Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

6 Fakta Avan Ferdiansyah, Anak Penjual Es di Ponorogo yang Rumahnya Penuh Piala

Baca di App
Lihat Foto
KOMPAS.COM/SUKOCO
Avan siswa SMA N 1 Ponorogo yang berhasil menjadi mahasiswa ITB melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP). Kedua orang tua Avan hanya berjualan minuman dingin dan es kocok keliling, namun dari prestasi akademisi Avan memiliki lebih dari 100 piala kejuaraan dari SD hingga SMA dengan mengikuti sejumnlah lomba termasuk lomba olimpiade kebumian di ITB.
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Nama Avan Ferdiansyah Hilmi (19) belakangan jadi buah bibir.

Sosok pemuda asal Kelurahan Mankujayan, Kecamatan Ponorogo, Kabupaten Ponorogo, itu viral setelah prestasinya terungkap.

Sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga menamatkan SMA di SMAN 1 Ponorogo, Avan telah mengoleksi lebih dari 100 piala dan penghargaan.

Avan kemudian semakin menjadi sorotan setelah berhasil diterima di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian Institut Teknologi Bandung (FITB ITB) melalui jalur Seleksi Nasional Berdasarkan Prestasi (SNBP).

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: 9 Prestasi Shin Tae-yong Bersama Timnas Indonesia

Berikut adalah sejumlah fakta terkait kisah inspiratif Avan, anak penjual es asal Ponorogo:

1. Sudah ikut lomba sejak TK

Dilansir dari Kompas.com, Rabu (9/7/2025), Umi Latifah selaku ibunda Avan menceritakan bahwa banyak piala dan trofi dikumpulkan putranya sejak TK.

Di rumahnya yang sederhana, ada lemari kayu menempel di dinding ruang tamu berukuran 3x4 meter. Lemari itu sesak oleh ratusan piala yang disusun rapi di dalam maupun di atasnya.

Di ruangan yang sama, terdapat kasur dan meja kecil tempat Avan belajar. Sementara kursi tamu diletakkan mepet ke dinding depan karena keterbatasan ruang.

"Avan itu ikut lomba sejak sebelum masuk SD di salah satu mal di Madiun. Dan dia langsung jadi juara. Sejak saat itu kadang sebulan 2 kali dia ikut lomba dan pasti membawa pulang piala maupun trofi juara," ujar Umi.

Meski belum masuk sekolah dasar, Avan sudah pandai membaca dan berhitung dari kegemarannya mengamati gambar dan poster tentang abjad dan nomor.

Sejak bisa membaca, Avan hobi sekali membaca buku "Why", buku bergambar yang berisi pengetahuan dasar.

“Satu buku harganya bisa Rp 100.000. Karena suka membaca mau tidak mau kita belikan,” imbuh Umi Latifah.

Meski tergolong buku mahal, namun kedua orangtua Avan tetap mengupayakan agar putranya maju dalam ilmu pengetahuan.

"Avan memiliki kelebihan dalam memamahami ilmu pengetahuan dasar," ucap Umi.

Dari hal itu, Umi memberikan kebebasan kepada Avan untuk mengikuti berbagai perlombaan.

Baca juga: Pensiun, Ini Profil dan Prestasi Pebulu Tangkis Hendra Setiawan

2. Tidak pernah dapat beasiswa dari pemda

Setelah berhasil membawa pulang lebih dari 100 trofi dan piala kejuaran, bahkan kejuaraan OSN tingkat nasional, tak sekalipun Avan mendapat beasiswa dari Pemda.

Eko Yulianto, sang ayah mengaku sering meminta keringanan biaya kepada pihak sekolah agar bisa meringankan biaya sekolah Avan.

Sebab, hasil dari berjualan es keliling yang dilakoninya tidak bisa menutup biaya pendidikan Avan.

“Enggak pernah dapat beasiswa untuk sekolah. Biasanya untuk meringankan biaya sekolah saya minta keringanan biaya ke sekolah. Umpama ada biaya urunan Rp 200.000, saya minta bayar separuhnya,” katanya.

Walaupun, tak pernah mendapat beasiswa dari pemerintah daerah, Eko bersyukur karena sejumlah yayasan sempat membantunya memenuhi kebutuhan sekolah anaknya, mulai dari seragam hingga buku pelajaran.

Namun, sejak Avan masuk SMA Negeri 1 Ponorogo, bantuan itu terhenti.

“Waktu SD dibantu PLN, SMP dibantu Baznas. Tapi masuk SMA, sama sekali tidak ada,” ujar Eko.

Ironisnya, meski tergolong keluarga prasejahtera, nama Eko Yudianto tak pernah tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS).

Sampai saat ini pun keluarganya tak terdaftar sebagai peserta BPJS karena alasan perekonomian.

“Yang kita khawatirkan adalah kesehatan Avan kalau nanti kuliah keluar kota, karena dia tidak memiliki BPJS,” ujar Eko.

Baca juga: Raih Juara Umum Kompetisi Paduan Suara di Italia, Ini Deretan Prestasi The Resonanz Children Choir

3. Jago matematika dan biologi

Berbekal hobi membaca buku ensiklopedi "Why" yang dilakoninya sejak SD, Avan jadi tertarik pada pelajaran Matematika.

Setiap ada lomba matematika, ia hampir selalu keluar sebagai juara utama. 

Tetapi, saat beranjak ke jenjang SMP, minatnya beralih ke pelajaran biologi karena ingin menjadi dokter.

“Biologi identik dengan jurusan kedokteran, jadi saya semangat mempelajarinya,” kata Avan.

Berkat deretan prestasi akademik dan piala kejuaraan, ia berhasil masuk ke SMP dan SMA Negeri 1 Ponorogo melalui jalur prestasi.

4. Sempat bercita-cita menjadi dokter

Saat mulai bersekolah di SMA, Avan mau tidak mau harus menghadapi kenyataan tentang kondisi ekonomi keluarganya. 

Orang tuanya hanya berjualan es kocok dan minuman ringan di alun-alun Ponorogo.

Ia pun sadar, kuliah kedokteran bukan pilihan realistis karena biaya yang tinggi.

Avan akhirnya memilih fokus pada ilmu bumi, bidang yang menurutnya mencakup pelajaran favoritnya seperti matematika, kimia, dan biologi.

Keputusannya makin bulat setelah meneliti bahwa ada alumni SMA-nya yang berhasil kuliah di ITB lewat jalur O2SN bidang ilmu bumi.

Sejak saat itu, Avan bertekad mengikuti jejak serupa demi meraih beasiswa ke kampus impiannya.

Sayangnya, keinginan untuk membawa pulang trofi juara dari Kampus ITB saat itu gagal.

Avan juga sempat patah semangat untuk meneruskan mimpinya berkuliah di ITB. 

Namun, pembinanya saat itu mendorong Avan untuk terus maju dan tak perlu memikirkan biaya. 

Baca juga: 5 Kampus Swasta yang Masih Menerima Pendaftaran Mahasiswa Baru Jalur Prestasi

5. Masuk ITB jalur prestasi SNBP

Masih mantap dengan pilihannya, Avan pun mendaftarkan diri di Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian (FITK) ITB dalam jalur seleksi SNBP.

Untuk membuktikan keseriusannya, Avan belajar dengan sungguh-sungguh hingga tiba pengumuman kelulusan dirinya diterima di universitas impiannya itu.

Mengenai biaya kuliah, ia mengajukan keringanan ke ITB.

Berbekal surat keterangan tidak mampu karena tak terdaftar sebagai keluarga miskin di DTKS, Avan mendapat beasiswa.  

Usahanya kali ini disetujui oleh Paragon selaku penyedia beasiswa berprestasi dari keluarga kurang mampu.

“Satu bulan setelah isi permohonan saya diterima. Satu bulan sejak mengisi saya disuruh ke Yogyakarta untuk menerima penyerahan secara simbolis," ucap Avan.

"Saya dapat nol rupiah sementara UKT pertama, tapi dapat nama. Tapi keputusan UKT realnya masih menunggu,” lanjut dia.

Baca juga: Profil Haryomo Dwi Putranto, Plt Kepala BKN, Miliki Prestasi Kuat di Bidang Regulasi

6. Pihak ITB heran, rumah Avan dikira toko piala

Tim dari ITB pun melakukan validasi pengajuan beasiswa siswa berprestasi dari keluarga tidak mampu yang diajukan oleh Avan dengan mendatangi langsung rumahnya.

Saat mendatangi kediamannya, Avan mengaku dosen dari ITB sempat memvideokan keheranannya akan banyaknya piala kejuaraan yang dimiliki Avan. 

“Awalnya tidak tahu karena yang dibutuhkan itu melihat kondisi rumah dan pekerjaan orang tua, tapi mereka melihat piala ini kemudian viral di media sosial itu,” kata Avan.

“Itu serius piala? Kirain toko piala,” ujar suara salah satu dosen ITB yang menyambangi rumah Avan.

Avan mengaku saat ini bisa tersenyum lebar, setidaknya cita-citanya untuk kuliah di ITB bisa terwujud.

(Sumber: Sukoco | Editor: Icha Rastika)

Baca juga: 30 Ucapan Selamat atas Prestasi dan Kesuksesan Teman, Penuh Makna

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi