takut akan perang Amerika lainnya di Timur Tengah dari suara-suara konservatif yang lebih agresif seperti Senator Lindsey Graham.
Namun selama ini, Trump bersikeras bahwa Iran tidak membuat memperoleh senjata nuklir.
"Selama 40 tahun, Iran telah mengatakan, 'Matilah Amerika,' 'Matilah Israel.' Mereka telah membunuh rakyat kami, meledakkan lengan mereka, meledakkan kaki mereka, dengan bom pinggir jalan. Itu keahlian mereka," kata Trump.
"Kami kehilangan lebih dari 1.000 orang dan ratusan ribu orang di seluruh Timur Tengah dan di seluruh dunia telah tewas sebagai akibat langsung dari kebencian mereka," imbuhnya.
Dia juga menyinggung banyaknya jenderal Iran yang tewas, seperti Qasem Soleimani. Perlu diketahui, Soleimani tewas setelah Trump memutuskan serangan ke Iran pada Januari 2020
Kala itu Trump berpendapat bahwa serangan tersebut termasuk pencegahan peperangan.
Begitu juga dengan sekarang, Trump berharap serangan AS ke Iran bisa menghentikan ancaman nuklir Iran dan mendesak negara tersebut untuk berdamai.
"Dan Iran sekarang harus berdamai. Jika tidak, serangan di masa mendatang akan jauh lebih besar dan jauh lebih mudah," tutur Trump.
Baca juga: AS Serang Iran di Tengah Konflik dengan Israel, Ini 4 Dampak yang Mungkin Terjadi
Amerika serang Iran dengan bom penghancur bunker
Diberitakan CNN, AS menyerangs tiga situs nuklir Iran menggunakan bom GBU-57A/B Massive Ordnance Penetrator (MOP) yang dikenal sebagai penghancur bunker.
MOP adalah bom dengan berat 13.607 kilogram (kg) dengan bahan peledak di dalamnya sebanyak 2.721 kg.
"MOP dirancang untuk menjangkau dan menghancurkan senjata pemusnah massal musuh kita yang terletak di fasilitas yang terlindungi dengan baik,” tulis lembar fakta dari Angkatan Udara AS.
Namun, tidak jelas berapa banyak MOP yang dijatuhkan.
Serangan AS ke Iran pada Sabtu (21/6/2025) menjadi hari pertama bom tersebut digunakan secara operasional.
Senjata ini diyakini menjadi satu-satunya persenjataan yang mampu mencapai fasilitas di dalam tanah yang dalam, meski masih ada keraguan bahwa satu amunisi tunggal akan mampu menembus cukup dalam untuk mencapainya.
Bahan peledak ini dibawa oleh pesawat pengebom B-2 Spirit milik AS yang menjadi satu-satunya pesawat yang mampu membawa bom tersebut.
Hal itu dikonfirmasi oleh Trump yang mengatakan bahwa pesawat pengebom B-2 Angkatan Udara AS digunakan dalam serangan terhadap fasilitas nuklir Iran.
Laporan The Times of Israel menyebut, pesawat canggih itu telah dipindahkan dari AS ke Pulau Guam di Samudera Pasifik pada Sabtu dini hari.
Namun, mengingat pesawat pengebom itu membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencapai Iran, tampaknya pesawat lain digunakan dalam serangan ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.