KOMPAS.com - Sejumlah media internasional mengangkat cerita Gen Z dari Indonesia yang kesulitan mencari pekerjaan.
Berdasarkan data BPS per Februari 2025, Indonesia memiliki total 7,28 juta pengangguran dengan lebih dari 1 juta di antaranya merupakan lulusan sarjana.
Sementara itu, survei yang diterbitkan oleh ISEAS-Yusof Ishak Institute di Singapura pada Januari menunjukkan, anak muda Indonesia bersikap lebih pesimis terhadap perekonomian dan pemerintahnya dibandingkan dengan beberapa negara Asia lainnya.
Dilansir dari Kompas.com, Selasa (15/7/2025), Menteri Keuangan Sri Mulyani menjelaskan bahwa masalah pengangguran pada kelompok muda ini disebabkan oleh ketidaksesuaian antara keterampilan lulusan dengan kebutuhan pasar.
Selain itu, Deniey Adi Purwanto, dosen Departemen Ilmu Ekonomi Universitas IPB menambahkan bahwa ketidaksesuaian antara jumlah pencari kerja dengan pekerjaan yang tersedia juga menjadi salah satu faktor.
Lantas, bagaimana media asing menyoroti pengalaman mencari kerja para Gen Z di Indonesia?
Baca juga: Tren Baru di China, Sewa Kantor untuk Tutupi Status Pengangguran, Berapa Tarifnya?
Al Jazeera: lulusan hukum akhirnya mengurus warung
Kantor berita yang berkantor di Doha, Qatar, Al Jazeera memuat pengalaman seorang sarjana hukum yang lulus satu tahun lebih awal bernama Andreas Hutapea.
Kabar tersebut ditulis dalam artikel yang berjudul "Indonesia has 44 million youths. It’s struggling to get them jobs," pada Jumat (18/7/2025).
Dituliskan, Hutapea yang sudah lulus dan mencari pekerjaan selama dua tahun, pada awalnya tidak mengira akan kesulitan membangun karier yang stabil.
Namun, dia mengalami banyak penolakan, diawali dengan ketidaklulusan dalam tes CPNS yang terkenal sulit. Sebab, hanya 3 persen dari pelamar yang lolos dari tes tersebut.
Kemudian, ia juga tidak berhasil saat mendaftar magang menjadi jaksa.
Lantaran uang semakin menipis, dia pun kembali tinggal bersama orangtua di pinggiran Medan, Sumatera Utara dan mulai mengurus warung sembako.
"Saya membuka toko di pagi hari, duduk di sana sepanjang hari melayani pembeli, lalu membantu menutup toko di malam hari," ujar Hutapea.
Kendati orangtuanya tidak memberikan upah selama menjaga toko, Hutapea sadar bahwa makanan dan tempat tinggal sehari-harinya disediakan secara gratis.
Selain mengurus toko, dia juga mengerjakan usaha persewaan sound system pernikahan dan pesta.
Baru-baru ini, dia dipanggil untuk wawancara kerja sebagai pengisi ulang uang kertas di ATM. Sayangnya, dia tidak pernah dipanggil lagi setelah itu, padahal wawancara berjalan dengan lancar.
Baca juga: Sulit Cari Kerja, Ini Kisah Pengangguran Sarjana di Indonesia dan China
Al Jazeera menulis, sekitar 16 persen dari lebih 44 juta penduduk Indonesia berusia 15-24 tahun tidak memiliki pekerjaan. Hal ini dua kali lipat tingkat pengangguran kaum muda di negara tetangga, Thailand dan Vietnam.
Para ekonom membeberkan banyak faktor yang menyebabkan tingginya angka pengangguran kaum muda di negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini, mulai dari undang-undang ketenagakerjaan yang kaku yang menyulitkan perekrutan, sampai rendahnya upah yang tidak mampu menarik para pekerja yang berkemampuan.
“Banyak orang memilih untuk berada di luar pasar tenaga kerja daripada harus bekerja dengan gaji di bawah ekspektasi,” kata Adinova Fauri, seorang ekonom di Centre for Strategic and International Studies (CSIS) kepada Al Jazeera.
Indonesia, rumah bagi lebih dari 280 juta penduduk, disebut telah lama bergelut dengan pengangguran kaum muda yang kronis.
Kesenjangan regional yang mencolok di Indonesia, yang terdiri dari sekitar 17.000 pulau, semakin memperparah masalah ini.
Hal ini terutama terjadi di daerah-daerah di luar pulau Jawa, seperti yang dialami Hutapea, yang tinggal sekitar dua jam di luar kota Medan.
Baca juga: Kisah Caitlan Morgan, Baru Dapat Kerja Setelah Kirim 647 Berkas Lamaran
CNA: lulusan manajemen kirim 100 lamaran kerja
Media Channel News Asia (CNA) turut mengabarkan kisah lulusan manajemen, Marsha Dita (22) dalam artikel yang berjudul "'Didn’t expect to struggle like this’: Indonesian workers in a bind as budget cuts, global headwinds bite," Senin (16/7/2025).
Dituliskan bahwa Marsha telah mengirim 100 lamaran kerja dalam 9 bulan dan mendapati dirinya masih menganggur.
“Saya tidak menyangka akan mengalami kesulitan seperti ini,” tutur Marsha.
Gen Z yang tinggal di Depok, pinggiran Jakarta tersebut menjelaskan bahwa dia sengaja berkuliah terlebih dahulu dan meraih gelar sarjana agar bisa mendapatkan pekerjaan.
Namun, ia mengaku bahwa ternyata gelar sarjana tidak menjamin apa pun.
CNA juga memberitakan job fair di Bekasi pada 27 Mei 2025 yang ricuh karena puluhan ribu orang yang saling dorong.
Media tersebut juga memberitakan bahwa para peserta saling berteriak hingga beberapa pingsan.
Diketahui bahwa acara tersebut diselenggarakan oleh Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Bekasi yang dihadiri oleh 25.000 orang.
"Gambaran para pencari kerja yang bersaing memperebutkan lebih dari 2.000 pekerjaan dalam acara itu menggambarkan perjuangan orang Indonesia dalam mencari kerja," tulis CNA.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.