Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sejak Kapan Manusia Mulai Makan Telur? Arkeolog Ungkap Jejaknya

Baca di App
Lihat Foto
SHUTTERSTOCK/NP27
Ilustrasi telur ayam. Arkeolog temukan jejak kapan manusia pertama kali makan telur.
|
Editor: Inten Esti Pratiwi

KOMPAS.com – Arkeolog telah menemukan bukti bahwa manusia di Asia Tengah mulai memelihara ayam purba untuk diambil telurnya sejak tahun 400 sebelum Masehi (SM).

Temuan ini mengungkapkan asal-usul yang jelas dari kecintaan manusia terhadap telur ayam ternak. Pasokan telur yang stabil juga diyakini membuat ayam menjadi hewan yang sangat diminati di berbagai belahan dunia kuno.

Sebelumnya, telah diketahui secara luas bahwa ayam modern merupakan keturunan dari red junglefowl, yakni spesies burung liar yang masih hidup hingga kini.

Namun, telah lama terjadi perdebatan sengit di kalangan akademisi mengenai kapan dan bagaimana tepatnya ayam mulai didomestikasi.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hal ini lantaran tulang burung yang rapuh dan berongga, serta cangkang telurnya yang mudah hancur, membuatnya jarang terawetkan dibandingkan bukti arkeologis lainnya.

Selain itu, para ilmuwan kadang keliru mengidentifikasi sisa-sisa burung liar lain yang berukuran mirip, seperti burung pegar atau angsa, sebagai ayam.

Lantas, sejak kapan tepatnya ayam mulai didomestikasi dan dikonsumsi?

Baca juga: Jual Cangkang Telur, Warganet Hasilkan Rp 3,6 Juta per Bulan di Tengah Ekonomi Lesu

Temuan cangkang telur di Jalur Sutra

Dikutip dari Quartz, Kamis (4/4/2024), penelitian mengenai awal mula keberadaan ayam diterbitkan dalam jurnal Nature Communications pada tahun 2024.

Para penulis dalam penelitian tersebut menyatakan bahwa metode analisis genetik yang lebih mutakhir saat ini mulai mampu menjawab sejumlah pertanyaan lama mengenai awal mula keberadaan ayam.

Tim internasional ini menganalisis pecahan cangkang telur yang dikumpulkan dari 12 situs arkeologi yang diperkirakan berasal dari sekitar 1.500 tahun lalu.

Situs-situs tersebut dikatakan tersebar di sepanjang bekas Jalur Sutra, yakni jaringan rute perdagangan yang membentang melintasi Asia hingga Eropa.

Indonesia pun termasuk dalam jalur maritim Jalur Sutra tersebut.

Meskipun jalur ini dikenal karena perdagangan sutra dari China, para peneliti justru menemukan banyak pecahan cangkang telur di sana.

Hal ini menunjukkan bahwa telur ayam juga merupakan komoditas berharga di kawasan tersebut.

Baca juga: Pakar Ungkap Ciri-ciri Telur yang Sehat dan Layak Konsumsi

Mereka juga menemukan bukti bahwa ayam-ayam pada masa itu bertelur lebih sering dibandingkan ayam hutan merah pada umumnya.

Hal ini mungkin menandakan bahwa ayam kuno tersebut sudah tidak lagi bergantung pada musim tertentu untuk bertelur.

Penulis utama sekaligus peneliti di Max Planck Institute of Geoanthropology, Robert Spengler mengatakan bahwa penemuan itu merupakan bukti paling awal hilangnya pola bertelur musiman dalam catatan arkeologi. 

“Ini adalah bukti paling awal tentang hilangnya pola bertelur musiman yang pernah ditemukan dalam catatan arkeologi,” kata Spengler.

Baca juga: Pakar Ungkap Ciri-ciri Telur yang Sehat dan Layak Konsumsi

Mulai pelihara ayam pada periode 400 SM hingga 1000 Masehi

Berdasarkan seluruh temuan dari situs-situs itu, para penulis memperkirakan bahwa masyarakat di Asia Tengah mulai secara luas memelihara ayam untuk diambil telurnya pada periode antara 400 SM hingga 1000 Masehi.

Mereka juga menyatakan bahwa melimpahnya telur ayam menjadikan hewan ini semakin populer dan membuka jalan bagi proses domestikasi.

Meski begitu, masih banyak hal yang belum diketahui mengenai proses domestikasi ayam.

Beberapa studi memperkirakan bahwa proses ini dimulai sekitar 10.000 tahun lalu, sementara yang lain menyebutkan angka sekitar 5.400 tahun lalu.

Penelitian yang lebih baru bahkan mengindikasikan adanya beberapa peristiwa domestikasi terpisah di kawasan Asia Tenggara dan India, yang mungkin melibatkan spesies burung lain selain ayam hutan merah.

Setidaknya, para peneliti percaya bahwa temuan mereka membawa kita lebih dekat untuk memahami bagaimana ayam menjadi bagian penting dari peradaban manusia.

“Ini adalah petunjuk penting untuk memahami lebih dalam hubungan timbal balik antara manusia dan hewan yang akhirnya menghasilkan domestikasi,” ujar Spengler.

Baca juga: Wanita di Spanyol Jadi Kolektor Cangkir Telur Terbanyak di Dunia, Ini Kisahnya

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi