KOMPAS.com - Perusahaan KNP Logistics Group di Northamptonshire, Inggris telah mendapat serangan ransomware melalui peretasan kata sandi karyawan hingga akhirnya bangkrut.
Dilansir dari The Economic Times, Senin (21/7/2025), KNP merupakan perusahaan transportasi yang telah beroperasi selama 158 tahun.
Perusahaan ini telah menjalankan sekitar 500 truk yang sebagian besar bermerek Knights of Old pada 2023.
Kejahatan siber yang menimpa KNP terjadi ketika peretas berhasil masuk ke sistem internal perusahaan setelah menebak kata sandi dari akun seorang karyawan.
Meskipun KNP telah mematuhi norma keamanan Teknologi Informasi (TI) dan memiliki asuransi terhadap serangan semacam itu, satu celah keamanan ini tetap berakibat fatal.
Baca juga: Tips Membuat Kata Sandi Akun Media Sosial yang Aman
Bagaimana KNP diserang hingga bangkrut?
Kelompok ransomware yang menamakan dirinya sebagai "Akira" berhasil mengenkripsi semua data KNP dan mengunci perusahaan dari sistemnya sendiri.
Dengan begitu, para karyawan menjadi tidak bisa mengakses data apa pun yang diperlukan dalam menjalankan bisnis.
Dalam catatan tebusan yang diberikan, para peretas meminta bayaran untuk mengembalikan data perusahaan.
"Jika Anda membaca ini, artinya infrastruktur internal perusahaan Anda telah mati sebagian atau seluruhnya. Mari kita simpan semua air mata dan kekesalan kita dan mencoba membangun dialog yang konstruktif," tulis catatan tersebut.
Mereka memang tidak menyebutkan nominal, tetapi sebuah firma spesialis negosiasi ransomware menduga bahwa jumlahnya bisa mencapai 5 juta poundsterling atau sekitar Rp 110 miliar.
KNP mengaku tidak memiliki dana yang cukup sehingga memutuskan tidak memulihkan data perusahaan.
Mereka pun akan menghentikan operasinya secara permanen yang menyebabkan 700 karyawan kehilangan perkerjaan.
Baca juga: Tips Menggunakan Kata Sandi agar Tidak Mudah Dibobol
Bukan pertama kalinya terjadi
Kasus pencurian data serupa bukanlah pertama kali terjadi di Inggris.
Dilansir dari BBC, Senin (21/7/2025), toko-toko besar seperti M&S, Co-op, dan Harrods juga telah mengalami serangan siber dalam beberapa bulan terakhir.
Pekan lalu, CEO Co-op mengonfirmasi bahwa sebanyak 6,5 juta karyawannya menjadi korban pencurian data.
Menanggapi maraknya kasus yang terjadi, CEO Pusat Keamanan Siber Nasional (NCSC), Richard Horne menegaskan pentingnya keamanan sistem perusahaan.
"Mereka terus-menerus mencari organisasi pada hari yang buruk dan kemudian memanfaatkannya," ujar pemimpin NSCS yang mengurus serangan siber dengan nama samaran "Sam".
Dengan menggunakan sumber intelijen, agen NCSC mencoba menemukan serangan dan mengeluarkan peretas dari sistem komputer.
Namun, NCSC hanya bisa menyediakan satu lapisan perlindungan, sedangkan ransomware berkembang dengan sangat pesat.
"Sebagian masalahnya adalah banyaknya penyerang. Jumlah kami tidak banyak," lanjut dia.
Dalam kasus ini, banyak perusahaan dilaporkan memilih untuk membayar tebusan, menjadi salah satu faktor makin berkembangnya jenis kejahatan siber ini.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.