KOMPAS.com - National Taiwan Normal University (NTNU) tengah diterpa kontroversi setelah muncul tuduhan mengejutkan terhadap pelatih sepak bola wanita, Zhou Tai-ying (61).
Ia diduga memaksa mahasiswa-mahasiswinya untuk mendonorkan darah demi memperoleh SKS wajib sebagai syarat kelulusan.
Seorang mahasiswa bernama Jian mengaku telah menyumbangkan darah lebih dari 200 kali selama masa kuliahnya.
Menurut kesaksian Jian, mereka yang menolak atau tidak memenuhi target donor darah terancam tidak lulus, bahkan bisa dikeluarkan dari kampus.
Dilansir South China Morning Post, Jumat (18/7/2025), Jian mengungkapkan pengalaman mengerikan saat ia harus menjalani donor darah selama 14 hari berturut-turut, dengan frekuensi hingga tiga kali dalam satu hari, mulai pukul 05.00 hingga 21.00.
“Pada hari kedelapan, pembuluh darah di kedua lengan saya hampir tidak terlihat. Saya benar-benar hancur,” kenang Jian dalam sebuah unggahan video yang memperlihatkan dirinya menangis.
Lebih memprihatinkan lagi, donor darah ini bukanlah tindakan medis resmi. Aktivitas tersebut disebut-sebut disamarkan sebagai eksperimen penelitian kampus, bahkan dilakukan oleh petugas yang tidak berpengalaman.
Sementara itu, dana yang terkumpul dari aktivitas tersebut justru mengalir ke rekening tim yang dikelola sang pelatih.
Respons dan gelombang kemarahan publik
Pengakuan Jian membuka pintu bagi korban lain untuk turut bersuara.
Seorang mahasiswi bahkan mengaku harus mengambil cuti kuliah akibat tekanan dan intimidasi dari Zhou.
Ia tidak berani menceritakan penderitaannya kepada orang tua karena takut mengecewakan mereka. Terlebih setelah ayahnya meninggal, ia merasa kehilangan kesempatan untuk berbicara jujur.
Pada 13 Juli 2025, NTNU bergerak cepat dengan memberhentikan Zhou dari seluruh jabatan kepelatihan dan administrasi, sekaligus merilis surat permintaan maaf resmi.
Namun, tak lama setelah itu, surat tersebut mendadak dihapus dari situs resmi kampus. Hingga kini, Zhou belum memberikan tanggapan apa pun saat dimintai konfirmasi oleh media.
Pihak berwenang menanggapi kasus ini dengan serius. Lembaga pendidikan lokal menjatuhkan sanksi administratif dan memerintahkan NTNU untuk merombak prosedur internal agar praktik kekerasan terselubung seperti ini tidak terulang di masa depan.
Sementara itu, jagat maya dipenuhi kemarahan netizen.
“Menukar darah dengan SKS? Mengambil 200 botol dan masih bisa hidup sampai lulus?” tulis seorang warganet dengan nada sinis.
Yang lain mempertanyakan motif di balik skandal ini.
“Apa yang sebenarnya diperoleh sang pelatih? Siapa yang meraup keuntungan dari skema kotor ini?” tanya warganet lain.
Kasus ini bukan sekadar persoalan hukum atau etika akademik.
Lebih jauh, skandal donor darah paksa di NTNU telah mengguncang kepercayaan publik terhadap institusi pendidikan dan menimbulkan pertanyaan serius tentang batas-batas eksploitasi dalam dunia akademik.
Baca juga: Hukum Donor Darah ketika Puasa
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.