KOMPAS.com - Saat kecil hingga remaja, menjalin pertemanan terasa begitu alami dan lebih mudah.
Namun, seiring bertambahnya usia menuju dewasa, menjalin dan mempertahankan persahabatan justru menjadi tantangan tersendiri.
Banyak orang dewasa, meskipun hidupnya terlihat stabil, punya pekerjaan tetap, pasangan, bahkan keluarga, mengaku merasa kesepian dan sulit menjalin pertemanan bermakna dengan orang lain.
Fenomena ini bukan hal langka. Di tengah rutinitas yang semakin padat, tanggung jawab yang bertumpuk, dan perubahan fase hidup, ruang untuk bersosialisasi semakin sempit.
Pertemanan pun perlahan memudar atau tak lagi berlanjut.
Lalu, mengapa sulit berteman saat dewasa?
Baca juga: Anak Tega Bully Teman yang Berbeda, Psikolog: Ini Penyebab, Cara Atasi, dan Cara Cegah
Alasan mengapa semakin sulit berteman saat dewasa
Semakin dewasa, membangun pertemanan baru bukan hanya soal waktu, tetapi juga soal keberanian emosional.
Kesibukan hidup, ketakutan akan penolakan, hingga kecenderungan menjadi lebih selektif membuat kita tak lagi mudah membuka diri seperti saat muda.
Dilansir dari Psichology Today, Sabtu (19/7/2025), berikut ini sejumlah alasan mengapa saat usia dewasa lebih sulit menjalin pertemanan.
Baca juga: Cerita Siswa Bangladesh, Teman Sebangku Tewas di Depan Mata Usai Jet Tempur Tabrak Sekolahnya
1. Perubahan hidupMenurut profesor psikologi dari Clark University, Jeffrey Jensen Arnett, masa antara usia 18 tahun hingga 29 tahun adalah periode ketika jumlah dan intensitas pertemanan berada di titik tertinggi.
Masa kuliah, awal karier, dan kehidupan di kota baru membuka banyak peluang sosial.
Namun, setelah itu, hidup mulai dipenuhi transisi besar, mulai dari merantau, pindah ke kota lain, menikah, memiliki anak, atau mengurus orangtua yang menua.
Semua ini berdampak langsung pada waktu dan energi yang bisa dicurahkan untuk menjalin hubungan sosial.
2. Waktu yang terbatasRobert D Putnam dalam bukunya Bowling Alone bahkan menyatakan, banyak orang tidak pernah lagi membentuk pertemanan baru setelah masa kuliah atau awal karier.
Persahabatan yang bersifat sukarela menjadi rapuh seiring hilangnya struktur sosial yang menopang mereka pada masa muda.
Malam yang dulu diisi dengan hangout kini berganti dengan jadwal pekerjaan, tanggung jawab rumah tangga, atau kelelahan fisik dan emosional.
Baca juga: Memaki Teman dengan Nama Binatang Bisa Dipidana, Bakal Dipenjara Berapa Lama?
3. Dampak pandemi memperparahKondisi ini memburuk sejak pandemi Covid-19. Menurut survei Center on American Life, terjadi penurunan tajam dalam jumlah pertemanan dekat sejak 2020.
Direktur survei, Daniel Cox mencatat bahwa orang AS semakin jarang berbicara dengan teman dan lebih jarang mengandalkan mereka untuk dukungan emosional.
Isolasi selama pandemi membentuk kebiasaan baru, orang bekerja dari rumah, menjauh dari lingkungan sosial kantor, dan membatasi interaksi luar. Lingkaran sosial pun semakin mengecil.
4. Ilusi media sosialDi sisi lain, media sosial memberi kesan bahwa orang lain memiliki kehidupan sosial yang lebih kaya.
Kristina Lerman, dalam esainya The Strong Friendship Paradox in Social Networks menjelaskan, aplikasi seperti Instagram dapat menimbulkan ilusi bahwa semua orang punya lebih banyak teman dan kehidupan yang lebih menyenangkan.
Ilusi ini memperbesar rasa malu, keterasingan, dan FOMO (fear of missing out), sekaligus menyulitkan kita untuk membuka diri atau merasa cukup dengan jaringan sosial yang kita miliki.
Baca juga: Dulu Sahabat, Kini Asing: Studi Buktikan 91 Persen Persahabatan Memudar
5. Hubungan pertemanan terkikis perbedaan pandanganDilansir dari The Established (3/7/2024), pada usia dewasa, menjalin persahabatan tidak hanya menjadi lebih sulit karena kesibukan atau waktu yang terbatas, tetapi juga karena perbedaan nilai dan pandangan hidup yang semakin menonjol.
Pada titik tertentu, kebanyakan orang pernah mengalami atau menyaksikan hubungan yang renggang, bahkan hancur hanya karena perbedaan pandangan politik, sosial, budaya, atau relasional.
Akibatnya, lingkaran pertemanan pun menjadi lebih homogen. Padahal, perbedaan justru bisa membuat cara pandang seseorang lebih luas.
“Identitas seseorang sering kali sangat berkaitan dengan keyakinan politik, sosial, dan budayanya,” jelas seorang psikoterapis dan konselor hubungan, Ruchi Ruuh.
“Perbedaan dalam aspek-aspek ini bisa memicu konflik karena menyentuh nilai-nilai inti seseorang dan menantang cara pandang mereka terhadap dunia,” tambahnya.
Ia juga menyoroti kondisi sosial yang semakin terpolarisasi, sehingga membuat menjaga persahabatan lintas pandangan menjadi tantangan tersendiri.
Baca juga: Apa Itu Persahabatan Platonik ala Sherina-Derby? Kenali Tanda-tandanya
6. Lebih selektif menjalin pertemananSeiring bertambahnya usia, menjalin pertemanan baru sering kali bukan lagi prioritas.
Kesibukan kerja, keluarga, dan tanggung jawab lainnya membuat waktu dan energi untuk membangun hubungan sosial kian terbatas.
Menurut psikolog dan psikoterapis di Monk Prayogshala, Hansika Kapoor, berteman di usia dewasa menuntut keberanian untuk terbuka dan membangun kepercayaan. Ini merupakan hal yang tidak mudah bagi banyak orang karena adanya rasa cemas atau takut ditolak.
Pada masa muda, pertemanan lebih mudah terbentuk karena lingkungan sosial yang serupa dan keinginan untuk diterima.
Namun, saat dewasa, kita cenderung lebih selektif dan jangkauan sosial pun semakin sempit.
Akhirnya, meskipun kebutuhan akan koneksi tetap ada, banyak orang dewasa secara tak sadar menutup diri dari pertemanan baru karena hambatan emosional dan keterbatasan waktu.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.