Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perbandingan Tarif Trump Indonesia dan Negara ASEAN, Bukan yang Paling Rendah

Baca di App
Lihat Foto
Freepik/Bearfotos
Perbandingan tarif impor 19 persen AS ke Indonesia dengan negara-negara di ASEAN.
|
Editor: Muhammad Zaenuddin

KOMPAS.com - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump resmi menetapkan tarif impor sebesar 19 persen untuk produk Indonesia, Selasa (15/7/2025).

Sebelumnya, Indonesia dikenai tarif impor sebesar 32 persen, yang memicu pemerintah Indonesia segera mengambil langkah diplomatik untuk negosiasi.

Tidak hanya Indonesia, negara-negara di Asia Tenggara (ASEAN) lain juga terdampak kebijakan tarif trump yang akan berlaku mulai 1 Agustus 2025 ini.

Jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, tarif impor Indonesia termasuk rendah, meski bukan yang paling rendah.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baca juga: Buntut Tarif Trump 19 Persen, Indonesia Harus Beli Produk AS Seharga Miliaran Dollar


Perbandingan Tarif Trump negara-negara ASEAN

Dikutip dari Kompas Money, Kamis (17/7/2025), berikut perbandingan tarif impor AS untuk negara-negara ASEAN:

  1. Indonesia: 19 persen, turun dari sebelumnya 32 persen
  2. Vietnam: 20 persen, turun dari sebelumnya 46 persen
  3. Filipina: 20 persen, naik dari sebelumnya 17 persen
  4. Malaysia: 25 persen, naik dari sebelumnya 24 persen
  5. Brunei Darussalam: 25 persen, naik dari sebelumnya 24 persen
  6. Thailand: 36 persen, tetap
  7. Kamboja: 36 persen, turun dari sebelumnya 49 persen
  8. Myanmar: 40 persen, turun dari sebelumnya 44 persen
  9. Laos: 40 persen, turun dari sebelumnya 48 persen
  10. Singapura: 10 persen
  11. Timor Leste: 10 persen.

Baca juga: Tarif Trump Turun Jadi 19 Persen tapi Barang AS Bebas Bea Masuk, Untung atau Rugi bagi RI?

Tarif impor sebesar 19 persen untuk Indonesia

Tarif impor sebesar 19 persen untuk produk Indonesia merupakan hasil kesepakatan negosiasi antara Donald Trump dan Presiden Prabowo Subianto.

Dalam unggahannya di platform Truth Social, Selasa (15/7/2025) waktu setempat, Trump menyebut kesepakatan tersebut membuka penuh akses pasar Indonesia untuk barang-barang dari AS.

“Kesepakatan penting ini membuka pasar Indonesia sepenuhnya bagi Amerika Serikat untuk pertama kalinya dalam sejarah,” tulis Trump.

Baca juga: Trump Beri Sinyal Incar Tembaga Indonesia, BKPM Ingatkan Hal Ini

Sebagai bagian dari kesepakatan, Indonesia juga menyatakan komitmen untuk membeli produk energi dari AS senilai 15 miliar dollar AS (sekitar Rp 244,07 triliun), produk pertanian senilai 4,5 miliar dollar AS (sekitar Rp 73,2 triliun), serta 50 pesawat Boeing, mayoritas tipe 777.

Selain itu, terdapat ketentuan tarif penalti untuk mencegah pengalihan barang asal China melalui Indonesia.

Tanggapan ekonom soal penerapan tarif impor 19 persen

Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira menilai adanya risiko di balik kebijakan tarif 19 persen untuk barang ekspor Indonesia, sementara produk AS bebas bea masuk.

"Tarif 19 persen untuk barang ekspor Indonesia ke AS, sementara AS bisa mendapat fasilitas 0 persen sebenarnya punya risiko tinggi bagi neraca dagang Indonesia," ujarnya kepada Kompas.com, Rabu (16/7/2025).

Bhima menjelaskan bahwa di satu sisi, ekspor produk seperti alas kaki, pakaian jadi, CPO, dan karet memang diuntungkan dengan tarif 19 persen.

Baca juga: Trump Turunkan Tarif, Indonesia Justru Beli Produk Energi, Pertanian, dan Boeing dari AS

"Di sisi lainnya, impor produk dari AS akan membengkak, salah satunya sektor migas, produk elektronik, suku cadang pesawat, serealia (gandum dan lainnya), serta produk farmasi," kata Bhima.

Menurutnya ada kekhawatiran ujungnya Indonesia harus beli minyak dari AS lebih mahal dari harga pasar karena terikat hasil negosiasi dagang.

Selain itu, Bhima juga menyoroti soal masalah swasembada pangan, karena AS untung besar dari penetrasi ekspor gandum ke Indonesia karena tarif 0 persen.

Baca juga: Bisakah Indonesia Turuti 3 Permintaan Trump agar Tarif Impor Diturunkan?

 

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi