KOMPAS.com - Perang antara Iran melawan Israel dan AS memicu kekhawatiran tentang kenaikan harga minyak dunia.
Namun, kekhawatiran itu mereda usai harga minyak mentah turun. Anjloknya harga minyak terjadi setelah Presiden AS Donald Trump mengumumkan gencatan senjata.
Sejak Iran menyerang pangkalan militer AS di Qatar dan Trump menyerukan gencatan senjata, harga minyak mentah mencapai titik terendahnya dalam sepekan terakhir.
Dilansir dari Reuters, Selasa (24/6/2025), harga minyak baik dari Brent maupun AS West Texas Intermediate (WTI) tercatat mengalami penurunan.
Baca juga: Harga Minyak Dunia Naik Hari Ini Setelah AS Serang Iran
Menurut kontrak berjangka Brent, harga minyak turun 2,08 dolar AS menjadi 69,40 dolar AS pada pukul 03.30 GMT.
Penurunan sebesar 2,9 persen ini terjadi setelah sebelumnya harga minyak sempat anjlok hingga 4 persen sejak 11 Juni 2026.
Di sisi lain, harga minyak mentah WTI merosot hingga 3 persen yakni 2,03 dolar AS ke angka 66,48 dolar AS sejak 9 Juni.
Apa yang membuat harga minyak mentah turun terkait dengan konflik Iran dengan Israel dan AS?
Pengaruh gencatan senjata terhadap harga minyak
Sebelumnya, Trump mengumumkan bahwa Israel dan Iran setuju untuk mencapai gencatan senjata penuh pada Senin (23/6/2025) waktu setempat.
Apabila kedua belah pihak menyatakan perdamaian dalam 24 jam sejak diumumkan, maka konflik dinyatakan resmi berakhir.
Menurut Trump, gencatan senjata itu bersifat "total dan menyeluruh".
Dengan berakhirnya konflik, harga minyak diharapkan akan ikut stabil.
"Jika gencatan senjata dijalankan sesuai dengan pengumuman, investor bisa berharap kembalinya stabilitas harga minyak," ujar analis pasar senior di Phillip Nova, Priyanka Sachdeva.
"Ke depannya, kepatuhan kedua pihak terhadap kesepakatan ini akan sangat memengaruhi arah harga minyak," tambahnya.
Baca juga: Apa Itu Selat Hormuz, Jalur Minyak Penting yang Terancam Ditutup Iran?
Jika ketegangan dengan Israel dan AS mereda, Iran sebagai produsen minyak mentah terbesar ketiga OPEC diperkirakan akan mampu meningkatkan ekspornya.
Iran juga dapat mendistribuskan minyak tanpa gangguan apabila konflik sudah berakhir. Gangguan distribusi inilah yang sebelumnya mendorong lonjakan harga.
Keterlibatan AS memicu kekhawatiran ekonomi tidak stabil
Akibat AS memutuskan terlibat langsung ke dalam pusaran konflik Iran-Israel, muncul kekhawatiran bahwa perekonomian dunia semakin tidak stabil.
Selain eskalasi konflik, keterlibatan langsung AS dikhawatirkan membuat Iran benar-benar menutup jalur perdagangan di Selat Hormuz.
Untuk diketahui, 18 hingga 19 juta barel minyak dan produk olahan melintasi selat tersebut setiap hari.
Setidaknya, selat itu merupakan jalur perlintasan untuk hampir seperlima konsumsi global.
Sebelumnya, sempat ada kekhawatiran bahwa harga minyak mungkin dapat mencapai tiga digit.
Namun kini, para pelaku pasar dapat bernapas lega setelah terjadi lonjakan harga minyak baru-baru ini.
"Secara teknikal, aksi jual semalam menunjukkan adanya lapisan resistensi antara sekitar 78,40 dolar AS (puncak Oktober 2024 dan Juni 2025) hingga 80,77 dolar AS (level tertinggi tahun ini)," kata analis pasar Tony Sycamore.
"Jelas bahwa hanya kejadian yang sangat tidak terduga dan berdampak besar pada pasokan yang bisa mendorong harga minyak menembus level tersebut," imbuhnya.
Baca juga: Ciri-ciri Makanan yang Mengandung Minyak Babi, Apa Saja?
Benarkah telah terjadi gencatan senjata?
Untuk diketahui, Trump mengklaim bahwa gencatan senjata akan memberikan waktu untuk Iran dan Israel menghentikan serangan secara bertahap.
"Dengan asumsi semuanya berjalan sebagaimana mestinya — dan itu akan terjadi — saya ingin mengucapkan selamat kepada kedua negara, Israel dan Iran, atas keteguhan, keberanian, dan kecerdasan mereka untuk mengakhiri, apa yang layak disebut sebagai ‘Perang 12 Hari’," tulis Trump di Truth Social, dikutip dari Reuters, Selasa (24/6/2025).
Setelah mengumumkan gencatan senjata, Trump juga mengingatkan agar pihak yang berperang tidak melanggar kesepakatan tersebut.
Terkait pengumuman itu, seorang pejabat Iran sebelumnya telah memberikan konfirmasi bahwa Teheran menyetujui gencatan senjata.
Namun, Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi menyatakan hanya akan berhenti jika Israel tidak lagi melakukan serangan.
Apabila Israel berhenti melancarkan operasi militer selambat-lambatnya pukul 04.00 waktu Teheran, maka Iran tidak akan menyerang.
"Keputusan akhir mengenai penghentian operasi militer kami akan ditentukan kemudian," ujar Araghchi di media sosial X.
Sementara itu, Israel mulai menyerang Iran dengan tujuan melumpuhkan fasilitas nuklir negara tersebut.
Namun, Iran membantah memiliki program senjata nuklir. Adapun upaya mereka mengembangkan nuklir yaitu untuk kepentingan damai.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.