KOMPAS.com - Sering mengalami mimpi buruk ternyata bisa menjadi petunjuk awal adanya penyakit kronis.
Selama ini, mimpi buruk kerap dianggap sebagai gangguan sepele yang datang saat tidur tak nyenyak atau akibat stres sesaat.
Namun, studi terbaru mengungkap bahwa mimpi mengerikan yang berulang, bahkan disertai halusinasi saat terjaga, bisa menjadi tanda awal dari penyakit serius.
Ketika tidur berubah menjadi pengalaman penuh teror, tubuh sebenarnya mungkin sedang memberi sinyal bahwa ada yang tak beres.
Lantas, penyakit kronis apa saja yang mengakibatkan seseorang mengalami mimpi buruk?
Baca juga: Tanda-tanda Penyakit Ginjal Kronis di Kepala, Dada, Perut, dan Kaki, Apa Saja?
Mimpi buruk yang dialami pasien
Dilansir dari CNN, Selasa (21/5/2024), seorang pasien asal Kanada menceritakan pengalamannya dikejar-kejar oleh sosok pembunuh berantai yang sama, berulang kali, hingga terasa nyata meski ia telah terbangun.
“Saya bisa merasakan sesuatu di kaki saya, seperti dia sudah meraih saya,” tuturnya.
Lain lagi dengan seorang pasien di Inggris yang mengalami mimpi sesak napas karena seolah ada sesosok misterius duduk di dadanya.
Sedangkan pasien dari Irlandia menggambarkan mimpinya dengan nada ngeri.
"Penuh kekerasan, seperti kulit saya dikupas satu per satu,” ujarnya.
Ia percaya mimpi tersebut muncul saat tubuhnya dalam kondisi lelah atau tertekan akibat lupus parah yang dideritanya.
Fenomena ini membuka mata dunia medis bahwa gejala neurologis dan psikiatrik pada penyakit kronis tidak boleh lagi dipandang sebelah mata, apalagi diabaikan.
Baca juga: 10 Makanan yang Sebaiknya Tidak Dikonsumsi Larut Malam, Picu Mimpi Buruk dan Asam Lambung
Penyakit kronis dengan gejala mimpi buruk
Berikut ini beberapa penyakit kronis yang berhubungan dengan mimpi buruk, di antaranya:
1. LupusBagi sebagian penderita penyakit autoimun, tidur tak lagi menjadi ruang istirahat. Sebaliknya, fase itu berubah menjadi ladang teror yang berkepanjangan.
Studi terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal eClinicalMedicine menemukan bahwa mimpi buruk yang intens dan bahkan halusinasi saat terjaga bisa menjadi gejala penyakit lupus.
Peneliti utama, Melanie Sloan dari Universitas Cambridge, menyebut bahwa mimpi buruk itu bisa menjadi pertanda kambuhnya penyakit atau gejala neurologis yang tak boleh diabaikan.
“Lupus menyerang berbagai organ, termasuk otak,” kata Sloan.
Lupus sendiri merupakan salah satu jenis penyakit autoimun di mana sistem kekebalan tubuh menyerang jaringan sehat.
Penyakit ini menimbulkan peradangan yang bisa berdampak ke berbagai organ vital, dari otak hingga paru-paru.
Sloan menegaskan pentingnya dunia medis untuk tidak mengabaikan gejala-gejala tersebut, walaupun tidak mudah diuji secara klinis.
“Mereka tetap harus mendapat perhatian serius dalam perawatan dan dukungan,” terangnya.
Baca juga: Benarkah Berat Badan Turun Bisa Kurangi Risiko Penyakit Kronis?
2. Rheumatoid arthritis, Sindrom Sjogren, dan sklerosis sistemikSelain lupus, Sloan juga menyebutkan bahwa mimpi buruk merupakan gejala penyakit kronis rheumatoid arthritis, Sindrom Sjogren, dan sklerosis sistemik.
"Pola serupa juga ditemukan pada pasien dengan rheumatoid arthritis, Sindrom Sjogren, dan sklerosis sistemik," terangnya.
Rheumatoid arthritis (RA), Sindrom Sjogren, dan sklerosis sistemik adalah tiga penyakit autoimun yang berbeda, tetapi ketiganya dapat terjadi bersamaan pada individu yang sama.
Sindrom Sjogren sering terjadi bersamaan dengan RA, dan bisa juga terkait dengan sklerosis sistemik.
RA adalah penyakit autoimun kronis yang menyebabkan peradangan pada sendi, menyebabkan nyeri, kaku, dan pembengkakan.
Sementara Sindrom Sjogren adalah penyakit autoimun yang menyerang kelenjar penghasil kelembapan, terutama kelenjar air mata dan air liur, yang menyebabkan mulut dan mata kering.
Baca juga: Gejala Penyakit Ginjal Kronis yang Diungkap 3 Pasien Muda, Apa Saja?
3. Long CovidDilansir dari NHS (21/3/2023), long Covid atau sindrom pasca Covid-19, adalah kondisi di mana gejala Covid-19 bertahan lebih dari 12 minggu setelah infeksi awal.
Kondisi ini masih tergolong baru dan tengah diteliti lebih lanjut oleh para ahli medis.
Jennifer Mundt, pakar kedokteran tidur dari Universitas Northwestern mengatakan, berdasarkan studi terbaru, 18 persen pasien dengan long Covid juga mengalami mimpi buruk berkepanjangan.
Angka tersebut jauh lebih tinggi dibandingkan prevalensi umum yang hanya sekitar 5 persen.
“Perspektif pasien sangat penting, Karena dari sana, kita bisa membentuk pendekatan medis yang lebih manusiawi dan efektif,” kata Mundt dikutip dari CNN.
Baca juga: Tips Cegah Penuaan dan Penyakit Kronis lewat Konsumsi Flavonoid Sehari-hari
4. Radang sendiMeskipun riset tentang topik ini masih tergolong awal, sebuah studi yang dirilis pada Maret 2019 mengungkap bahwa pasien dengan artritis dan berbagai penyakit autoimun serta peradangan lainnya juga mengalami gangguan tidur, termasuk mimpi buruk.
Tak hanya itu, pasien dengan artritis juga mengalami gangguan pada fase tidur REM, yakni tahap tidur aktif di mana mimpi terjadi dan otak memproses serta menyimpan ingatan.
Dalam studi tersebut, misalnya, seorang pria berusia 57 tahun mengaku pernah bermimpi buruk dikejar burung pemangsa yang mengancam.
Sementara seorang wanita berusia 70 tahun bermimpi keponakannya berada dalam bahaya besar namun ia tak mampu memberikan pertolongan.
Penelitian terbaru memperluas temuan ini dengan menyurvei 400 tenaga medis dan 676 penyintas lupus, serta melakukan wawancara mendalam terhadap 50 dokter dan 69 penderita penyakit rematik autoimun sistemik, termasuk lupus, untuk menggali keterkaitan antara kondisi autoimun dan gejala mimpi buruk.
Baca juga: Studi: Konsumsi Teh Dapat Turunkan Risiko Kematian pada Penyakit Ginjal Kronis
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.