KOMPAS.com - Lebih dari 100.000 buku bersejarah di Biara Agung Pannonhalma, salah satu situs warisan budaya tertua di Hungaria, tengah dievakuasi dari rak-rak perpustakaan.
Upaya besar-besaran ini dilakukan menyusul adanya serangan kumbang pemakan lem dan kertas yang dapat merusak warisan intelektual berusia ratusan tahun itu.
Biara Benediktin yang telah berdiri sejak 996 M merupakan situs warisan dunia UNESCO, serta menyimpan seperempat juta buku, termasuk manuskrip langka dan kodeks dari abad ke-13.
Baca juga: Seorang Pria Dilarang Kunjungi Semua Perpustakaan di Muka Bumi, Apa Alasannya?
Dikutip dari AP, Senin (14/7/2025), menurut kepala tim restorasi, Zsofia Edit Hajdu, jenis serangga yang menyerang di antaranya kumbang toko obat atau drugstore beetle.
Kumbang itu menyerang bagian buku yang mengandung perekat alami seperti gelatin dan pati.
Invasi hama kali ini, katanya, merupakan yang paling luas yang pernah mereka temui.
"Dampaknya begitu besar sehingga seluruh koleksi perpustakaan diklasifikasikan sebagai 'terinfeksi', meskipun hanya sebagian rak yang menunjukkan kerusakan fisik awal," kata Hajdu.
Baca juga: ITB Luruskan Kabar Tutup Layanan Perpustakaan Imbas Efisiensi Anggaran
Invasi kumbang merusak buku bersejarah
Kehadiran kumbang ini pertama kali disadari saat petugas kebersihan menemukan debu halus tak biasa di rak-rak dan lubang kecil di punggung beberapa buku.
Ketika buku-buku dibuka, terlihat jelas jejak gigitan serangga yang telah merusak halaman-halaman kuno.
Biara Agung Pannonhalma, yang berdiri empat tahun sebelum berdirinya Kerajaan Hungaria, terletak di puncak bukit di wilayah barat laut negara itu.
Perpustakaannya menjadi rumah bagi buku tertua di Hungaria dan menyimpan catatan-catatan tertulis paling awal dalam sejarah bangsa.
Baca juga: 7 Perpustakaan Tertua di Dunia yang Berusia Ribuan Tahun
Koleksi tersebut telah selamat dari berbagai masa sulit, termasuk invasi dan pendudukan Ottoman di Hungaria pada abad ke-16.
Direktur Perpustakaan, Ilona Asvanyi mengaku selalu merasa takjub saat berada di tengah koleksi bersejarah yang luar biasa itu.
"Membayangkan ada perpustakaan yang berdiri di tempat ini seribu tahun lalu sungguh menggetarkan hati," katanya.
Ia menambahkan, meski cetakan paling kuno dan langka disimpan secara terpisah dan aman dari infeksi, setiap kerusakan tetap merupakan kehilangan besar.
“Setiap buku yang rusak adalah hilangnya sepotong budaya,” ujarnya.
Baca juga: Jam Buka Perpustakaan Nasional Usai Anggaran Dipotong, Berlaku mulai 10 Februari 2025
Restorasi besar dan peringatan dari krisis iklim
Dilansir dari ABC News, Minggu (13/7/2025), langkah penyelamatan dilakukan dengan menempatkan semua buku dalam peti khusus, lalu disegel dalam kantong plastik tinggi yang kedap udara.
Dari kantong itu, oksigen disedot dan diganti dengan nitrogen murni.
Proses ini akan berlangsung selama enam minggu guna memastikan semua serangga musnah tanpa merusak bahan buku.
Setelahnya, setiap buku akan diperiksa dan dibersihkan secara manual.
Buku yang rusak akan dialokasikan untuk proses restorasi lanjutan, sementara yang selamat akan dikembalikan ke rak.
Biara menargetkan perpustakaan dapat kembali dibuka awal tahun depan.
Namun, para pengelola percaya bahwa apa yang terjadi bukan sekadar kejadian tak terduga.
Kenaikan suhu akibat perubahan iklim dituding menjadi pemicu utama lonjakan populasi serangga.
“Suhu yang lebih hangat memungkinkan serangga menjalani lebih banyak siklus hidup dalam setahun,” jelas Hajdu.
Ia memperkirakan, ke depan, invasi serangga akan menjadi ancaman yang lebih sering muncul, melampaui kerusakan akibat jamur yang sebelumnya lebih umum.
Di balik proses teknis rumit ini, ada keyakinan mendalam yang mendorong seluruh upaya pelestarian.
Dalam tradisi Benediktin yang telah bertahan selama hampir 15 abad, disebutkan bahwa setiap barang milik biara harus diperlakukan layaknya bejana suci.
“Tugas kami bukan sekadar menyimpan, tapi menjaga warisan budaya ini untuk masa depan,” tegas Asvanyi.
Baca juga: Vatikan Punya Perpustakaan dengan Koleksi Buku Terbanyak di Dunia, seperti Apa?
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.