KOMPAS.com - Korea Selatan tengah mengalami lonjakan pengaduan masyarakat mengenai munculnya serangga lovebug dalam jumlah besar, terutama di wilayah Seoul, Incheon, dan Gyeonggi.
Pemerintah menerima pengaduan 70 kali lipat lebih banyak dari sebelumnya. Kemunculan lovebug diketahui meningkat tajam pada akhir Juni 2025.
Warga Korsel merasa terganggu karena serangga ini dianggap menjijikkan dan suka terbang mendekati manusia.
Diketahui perubahan iklim, suhu panas, lembap, dan banyaknya sumber cahaya, mendukung perkembangbiakan serangga tersebut.
Baca juga: Benarkah Kita Generasi Terakhir yang Bisa Melihat Kunang-kunang? Ini Kata Pakar Serangga
Pemerintah Korea menerima 3.254 aduan terkait lovebug
Dikutip dari Naver, Minggu (29/6/2025), menurut hasil analisis data pengaduan dari Komisi Anti-Korupsi dan Hak Sipil Nasional, terdapat 3.254 pengaduan terkait lovebug sepanjang 2025.
Angka tersebut melonjak sekitar 70 kali lipat dibanding bulan sebelumnya yang hanya ada 45 laporan, serta 17 kali lebih banyak dibandingkan dengan laporan dari serangga musiman lain seperti mayfly yang hanya 189 laporan.
Kata kunci yang sering muncul dalam pengaduan lovebug antara lain adalah “permintaan pengasapan”, “permohonan pengendalian hama”, “menjijikkan”, dan “gangguan dalam kehidupan sehari-hari”.
Serangga ini dinamakan lovebug karena jenis pejantan dan betinanya yang selalu terlihat menempel.
Secara ekologis, serangga itu sebenarnya menguntungkan. Namun, bentuknya yang tidak biasa dan kerap terbang mendekati manusia membuat banyak orang merasa terganggu.
Baca juga: Kecil tapi Mematikan, Berikut 5 Serangga Paling Berbahaya di Dunia
Perubahan iklim membuat lovebug kehilangan habitat
Dilansir dari Seoul Shinmun, lovebug awalnya hidup di wilayah China dan Jepang. Di Korea Selatan, keberadaan serangga itu pertama kali ditemukan dalam jumlah besar pada 2022.
“Akibat krisis iklim, bencana banjir makin sering terjadi di China, Jepang, dan Taiwan. Serangga tersebut kehilangan habitat dan terbawa arus angin ke Korea,” kata Profesor Yang Young-cheol dari Departemen Kesehatan, Lingkungan, dan Keamanan Eulji University.
Diketahui, lovebug jantan dapat hidup sekitar 3–5 hari, sedangkan betina sekitar 7 hari. Mereka dapat bertelur sebanyak 300–500 butir di tanah yang lembap.
Mereka juga menyukai lingkungan yang panas dan tertarik pada cahaya. Di Korsel, serangga tersebut banyak ditemukan pada jendela dan pintu masuk apartemen.
Baca juga: YouTuber Mukbang Korsel Tzuyang Punya Lambung 40 Persen Lebih Besar dari Orang Dewasa pada Umumnya
Lovebug juga menyukai permukaan yang berwarna cerah dan mengkilap, serta kerap terlihat menempel di mobil. Namun, cairan tubuhnya yang asam dapat berpotensi merusak kendaraan.
Meski tidak beracun dan tidak menyebarkan penyakit, jumlah lovebug yang berlebihan diketahui meningkatkan rasa tidak nyaman.
“Cuaca lembap saja sudah membuat tidak nyaman, dan kehadiran lovebug membuat saya makin stres. Mereka ada di mana-mana, di lift, bus, membuat saya merasa gelisah,” kata Kim (28) dari Distrik Mapo.
“Tahun ini, lovebug terasa jauh lebih banyak di seluruh area Seoul. Mereka suka mendekati orang dan sulit diusir, jadi saya selalu berjalan cepat saat berada di luar,” tutur Jung (28) dari distrik Seocho.
Baca juga: Ahli Gizi Pertanyakan Rencana Menu Serangga untuk Makan Bergizi Gratis di Daerah Tertentu
Saran ahli
Karena lovebug dianggap serangga yang bermanfaat bagi ekosistem, pemerintah daerah enggan menggunakan insektisida.
Sementara itu, para ahli menyarankan untuk hidup berdampingan dengan lovebug, mengingat musim kemunculannya hanya sekitar dua minggu.
Profesor Lee Dong-gyu dari Kosin University mengatakan, lonjakan populasi serangga adalah tanda ketidakseimbangan ekosistem.
“Jika kita menyemprotkan insektisida, predator alami lovebug seperti belalang sembah dan laba-laba juga akan mati. Sesuai hukum alam, jika jumlah mangsa meningkat, maka predator pun akan bertambah dan populasinya akan menurun seiring waktu,” ujar Lee.
Yang juga memperingatkan, insektisida jenis pyrethroid diketahui dapat memicu Attention Deficit Hyperactivity Disorder atau ADHD sehingga berbahaya juga bagi manusia.
Untuk menghindari lovebug dalam kehidupan sehari-hari, pemerintah menyarankan warga mengenakan pakaian berwarna gelap.
Selain itu, karena sayap mereka yang lemah dan tidak menyukai air, menyemprotkan air ke dinding atau menggunakan jaring nyamuk dinilai efektif mengusir lovebug.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.