KOMPAS.com - Misteri pembangunan Stonehenge, monumen batu raksasa di dataran Salisbury, Inggris, menjadi sorotan setelah para peneliti mendapatkan satu temuan yang selama ini terlupakan.
Fragmen batu kecil yang ditemukan di situs tersebut pada 1924 mungkin bisa menjadi kunci untuk mengungkap misteri bagaimana monumen prasejarah itu dibangun, dikutip dari Live Science, Selasa (22/7/2025).
Batu ini dikenal dengan nama Newall Boulder, yaitu sebuah bongkahan batu berbentuk peluru yang kini menjadi pusat perdebatan sengit di kalangan arkeolog.
Perdebatannya adalah, apakah batu-batu besar yang membentuk lingkaran di Stonehenge dibawa ke lokasi itu oleh manusia, atau terbentuk secara alami oleh gletser.
Dalam penelitian terbaru, para penulisnya mencoba mematahkan teori gletser, dan mendukung gagasan bahwa semua batu tersebut sebenarnya dibawa ke lokasi Stonehenge oleh manusia.
Studi ini dipublikasikan dalam Journal of Archaeological Science: Reports.
Baca juga: Seorang Pria di India Miliki 35 Batu Ginjal akibat Minum Soda Setiap Hari
Bagaimana Stonehenge dibangun?
Stonehenge terletak di dataran Salisbury, Wiltshire, Inggris Selatan.
Monumen ini dibangun oleh masyarakat Zaman Batu menggunakan bahan mentah yang berasal dari berbagai wilayah di Britania Raya.
Misalnya, batu yang disebut bluestone berasal dari Pegunungan Preseli di Wales, sekitar 240 kilometer dari Stonehenge. Sedangkan Altar Stone berasal dari timur laut Skotlandia, yang jaraknya sekitar 700 kilometer.
Namun, bagaimana batu-batu besar ini bisa dipindahkan sejauh itu, masih menjadi misteri.
Analisis terhadap Newall Boulder pada awal 1990-an menunjukkan bahwa batu ini mungkin merupakan "batu apung glasial". Artinya, batu itu dibawa oleh gletser ribuan tahun lalu ke dataran Salisbury.
Jika benar, ini berarti sebagian besar atau bahkan semua batu besar di Stonehenge sudah ada di sekitar lokasi itu, sehingga para pembangun tidak perlu membawanya dari tempat jauh.
Sejak saat itu, para arkeolog terus berdebat. Ada yang mendukung teori bahwa batu-batu itu dibawa oleh gletser, namun banyak juga yang menentangnya.
Baca juga: Fakta Monumen Jokowi Senilai Rp 2,5 M yang Dibangun di Karo, Sumut
Batu di Stonehenge dibawa manusia atau es?
Dalam penelitian terbaru, para penulisnya mencoba mematahkan teori gletser dan mendukung gagasan bahwa semua batu tersebut sebenarnya dibawa ke Stonehenge oleh manusia.
Makalah ini merupakan tanggapan terhadap studi sebelumnya yang terbit tahun lalu.
Studi tersebut menyebut, permukaan batu Newall Boulder menunjukkan ciri-ciri aus yang mirip dengan gesekan akibat gletser di bawah permukaan tanah, sehingga disimpulkan bahwa batu itu dibawa atau terbawa oleh es.
Namun, para peneliti dalam studi baru ini membantah kesimpulan tersebut. Mereka menyatakan, tak satu pun dari ciri keausan itu benar-benar menunjukkan tanda khas transportasi oleh gletser.
Para peneliti berpendapat, sebagian besar bisa saja terbentuk akibat pelapukan alami yang memanfaatkan celah-celah dalam batu.
Selain itu, mereka juga menjelaskan, tidak ada bukti keberadaan gletser di dataran Salisbury.
Hal ini didukung oleh tidak ditemukannya batu apung glasial (glacial erratics) maupun endapan gletser lain di wilayah tersebut.
Temuan ini kemudian memperkuat dugaan bahwa batu-batu besar di Stonehenge tidak dibawa oleh es.
Baca juga: Monumen Kemanusiaan Kindred Spirits
Pecahan dari salah satu bluestone di Stonehenge
Setelah meneliti Newall Boulder lebih detail, para penulis studi menyimpulkan bahwa batu tersebut kemungkinan besar merupakan pecahan dari salah satu bluestone di Stonehenge.
Mereka juga mencatat, karakteristik petrografi batu ini identik dengan batuan rhyolite yang ditemukan di sebuah tebing batu bernama Craig Rhos-y-felin di Pegunungan Preseli, Wales.
Selain itu, tidak ada tanda-tanda bahwa gletser pernah bergerak dari lokasi tersebut menuju Stonehenge.
Namun, bukti adanya aktivitas penambangan prasejarah di Craig Rhos-y-felin dianggap “sangat kuat”.
Menurut para peneliti, semua faktor ini menunjukkan bahwa bluestone Stonehenge diekstraksi dan dipindahkan secara aktif oleh manusia mulai sekitar tahun 3000 SM.
Selain itu, hampir tidak ada data yang mendukung teori bahwa batu-batu itu dibawa oleh gletser.
“Sebagai kesimpulan, kami tegaskan kembali bahwa Newall Boulder bukan batu apung glasial," tulis para peneliti.
"Tidak ada bukti adanya gletser di dataran Salisbury, dan batu-batu bluestone dibawa ke Stonehenge oleh manusia, bukan oleh es,” tambahnya.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.