KOMPAS.com - Indonesia saat ini mengalami kondisi anomali curah hujan atau musim kemarau basah, yakni kondisi curah hujan di atas normal selama periode kemarau.
Hal ini menyebabkan sebagian wilayah Indonesia mengalami hujan lebat meski seharusnya sudah memasuki periode musim kemarau.
Baca juga: 25 Wilayah Indonesia Diprediksi Alami Hujan Tinggi–Sangat Tinggi Juli 2025, Mana Saja?
Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengungkapkan, kemarau basah diperkirakan berlangsung di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025.
"Hasil prediksi curah hujan bulanan menunjukkan bahwa anomali curah hujan yang sudah terjadi sejak Mei 2025 akan terus berlangsung dengan kondisi curah hujan di atas normal di sebagian besar wilayah Indonesia hingga Oktober 2025," ujar Dwikorita, dikutip dari Kompas.com, Jumat (8/7/2025).
Lantas, apa kondisi anomali curah hujan atau kemarau basah?
Baca juga: Hujan Saat Kemarau Diprediksi Berlanjut hingga Oktober 2025, BMKG Ungkap Penyebabnya
Apa itu kemarau basah?
Kemarau basah adalah kondisi cuaca tidak biasa di mana hujan tetap terjadi dengan intensitas cukup tinggi meskipun berada dalam periode musim kemarau.
Dikutip dari laman Kompas.com (19/5/2025), BMKG menyebut fenomena ini disebabkan berbagai faktor atmosfer dan perubahan iklim yang memengaruhi pola cuaca di Indonesia.
Umumnya musim kemarau identik dengan cuaca panas dan langit cerah, namun saat musim kemarau basah, kelembaban udara tetap tinggi sehingga memungkinkan terjadi hujan lebih sering.
Baca juga: Hujan Lebat dan Angin Kencang Berpotensi Landa Sejumlah Wilayah 8–14 Juli 2025, Ini Daftarnya
Kelembaban udara dan curah hujan masih cukup tinggi selama periode pancaroba hingga awal periode kemarau.
Penyebab kemarau basah cukup kompleks dan dipengaruhi beberapa fenomena atmosfer di wilayah Indonesia.
BMKG menyebut, tingginya curah hujan di musim kemarau ini merupakan dampak dari anomali iklim atau musim kemarau basah.
Baca juga: Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat dan Angin Kencang pada 8-9 Juli 2025
Beberapa faktor utama penyebabnya antara lain:
- Melemahnya Monsun Australia, sehingga udara kering tidak dominan
- Suhu muka laut yang tetap hangat di selatan Indonesia
- Gelombang Kelvin dan konvergensi angin di barat-selatan Pulau Jawa
- Labilitas atmosfer tinggi, yang mempercepat pembentukan awan hujan.
Baca juga: Kenapa Hujan Es Terjadi di Depok di Tengah Musim Kemarau? Ini Penjelasan BMKG
Secara musiman, kemarau basah dipicu oleh aktifnya gelombang atmosfer tropis seperti MJO, gelombang Kelvin, dan Rossby Ekuator.
Ketiga fenomena ini membawa uap air dalam jumlah besar dan mendorong pembentukan awan hujan.
Kondisi tersebut mengganggu pola cuaca normal, menyebabkan curah hujan meningkat secara signifikan walaupun musim kemarau sedang berlangsung.
Baca juga: Cuaca Dingin tapi Tetap Hujan, Sampai Kapan Terjadi? Ini Kata BMKG
(Sumber: Kompas.com/Puspasari Setyaningrum, Firda Janati, Ardito Ramadhan, Mohamad Bintang Pamungkas)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.