KOMPAS.com - Masyarakat Indonesia memperingati Hari Koperasi ke-78 jatuh pada Sabtu, (12/7/2025).
Meskipun bukanlah hari libur nasional, momentum Hari Koperasi Nasional ini dapat digunakan untuk mengingat kembali peran badan usaha khas Indonesia tersebut.
Dikutip dari laman resmi Dewan Koperasi Nasional (DEKOPIN), tema peringatan tahun ini yakni, "Koperasi Maju Indonesia Adil Makmur".
Baca juga: Program Koperasi Desa Merah Putih Sangat Berisiko Menurut Riset, Celios Rekomendasikan Ini
Pihak DEKOPIN juga telah menggelar Harkopnas Expo mulai Jumat, (11/7/2025) hingga Minggu (13/7/2025).
Selain itu, ada pula beberapa acara seperti Pasar Rakyat Bhakti Sosial di seluruh Dekopinwil yang ada di Indonesia serta ziarah ke makam Mohammad Hatta.
Lantas, bagaimana sejarah peringatan Hari Koperasi di Indonesia?
Bagaimana sejarah koperasi di Indonesia?
Berdasarkan buku Pengetahuan Perkoperasian (1977) karya Dahlan Djazh, Hari Koperasi Indonesia ditetapkan bertepatan dengan pelaksanaan Kongres Koperasi Nasional Pertama.
Kala itu, kongres digelar di Tasikmalaya, Jawa Barat, pada 12 Juli 1927.
Kota Tasikmalaya dipilih sebagai lokasi karena Bandung tengah diduduki oleh Belanda setelah masa Kemerdekaan.
Sebagai penanda lahirnya badan perekonomian nasional itu, Tugu Koperasi didirikan di dekat lokasi kongres.
Dilansir dari Antara, Rabu (9/7/2025), lahirnya peringatan ini juga tercatat dalam dokumen terbitan Biro Perantjang Negara berjudul Garis-garis Besar Rectjana Pembangunan Lima Tahun 1956-1960.
Dari Kongres Koperasi Pertama, beberapa keputusan penting yang menjadi tonggak sejarah gerakan koperasi.
Adapun keputusan yang dihasilkan antara lain:
- Mendirikan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat Indonesia (SOKRI)
- Menetapkan 12 Juli sebagai Hari Koperasi Nasional.
Baca juga: Zulkifli Hasan Jadi Ketua Satgas Koperasi Desa Merah Putih, Apa Saja Tugasnya?
Apa latar belakang Indonesia membentuk koperasi?
Sebelum kongres pertama terwujud, jauh sebelumnya cikal bakal gerakan koperasi muncul pada tahun 1896.
Pada saat itu, Patih Raden Aria Wiria Atmaja mulai memperkenalkan sistem koperasi kepada masyarakat.
Ia mendirikan koperasi kredit pertama kali di Purwokerto, Jawa Tengah, yang khusus ditujukan bagi para pegawai negeri.
Konsep Patih Wiria Atmaja ini menuai dukungan dari asisten residen Belanda, De Wolff van der Westerrode.
Dukungan itu berbentuk anjuran mendirikan Bank Pertolongan, Tabungan, dan Pertanian.
Baca juga: Detail Koperasi Desa Merah Putih, dari Jumlah KPM hingga Pengurus
Seiring berjalannya waktu, konsep koperasi kian berkembang dan sejalan dengan budaya gotong royong serta asas kekeluargaan sebagai karakter masyarakat Indonesia.
Sebagai tanggapan dari perkembangan ini, pemerintah Hindia-Belanda membuat peraturan perundang-undangan tentang koperasi.
Kendati demikian, pergerakan koperasi secara nasional baru mencapai momentum besar pada Kongres Koperasi Pertama tahun 1947.
Mengapa Mohammad Hatta disebut Bapak Koperasi Indonesia?
Wakil Presiden Pertama RI, Mohammad Hatta dikenal sebagai Bapak Koperasi berkat kontribusi dan perannya.
Atas upayanya memperkenalkan sistem ekonomi koperasi, Hatta pun ditetapkan sebagai Bapak Koperasi Indonesia pada Kongres Koperasi Kedua pada 15-17 Juli 1953.
Sebelumnya, ia sempat memberikan pidato tentang pengembangan koperasi pada peringatan Hari Koperasi, 12 Juli 1951.
Hatta percaya, koperasi dapat memperkuat ekonomi rakyat dan menggantikan sistem kapitalsime dengan asas kekeluargaan.
Baca juga: Kemenkop UKM Buka Pendaftaran Tenaga Pendamping Koperasi Modern, Honor Rp 8 Juta per Bulan!
Dikutip dari Kompas.com, (2/5/2024), pemikiran Hatta yang mendasari lahirnya koperasi sebagai sokoguru perekonomian nasional antara lain:
1. Koperasi sebagai sistem ekonomi kerakyatan
Hatta melihat koperasi sebagai jalan untuk membangun ekonomi kerakyatan, dengan mendasarkan pada prinsip gotong royong yang ada dalam tradisi masyarakat Indonesia. Koperasi menjadi sarana untuk menguatkan perekonomian rakyat.
2. Mengganti kapitalisme dengan asas kekeluargaan
Menurut Hatta, agar cita-cita perekonomian Indonesia terwujud, kapitalisme harus dihapuskan dan diganti dengan asas kekeluargaan. Dengan asas ini, kemakmuran bersama dapat tercapai tanpa dominasi pihak tertentu.
3. Koperasi sebagai pendidikan ekonomi rakyat
Koperasi dianggap sebagai sarana pendidikan ekonomi yang memberikan kesadaran kepada rakyat tentang kemampuan diri dan pentingnya usaha bersama. Hatta menyebutnya sebagai self-help, yaitu menolong diri sendiri untuk memperbaiki keadaan ekonomi.
4. Membangun ekonomi melalui sistem koperasi
Hatta mengajukan koperasi sebagai sistem untuk menghimpun kekuatan ekonomi rakyat yang lemah dan mengubahnya menjadi kekuatan yang kuat. Ia mempelajari model koperasi di Eropa dan menerapkannya di Indonesia untuk meningkatkan perekonomian rakyat.
5. Koperasi sebagai solusi ekonomi dalam pembangunan
Dalam pemikirannya, koperasi adalah jalan menuju pembangunan yang lebih adil, di mana rakyat dapat bekerja sama untuk membangun ekonomi yang tidak hanya menguntungkan segelintir orang, tetapi untuk kepentingan bersama.
(Sumber: Kompas.com/Ini Tanjung Tani | Editor: Widya Lestari Ningsih)
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.