Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ChatGPT Bantu Pecahkan Persoalan Medis Pasien yang Dilewatkan Dokter, Bagaimana Bisa?

Baca di App
Lihat Foto
Freepik
Ilustrasi AI
|
Editor: Irawan Sapto Adhi

KOMPAS.com - Sebuah unggahan viral di platform X  memicu perdebatan seputar peran kecerdasan buatan (AI) dalam dunia kesehatan. 

Unggahan tersebut menyoroti bagaimana teknologi seperti ChatGPT dapat membantu mengungkap masalah medis yang sebelumnya luput dari perhatian para profesional.

Sebagaimana diberitakan Times of India, Jumat (25/7/2025), pengguna X bernama Shreya yang membagikan kisah tersebut, menceritakan pengalaman pribadi saat chatbot AI buatan OpenAI memberikan petunjuk penting yang mengarah pada penyebab penyakit misterius yang diderita ibunya. 

Padahal, diagnosis tersebut sempat gagal diidentifikasi oleh sejumlah dokter berpengalaman maupun sistem medis konvensional.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah ini memperlihatkan potensi besar sekaligus keterbatasan AI dalam praktik medis, sekaligus mengungkap celah dalam pendekatan kesehatan tradisional yang masih diandalkan saat ini.

Lantas, bagaimana AI bisa membantu manusia dalam persoalan medis?

Baca juga: AI Ungkap 86.000 Gempa Tersembunyi di Bawah Yellowstone, Apa Dampaknya jika Erupsi Besar?

Bagaimana AI membantu Ibu Shreya?

Selama 18 bulan, ibu Shreya menderita batuk kronis yang tak kunjung reda. 

Meski telah menjalani pengobatan lintas disiplin, dari homeopati, ayurveda, hingga alopatik dan berkonsultasi dengan dokter-dokter terkemuka, kondisinya justru memburuk. 

Gejala semakin parah hingga memicu pendarahan internal, sebuah tanda bahaya yang mengancam nyawa jika tak segera ditangani.

Para spesialis memperingatkan bahwa jika tak ditemukan penyebab pastinya, situasi tersebut bisa berujung fatal dalam waktu enam bulan.

Diliputi ketakpastian dan rasa putus asa, Shreya akhirnya mengambil langkah tak biasa dengan memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk mencari petunjuk. 

Baca juga: Ilmuwan China Manfaatkan AI untuk Temukan Sejarah Bumi yang Hilang

Di tengah kebuntuan medis, ia menjadikan teknologi sebagai harapan terakhir, sebuah pendekatan yang kini mulai dijajaki oleh  banyak pasien saat pengobatan konvensional tak lagi memberikan jawaban.

Dengan memanfaatkan alat berbasis AI, Shreya berhasil mendapatkan wawasan yang lebih personal dan pendekatan alternatif yang sebelumnya tak terpikirkan. 

Teknologi ini tak hanya membantunya memahami potensi penyebab penyakit sang ibu, tetapi juga membuka jalan menuju pemulihan.

Kisah Shreya menjadi contoh nyata bagaimana kecerdasan buatan mulai memainkan peran penting dalam dunia kesehatan, terutama ketika sistem medis tradisional tidak mampu memberikan solusi yang memadai.

Baca juga: Daftar Profesi yang Disebut Paling Aman dari Ancaman AI

AI menunjukkan efek samping obat

Setelah kehabisan semua opsi medis dan pengobatan alternatif, Shreya mengambil langkah tak lazim dengan mengandalkan ChatGPT, model AI percakapan milik OpenAI

Ia berupaya untuk mencari jawaban atas kondisi misterius yang diderita ibunya. 

Shreya memaparkan seluruh gejala secara rinci, dan tidak seperti pencarian internet biasa, ChatGPT memberikan respons berbasis penalaran kontekstual serta menyusun daftar kemungkinan penyebab batuk kronis tersebut.

Satu dugaan dari daftar itu langsung mencuri perhatian, kemungkinan efek samping dari obat tekanan darah (BP) yang dikonsumsi ibunya.

Menariknya, ChatGPT tidak berhenti pada dugaan umum. Ia mengajukan pertanyaan spesifik "Apakah dia mengonsumsi obat tekanan darah dengan bahan ini?".

Baca juga: Google Rekrut Pakar AI Asal India Varun Mohan dengan Mahar Rp 39 Triliun, Apa Rencananya?

Setelah Shreya memverifikasi bahwa resep sang ibu memang mengandung komponen yang disebutkan, AI tersebut menyarankan bahwa obat itulah yang bisa menjadi penyebab utama batuk tak kunjung reda serta komplikasi serius lain, seperti perdarahan internal.

Dengan informasi baru itu, Shreya kembali ke dokter dengan pertanyaan yang lebih terarah. 

Setelah dilakukan peninjauan ulang, tim medis mengonfirmasi bahwa obat tersebut memang diketahui memiliki efek samping berupa batuk berkepanjangan dan risiko perdarahan.

Obat pun segera diganti, dan dalam beberapa minggu berikutnya, kondisi sang ibu mulai menunjukkan pemulihan yang signifikan.

“Sekarang dia akhirnya mulai sembuh. Bukan berlebihan, tapi ChatGPT benar-benar menyelamatkan hidupnya,” tulis Shreya di platform X. 

Ia pun mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada OpenAI dan salah satu pendirinya, Sam Altman, atas teknologi yang menurutnya luar biasa.

Kisah ini kembali menyoroti bagaimana AI seperti ChatGPT tidak hanya berfungsi sebagai alat bantu informasi, tetapi juga sebagai penunjuk arah potensial dalam dunia medis terutama ketika jalur konvensional gagal memberikan kepastian.

Baca juga: Dubai Akan Punya Restoran dengan Chef AI Pertama di Dunia, seperti Apa Konsepnya?

Respons warganet

Dilansir dari NDTV, Kamis (24/7/2025), kisah viral tentang peran ChatGPT dalam mengungkap penyebab batuk kronis yang diderita ibu Shreya memicu reaksi luas di internet. 

Banyak yang memuji kecanggihan AI buatan OpenAI tersebut karena dianggap berkontribusi menyelamatkan nyawa, sementara yang lain justru mengkritik dunia medis karena gagal mendeteksi penyebab yang seharusnya dikenal luas.

Beberapa warganet bahkan menyoroti potensi perubahan besar di masa depan. 

“Luar biasa, ini berarti dokter bisa kehilangan pekerjaan karena AI. Beberapa tugas mereka, seperti diagnosis penyakit, mungkin bisa dilakukan AI dengan lebih baik,” tulis seorang pengguna X dengan nada setengah bercanda, setengah serius.

Baca juga: Chatbot AI Kalahkan 30 Matematikawan Top Dunia, Jawab Soal yang Belum Terpecahkan

Komentar lain justru menyoroti kegagalan sistem medis.

“Saya senang ibumu sudah membaik. Tapi sejujurnya, ini menunjukkan kelemahan serius dalam layanan kesehatan. Efek samping obat itu kan informasi dasar, kenapa bisa terlewat oleh begitu banyak dokter?,” kata warganet lain.

Namun tak sedikit pula yang menyoroti faktor manusia dalam cerita ini. 

“Wah! Begitulah cara pemanfaatan AI yang benar,” tulis seorang pengguna. Lainnya menambahkan. Hebat! Tapi sebenarnya kegigihanmulah yang menyelamatkan ibumu,” kata warganet.

Perdebatan ini mempertegas posisi AI sebagai teknologi yang makin relevan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus membuka diskusi besar soal peran masa depan dokter, kualitas sistem kesehatan, dan potensi kolaborasi antara manusia dan mesin dalam dunia medis.

Baca juga: Putusan Pengadilan AS: Penggunaan Data Pelatihan AI Tak Langgar Hak Cipta

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman Selanjutnya
Halaman
Tag

Artikel Terkait

Artikel berhasil disimpan
Lihat
Artikel berhasil dihapus dari list yang disimpan
Oke
Artikel tersimpan di list yang disukai
Lihat
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Artikel dihapus dari list yang disukai
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kompas.com Play

Lihat Semua
Terpopuler
Komentar
Tulis komentar Anda...
Terkini
Lihat Semua
Jelajahi