KOMPAS.com - Korea Utara mengutuk keras serangan Amerika Serikat (AS) ke tiga situs nuklir Iran pada Minggu (22/6/2025).
Pernyataan ini menjadi tanggapan pertama dari Korea Utara, negara yang juga memiliki senjata nuklir, terhadap serangan AS dan ikut campurnya ke konflik Iran-Israel.
Korea Utara menyebut bahwa serangan udara AS yang menyasar tiga fasilitas nuklir di Isfahan, Natanz, dan Fordow sebagai pelanggaran berat terhadap kepentingan keamanan dan hak teritorial negara berdaulat.
Kementerian Luar Negeri Korea Utara menyatakan bahwa Amerika Serikat dan Israel merupakan biang keladi memanasnya situasi di Timur Tengah.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Melonjak Setelah AS serang Iran
Serangan AS ke Iran mengancam keamanan negara berdaulat
Korea Utara menyebut, eskalasi konflik di Timur Tengah adalah akibat dari serangkaian aksi militer yang berkelanjutan dan dari keinginan memperluas wilayah ke Yerusalem yang mendapat dukungan sekaligus pembenaran dari negara-negara Barat.
"Korea Utara mengecam keras serangan terhadap Iran oleh AS yang dengan kejam menginjak-injak integritas teritorial dan kepentingan keamanan suatu negara berdaulat," kata juru bicara yang tidak disebutkan namanya, dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh kantor berita KCNA, dikutip dari Aljazeera, Senin (23/6/2025).
Pernyataan tersebut menegaskan bahwa masyarakat internasional yang menjunjung keadilan harus secara tegas mengecam dan menolak tindakan konfrontatif yang dilakukan Amerika Serikat dan Israel.
Sebelumnya, Washington menyatakan pada Minggu bahwa serangan yang dilancarkan telah melumpuhkan program nuklir Iran.
AS juga menegaskan bahwa tujuannya bukan untuk menjatuhkan pemerintahan di negara tersebut.
Sementara itu Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi menganggap AS telah mengkhianati diplomasi dan akan menanggung konsekuensi abadi karena telah bergabung dengan Israel dalam serangan udaranya.
Baca juga: Apa Itu Selat Hormuz, Jalur Minyak Penting yang Terancam Ditutup Iran?
Hubungan erat Korea Utara dan Iran
Dilansir dari Reuters, Senin (23/6/2025), Iran dan Korea Utara, dua negara yang memiliki kemampuan nuklir, diketahui menjalin hubungan erat selama beberapa dekade.
Termasuk di dalamnya ada dugaan kolaborasi di bidang militer, khususnya dalam pengembangan rudal balistik.
Menurut laporan panel ahli PBB yang kini telah dibubarkan, pada 2021 kedua negara dilaporkan kembali bekerja sama dalam proyek rudal jarak jauh, termasuk pertukaran komponen penting.
Ankit Panda dari Carnegie Endowment for International Peace menilai bahwa Korea Utara berpotensi memberikan bantuan penting bagi Iran untuk membangun kembali fasilitas produksi rudal yang rusak, termasuk memindahkannya ke lokasi baru guna menghindari pengawasan.
Baca juga: Trump Diusulkan Dapat Nobel Perdamaian Sehari Sebelum AS Serang Iran
Namun, menurutnya, belum jelas apakah kedua negara bersedia menjalin kerja sama yang lebih dalam untuk mempercepat atau membangun kembali program senjata nuklir Iran, mengingat sensitivitas tinggi terkait teknologi tersebut secara politik dan militer.
Panda menambahkan, Korea Utara kemungkinan enggan membagikan informasi terkait desain senjata nuklir secara lengkap karena dikhawatirkan teknologi itu dapat ditemukan oleh Amerika Serikat jika berada di tangan Iran, yang berisiko mengungkap sistem pertahanan Korea Utara.
Meski begitu, Pyongyang memiliki keahlian teknis yang luas, dan bisa saja membantu Iran dalam pengembangan komponen non-fisik dari bom nuklir, seperti sistem peledak konvensional.
Baca juga: AS Serang 3 Fasilitas Nuklir Iran: Cara yang Terungkap, Dampak, dan Skenario Balasan Iran
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.