Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Respons Dinas Pariwisata soal Pacu Jalur Diklaim Warganet Malaysia

Baca di App
Lihat Foto
DOK. Humas Pemprov Riau
Pacu jalur atau perlombaan mendayung khas Kabupaten Kuantan Singingi, Riau yang belakangan ini viral atau menjadi perbincangan hangat di media sosial.
|
Editor: Resa Eka Ayu Sartika

KOMPAS.com - Tradisi Pacu Jalur dari Kuantan Singingi (Kuansing), Riau, menjadi sorotan, usai sejumlah pemain sepak bola dunia mengunggah cuplikan dari lomba perahu tersebut.

Salah satu video yang viral di media sosial menampilkan aksi bocah pendayung di ujung perahu yang sedang melakukan gerakan tarian tangan khas yang penuh semangat.

Namun, seiring populernya video tersebut, muncul sejumlah komentar warganet dari negara tetangga, termasuk Malaysia, yang mengeklaim tradisi Pacu Jalur sebagai bagian dari budaya mereka.

Lantas, bagaimana respons pemerintah Indonesia dan sejarah dari Pacu Jalur itu sendiri?

Baca juga: Pacu Jalur Go International Jadi Tren di Tiktok, Apa yang Perlu Diketahui?

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Respons pemerintah usai Pacu Jalur diklaim Malaysia

Kepala Dinas Pariwisata (Dispar) Riau, Roni Rakhmat menegaskan bahwa tradisi Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia yang berasal dari Kuantan Singingi, Riau.

“Kami memahami dinamika media sosial. Namun, perlu ditegaskan bahwa Pacu Jalur adalah warisan budaya asli Indonesia, spesifiknya dari Kuantan Singingi, Riau,” ujarnya dikutip dari Kompas.com, Jumat (4/7/2025).

Ia berpendapat, klaim itu muncul lantaran kedekatan budaya dan geografis antara Riau dan Malaysia yang memang masih dalam rumpun Melayu.

“Pacu Jalur adalah milik Kuantan Singingi, Riau. Kami akan terus mengedukasi masyarakat luas, baik di dalam maupun luar negeri, tentang keaslian dan kekayaan budaya Pacu Jalur ini,” jelasnya.

Roni menyampaikan, saat ini tradisi Pacu Jalur sedang diusulkan untuk masuk ke dalam daftar warisan budaya tak benda UNESCO.

Menurut dia, Pacu Jalur bukan sekadar perlombaan perahu, melainkan tradisi yang sarat dengan nilai sejarah dan budaya yang mendalam.

“Kita berharap, Pacu Jalur secepatnya diakui UNESCO. Karena tradisi ini tidak hanya sekadar lomba pacu jalur, tetapi memiliki nilai sejarah dan budaya yang mendalam,” kata dia.

Baca juga: Momen Gubernur Jateng Ahmad Luthfi Tawarkan Program Desalinasi ke Gubernur Riau Abdul Wahid Saat Retret

Sejarah Pacu Jalur

Dilansir dari Antara, Selasa (1/7/2025), Pacu Jalur adalah perlombaan tradisional mendayung perahu panjang dari Kabupaten Kuantan Singingi, Provinsi Riau.

Adapun jalur merupakan sebutan untuk perahu yang digunakan dalam perlombaan tersebut. 

Sebagai bagian dari pesta rakyat Kuantan Singingi, Pacu Jalur sudah ada sejak ratusan tahun lalu dan melalui sejarah panjang.

Tradisi ini lahir dari kearifan masyarakat Melayu Kuansing yang dulunya tinggal di pinggir Sungai Kuantan.

Saat itu, masyarakat mengandalkan perahu atau jalur sebagai moda transportasi utama, baik untuk orang maupun mengangkut hasil bumi.

Seiring berjalannya waktu, tampilan perahu jalur pun semakin cantik dengan ukiran pada bagian lambung hingga dihiasi payung.

Baca juga: Mengenal Tradisi Pacu Jalur yang Videonya Viral di TikTok, Berikut Sejarah dan Maknanya

Tokoh Pacu Jalur Kuansing yang pernah menjadi anak Togak Luan, Mahviyen Trikon Putra mengatakan, Pacu Jalur dimulai pada abad ke-17 dan semakin berkembang sekitar 1905.

“Pada saat itu, perlombaan Pacu Jalur diadakan pada momen hari besar Islam,” kata dia, dikutip dari Kompas.com (4/7/2025).

Saat Belanda memasuki Rantau Kuantan pada 1905, Pacu Jalur dilombakan untuk memperingati hari kelahiran Ratu Belanda, Wilhelmina.

Seiring perkembangan zaman, Pacu Jalur kini diadakan pada berbagai hari besar di Indonesia, termasuk Hari Kemerdekaan yang menjadi puncak acara setiap Agustus. 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi