Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lantai Gereja Saint-Philibert Dibongkar, Ada Tangga Kuno dan Ruang Isi Puluhan Jasad

Baca di App
Lihat Foto
Tangkapan Layar dari laman Lembaga Nasional untuk Penelitian Arkeologi Preventif (INRAP)
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Sebuah penemuan mengejutkan terjadi di bawah Gereja Saint-Philibert, Dijon, Perancis.

Tim arkeolog dari Institut Nasional Penelitian Arkeologi Preventif (INRAP) yang sedang mengerjakan proyek restorasi gereja tersebut menemukan sebuah ruang bawah tanah yang telah tertutup selama 400 tahun.

Penemuan ini bermula ketika lantai beton gereja dibongkar. Di baliknya, tersembunyi tangga batu yang mengarah ke ruang bawah tanah.

Setelah ditelusuri, tangga itu membawa para arkeolog ke sebuah makam kuno yang menyimpan sejarah panjang.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Di dalam ruang tersebut, mereka menemukan sarkofagus, yakni peti mati yang terbuat dari batu, yang berasal dari abad ke-6.

Selain itu, ditemukan pula beberapa makam batu lain yang diperkirakan berasal dari abad ke-11 hingga ke-13.

Penemuan ini bukan hanya membuka kembali bagian tersembunyi dari gereja tua tersebut, tetapi juga memberikan petunjuk penting tentang praktik pemakaman dan sejarah keagamaan di kawasan itu selama berabad-abad.

Baca juga: Bakal Dipindahkan ke Museum, Begini Sejarah Patung MH Thamrin

Makam bawah tanah yang tersembunyi selama 400 tahun lebih

Sebuah penemuan arkeologis yang luar biasa mengungkap sejarah kelam yang tersimpan selama berabad-abad di bawah Gereja Saint-Philibert di Dijon, Perancis.

Dalam proyek restorasi terbaru gereja bersejarah itu, tim dari Institut Nasional Penelitian Arkeologi Preventif (INRAP) menemukan sebuah makam bawah tanah besar yang tertutup selama lebih dari 400 tahun.

Dikutip dari Science Alert, Senin (25/6/2025), penemuan tersebut bermula saat tim membongkar lantai beton yang dipasang pada 1974.

Di balik lantai tersebut, tersembunyi sebuah tangga batu yang mengarah ke ruang bawah tanah.

Saat menyusuri tangga itu, para arkeolog menemukan makam massal yang diperkirakan berasal dari abad ke-15 hingga ke-16.

Di dalamnya terdapat puluhan jasad orang dewasa dan anak-anak. Para ahli menduga, mereka mungkin adalah korban peristiwa tragis seperti wabah penyakit atau kelaparan yang pernah melanda kawasan itu.

Menurut keterangan INRAP, jenazah-jenazah tersebut dimakamkan dalam peti kayu. Seiring waktu, ketika ruang makam mulai penuh, tulang-belulang dari jenazah sebelumnya dipindahkan ke sisi ruang untuk memberi tempat bagi jenazah baru.

Lebih jauh ke bagian tengah gereja, tim juga menemukan pemakaman lain yang berasal dari abad ke-14 hingga ke-18.

Seluruh jenazah yang ditemukan berorientasi timur–barat dan sebagian besar merupakan orang dewasa yang dikafani.

Benda pribadi sangat jarang ditemukan, namun beberapa keping koin dan dua buah rosario menjadi bukti bahwa mereka dimakamkan dengan tradisi tertentu.

Penggalian hingga kedalaman tiga meter turut mengungkap keberadaan sarkofagus dari era Merovingian (abad ke-6 hingga ke-8), serta makam batu dari abad ke-11 hingga ke-13.

Penemuan ini memperkuat indikasi bahwa lokasi gereja Saint-Philibert telah menjadi situs penting bagi masyarakat Dijon selama lebih dari seribu tahun.

Kerusakan gereja akibat garam

Gereja Saint-Philibert sendiri terletak di Jalan Michelet, tak jauh dari Katedral Saint-Bénigne. Didirikan pada paruh kedua abad ke-12, gereja ini merupakan satu-satunya bangunan bergaya arsitektur Romawi yang masih bertahan di kota tersebut.

Namun, setelah Revolusi Perancis, gereja ini dinonaktifkan dan pada pertengahan abad ke-20 sempat dialihfungsikan sebagai gudang garam.

Ironisnya, penyimpanan garam justru membawa dampak buruk bagi struktur bangunan. Kristal garam yang meresap ke dalam batu membuat material menjadi rapuh dan rentan rusak.

Kerusakan ini makin parah ketika renovasi pada 1974 justru menambah masalah. Saat itu dipasang lantai beton berpemanas yang ternyata menyerap lebih banyak air dan garam ke dalam struktur, menyebabkan tekanan tinggi dan keretakan pada batu-batu penyangga gereja.

Barulah pada 2024, proyek restorasi menyeluruh kembali dijalankan. Lantai beton dibongkar, dan penggalian dilanjutkan hingga kedalaman 3 meter. Dari sinilah berbagai temuan arkeologis penting itu terungkap.

"Direncanakan untuk diperluas hingga kedalaman tiga meter, penggalian ini telah mengungkap sisa-sisa yang berasal dari akhir zaman kuno hingga era modern," jelas tim INRAP, dikutip dari Science Alert.

Penemuan ini tak hanya memperkaya sejarah lokal Dijon, tapi juga membuka jendela baru untuk memahami praktik pemakaman dan kondisi sosial masa lalu di Eropa.

Baca juga: Penemuan Sidik Jari Tertua di Dunia Buka Bab Baru Sejarah Seni Manusia

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi