Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Skenario Iran Respons Serangan AS, Apa yang Paling Mungkin?

Baca di App
Lihat Foto
AFP/LOUAI BESHARA
Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi berbicara kepada pers setelah bertemu dengan para pejabat Suriah di Kedutaan Besar Iran di Damaskus pada 5 Oktober 2024. 6 Skenario Iran Respons Serangan AS, Apa Saja?
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengaku bahwa negaranya memiliki banyak pilihan untuk merespons serangan Amerika Serikat (AS) pada Sabtu (21/6/2025) waktu setempat.

Opsi itu terdiri dari Iran menyerang pangkalan AS hingga menutup jalur perairan utama untuk pengiriman global. Seluruh pilihan tersebut mengandung risiko yang melekat bagi iran, Israel, dan AS.

"AS menunjukkan bahwa mereka tidak menghormati hukum internasional. Mereka hanya mengerti bahasa ancaman dan kekerasan," kata Araghchi, dikutip dari Reuters.

Sejauh ini, Iran belum menindaklanjuti serangan AS baik dengan menargetkan pangkalan AS ataupun memutus jalur perairan, tetapi hal itu mungkin tidak bertahan lama. Sebab, negara itu berjanji akan mempertahankan diri, sehari setelah AS menjatuhkan bom penghancur bunker ke tiga situs nuklirnya.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keputusan AS untuk menyerang fasilitas nuklir Iran justru membuat kondisi di kawasan Timur Tengan menjadi tidak stabil.

Semua mata kini tertuju pada Iran dan bertanya-tanya langkah seperti apa yang bakal dilakukan Teheran.

Lantas, akan seperti apakah respons Iran terhadap serangan AS kemarin?

Baca juga: Usai Dibom AS, Tangan Kanan Pemimpin Tertinggi Iran Ungkap Rencana Balasan

6 skenario serangan Iran

Berikut ini sederet kemungkinan yang akan dilakukan Iran untuk menanggapi serangan AS:

1. Iran serang pangkalan militer AS

Serangan AS menyebabkan Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) Iran mengaktifkan sisa-sisa proksinya di Irak, Yaman, dan Suriah.

Ada kemungkinan kelompok-kelompok tersebut bakal melancarkan serangan ke aset-aset AS di kawasan itu.

Dewan Hubungan Luar Negeri (CFR) menyebut, sekitar 40.000 tentara AS berada di Timur Tengah hingga 13 Juni 2025. Di Irak misalnya, ada sebanyak 2.500 tentara AS hingga akhir tahun lalu.

Analis politik dan urusan global CNN, Barak Ravid, mengatakan skenario ini bukan hal yang mustahil terjadi. Pada 2020 lalu, serangan rudal Iran terhadap garnisun AS telah menyebabkan lebih dari 100 tentara mengalami cedera otak traumatis.

Sementara itu, Iran telah menyampaikan beberapa kali bahwa jika AS bergabung dalam konflik Iran dengan Israel dengan menyerang fasilitas nuliknya, Iran bakal membalas dengan menyerang pasukan AS di kawasan tersebut.

Di sisi lain, serangan dari Yaman terhadap aset AS sudah mulai bermunculan. Pemberontak Houthi Yaman yang didukung Iran sebelumnya berjanji akan menyerang kapal-kapal Amerika di Laut Merah jika AS ikut serta dalam konflik Israel dengan Iran.

Seorang pejabat Houthi terkemuka mengatakan dalam sebuah unggahan di media sosial bahwa Trump harus menanggung konsekuensi dari serangan udara AS terhadap fasilitas nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025).

Baca juga: Donald Trump Ungkap Alasan AS Serang Iran dan Hancurkan 3 Situs Nuklirnya

2. Iran tutup Selat Hormuz dan ganggu perdagangan minyak dunia

Iran juga memiliki pilihan untuk memengaruhi seluruh pengiriman komersial di Teluk.

Ravid menjelaskan, jika Iran memutuskan untuk menutup Selat Hormuz yang menjadi rute pengiriman minyak utama, maka perdagangan minyak di dunia akan terganggu.

Ada kemungkinan pasar minyak global akan menghadapi krisis eksistensial akibat langkah tersebut.

Perlu diketahui, Selat Hormuz adalah selat yang menghubungkan Teluk Persia dengan lautan terbuka dan merupakan jalur utama ekspor minyak dan gas alam cair dari Timur Tengah ke pasar global.

Badan Informasi Energi AS menyebut, sekitar 20 juta barel minyak mengalir melalui selat ini setiap hari.

Pmimpin redaksi surat kabar garis keras Kayhan yang mengidentifikasikan dirinya sebagai tangan kanan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei telah menyerukan serangan rudal dan penutupan Selat Hormuz menyusul serangan AS.

Baca juga: 3 Skenario AS Bantu Israel Serang Fasilitas Nuklir Iran

3. Iran membuat bom nuklir

Beberapa ahli berpendapat, Iran kemungkinan besar akan membuat bom nuklir setelah serangan AS kemarin. Bahkan para ahli menyakini pembuatan bom nuklir itu tetap bakal berlanjut meski rezim saat ini runtuh dan pemimpin baru muncul.

Hal itu diungkap wakil presiden eksekutif Quincy Institute di Washington, DC Trita Parsi melalui media sosialnya.

“Trump baru saja menjamin bahwa Iran akan menjadi negara bersenjata nuklir dalam 5 hingga 10 tahun ke depan. Terutama jika rezimnya berubah," tulisnya.

Parsi berpendapat, jika rezim tersebut runtuh dan elemen militer baru mengambil alih kekuasaan, mereka kemungkinan akan bersikap jauh lebih agresif daripada rezim saat ini dan berlomba menggunakan senjata nuklir.

Selama ini, para ahli mengatakan bahwa Iran kemungkinan telah memindahkan stok uranium yang diperkaya dari fasilitas nuklir utamanya di tengah serangan Israel.

Pembangkit listrik tenaga nuklir yang menghasilkan listrik untuk keperluan sipil menggunakan uranium yang diperkaya antara 3,5 persen dan 5 persen.

Ketika pembangkit listrik ditingkatkan lebih tinggi, uranium dapat digunakan untuk membuat bom.

Baca juga: AS Serang Iran di Tengah Konflik dengan Israel, Ini 4 Dampak yang Mungkin Terjadi

4. Iran serang Israel

Respons pertama yang dilakukan Iran setelah serangan AS adalah menyerang Israel.

Rentetan rudal diluncurkan Iran ke kawasan Tel Aviv. Setidaknya 86 orang dirawat di rumah sakit imbas serangan pada Minggu kemarin itu.

Melihat kemungkinan Israel tidak dapat mempertahankan konfrontasi penuh dengan AS dan harapan bahwa Presiden AS, Donald Trump mengurangi keterlibatannya, Iran mungkin ingin melestarikan status quo dan hanya memerangi Israel.

5. Iran gunakan serangan siber atau terorisme

Dua analis militer mengatakan bahwa Iran dapat menggunakan tindakan asimetris, seperti terorisme atau serangan siber untuk membalas serangan AS.

"Saya pikir IRGC mungkin mencoba mencari tahu kemampuan apa yang tersisa karena persediaan rudalnya menyusut," kata analis keamanan nasional CNN, David Sanger.

"Saya pikir IRGC akan sedikit berhati-hati dan saya menduga itu akan membawa kita pada semua hal asimetris yang dapat mereka lakukan: siber, terorisme. Saya pikir mereka mungkin akan mencari hal-hal yang tidak dapat dilakukan AS dengan pertahanan tradisional," tambahnya.

Senada dengan itu, Kepala strategi geopolitik di Academy Securities sekaligus pensiunan Angkatan Darat AS, Mayjen James “Spider” Marks mengatakan bahwa Iran memiliki pengaruh dan dapat membuat berbagai hal terjadi secara asimetris.

Baca juga: Apa yang Terjadi jika Iran Menutup Selat Hormuz?

6. Iran melanjutkan perundingan nuklir

Sebelumnya, Iran menolak untuk kembali ke meja perundingan setelah diserang Iran pada Jumat (13/6/2025).

Bahkan hingga Minggu kemarin, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi mengatakan pihaknya tidak tahu banyak seberapa besar ruang yang tersisa untuk diplomasi setelah AS serang Iran.

“Mereka melewati batas yang sangat besar dengan menyerang fasilitas nuklir. Kami harus menanggapi berdasarkan hak sah kami untuk membela diri,” kata Araghchi.

Dia juga mengatakan bahwa AS telah memutuskan untuk menyudahi diplomasi.

"Minggu lalu, kami sedang berunding dengan AS ketika Israel memutuskan untuk mengakhiri diplomasi itu. Minggu ini, kami mengadakan pembicaraan dengan E3 (kelompok menteri Eropa)/UE ketika AS memutuskan untuk mengakhiri diplomasi itu," kata Araghchi di X.

International Crisis Group Vaez mengatakan bahwa Iran enggan bernegosiasi lagi. Sebaliknya negara itu justru akan melanjutkan perundingan pembuatan nuklir mereka.

"Situasi yang paling mungkin adalah pembicaraan sudah berakhir untuk saat ini," kata Vaez.

Itulah sederet kemungkinan yang akan dilakukan Iran menyusul serangan AS di tiga situs nuklirnya kemarin.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Sumber: CNN, Reuters
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi