KOMPAS.com - Restoran di Taiyuan, Shanxi, China bernama Wanhui menawarkan pengalaman berbeda kepada para pelanggannya saat menikmati ritual minum teh di sore hari.
Restoran tersebut menawarkan menu hidangan teh sore hari dengan bonus pelukan dengan anak singa.
Dikutip dari CNN, Rabu (16/7/2025), restoran Wanhui juga menampilkan hewan-hewan lain dalam layanannya, termasuk llama, kura-kura, dan rusa.
Restoran yang baru saja dibuka pada Juni 2025 tersebut menjual sekitar 20 tiket per hari untuk layanan seperti itu.
Satu set menu Wanhui termasuk mendapatkan pelukan dan bercengkrama dengan hewan-hewan itu, harganya sebesar 1.078 Yuan atau sekitar Rp 2,4 juta.
Baca juga: Video Viral Seekor Singa Tak Mau Makan Daging, Apa yang Terjadi?
Mendapat respons beragam dari warganet
Layanan berpelukan dengan anak singa sambil menikmati minum teh sore di restoran itu mendapatkan beragam respons dari warganet.
Beberapa pelanggan restoran Wanhui telah mengunggah foto dan klip video mereka tengah menggendong anak singa di aplikasi WeChat dan Weibo.
Sementara restoran Wanhui telah menampilkan layanan bersama hewan-hewan itu di unggahan Douyin, sebuah aplikasi serupa TikTok di China.
Komentar-komentar online sebagian besar warganet bersifat kritis, mengatakan bahwa usaha restoran China itu berbahaya dan tidak baik untuk kehidupan hewan-hewan tersebut.
“Ini adalah permainan orang kaya,” kata seorang warganet China dilansir dari Reuters, Rabu (16/7/2025).
Warganet lain mendesak tindakan dari pihak berwenang, dengan menambahkan penegasan bahwa “departemen terkait harus menanganinya”.
Baca juga: Mengapa Singa Dijuluki Raja Rimba padahal Cenderung Hidup di Alam Terbuka?
Pengamat mengecam keras
Wakil Presiden Senior People for the Ethical Treatment of Animals, Jason Baker angkat bicara mengenai polemik itu.
Menurut Baker, layanan mendapatkan pelukan anak singa tersebut adalah sebuah eksploitasi hewan.
"Merenggut anak singa dari induknya agar pengunjung bisa memegangnya saat minum teh sore hari adalah eksploitasi, bukan hiburan,” ujar dia.
“Hewan-hewan ini adalah makhluk hidup dan berperasaan, bukan mainan," tambahnya.
Baker menilai bahwa hewan-hewan tersebut diperlakukan tidak lebih dari sekadar alat peraga media sosial.
Baca juga: Video Viral Pria di India Mabuk dan Lompat ke Kandang Singa, Bagaimana Nasibnya?
Sementara itu, Pakar Kebijakan China untuk Humane World for Animals, Peter Li juga buka suara mengenai hal itu.
Li menyebut bahwa mengeksploitasi hewan liar untuk swafoto dan tipu muslihat pemasaran tidak hanya buruk bagi kesejahteraan hewan.
Namun layanan tersebut juga dapat berpotensi menimbulkan risiko atau bahaya bagi para pelanggan.
"Bahkan seekor singa muda pun mampu menyerang dan melukai manusia,” ucap dia.
“Jadi, memperlakukan hewan liar seperti alat peraga tidak dapat diterima secara moral dan sangat tidak bertanggung jawab,” lanjutnya.
Baca juga: Kronologi Penjaga Kebun Binatang di Rusia Tewas Diterkam 3 Ekor Singa
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.